Case Chrono - Ketidakpastian By Desdemonic - Riddle Story Indonesia
News Update
Loading...

Rabu, 30 Oktober 2019

Case Chrono - Ketidakpastian By Desdemonic

Case Chrono - Ketidakpastian By Desdemonic

By : Desdemonic 
Vs Archangelion

*2 September 2019*
19.05
~opening berita di televisi~
“Selamat malam, pemirsa. Sebelum kami mulai membacakan berita yang sangat hangat untuk hari ini, kami ingin memberitakan informasi mengenai orang hilang terlebih dahulu. Berikut adalah informasinya,” presenter tersebut membacakan informasi tentang orang hilang tersebut yang disertai dengan foto yang sudah terpampang dilayar televisi,”
“Namanya adalah Agnes, dia adalah seorang gitaris dari salah satu Band yang sedang naik daun saat ini, menurut personel Band lain dan juga dari pihak manajemennya, dia sudah tidak dapat dikabari sejak sehari yang lalu, apabila ada yang melihat atau mengetahui lokasinya sekarang, dapat menghubungi nomor tersebut,”
Berita di televisi itu terus berjalan menemani suasana malam itu yang sepi, tidak ada obrolan antara kedua orang yang sedang duduk bersama tersebut. Pertemuan mereka seakan hanya sebuah formalitas.
“Aku ke kamar dulu,” ucap perempuan itu dengan nada ketus dan langsung meninggalkan pria yang duduk bersamanya tadi.
“Nggi? Masih marah?” pertanyaan pria tersebut membuat peempuan yang baru berjalan beberapa langkah terhenti.
“Ya, oh. Aku duduk di sana hanya karena peraturan dari Ibuku, kebiasaan dari Ibuku,” jawabnya.
Dia langsung berjalan dengan cepat tanpa menunggu pria yang dia tinggalkan menjawab ataupun mengucapkan sesuatu lagi.
23.00
Suasana malam yang gelap dan dingin membuat Tejo, salah satu penjaga gerbang rumah politikus Andi tidak dapat duduk dengan tenang. Tejo pun memutuaskan untuk berkelilingin sebentar.
Di tengah perjalanannya menelusuri rumah megah tersebut, dia melihat sesosok yang mengenakan hoodie.
“Hei, kamu siapa?” teriak seorang penjaga malam itu pada 1 sosok yang mengenakan hoodie yang sedang berdiri di depan pintu kecil yang berada sedikit di pojok depan.
“Ehm.. uhuk..” sosok itu hanya diam sembari berdeham beberapa kali.
“Mas Tejo, iki anak wedok e mbok,” datang lagi sesosok wanita paruh baya yang biasa dipanggil mbok Sarmi.
“Oalah Mbok to, kok wengi tenan mbok putrine mrene? Mbok ora wedhi meng Bapak?”
“Ssssttt, lha mulane kuwi, mbok njaluk tulung ojo ngomong meng Bapak yo, iki anake mbok sesuk meh mangkat kerjo adoh dadi wengi iki dolan mrene, sisan pamitan karo Mbok,” jawab wanita tersebut..
“Yowes, Mbok. Ku ora arep ngomong meng Bapak...”
“Tiati yo mbak,” lanjut Mas Tejo.
“Eeehhmmmm,” Perempuan berhoodie tadi hanya pergi bergitu saja tanpa mengucapkan sepatah katapun.


*17 Juni 2019*
Sebuah villa pribadi yang dapat terbilang megah berdiri di pinggir salah satu desa wisata. Tidak ada yang mengetahui siapa pemilik villa tersebut, warga hanya melihat sebuah mobil yang terparkir di depan villa setiap sebulan ataupun 2 minggu sekali.
Hari itu kembali terlihat sebuah mobil mewah terparkir di depan villa yang indah itu. Terlihat siluet 2 orang yang sedang bermesraan di dalamnya.
Sepasang kekasih itu menikmati cuaca yang dingin dengan disertai rintikan hujan malam itu dengan hangatnya pelukan. Seakan diserbu oleh beratnya menahan rindu, mereka tidak peduli tentang waktu yang mereka lewati.
“Sayang....” panggil wanita itu pada sosok pria yang sedang memangkunya dengan suara manja.
“Iya sayang.. kenapa?”
“Jadi kapan kamu mau nikahin aku? Jangan bilang kamu Cuma kasih aku harapan palsu aja” pertanyaan yang memang sudah sering dia tanyakan pada pria itu pun kembali dia tanyakan.
“Nggak kok, tunggu aku dapat persetujuan dari dia ya,”
“Iiiiihhh, kan yang mau nikah sama aku itu kamu, bukan dia.” Perempuan itu kembali mengeluarkan sikap manjanya.
“Tapi kan kamu nanti harus hidup berdampingan dengannya,”
“Iya sih,” perempuan itu pun akhirnya puas dengan jawaban pria tadi.
*30 Agustus 2019*
“Nggi, ayah mau nikah lagi ya,” sebuah topik pembukaan yang tidak enak didengar dia ucapkan begitu saja.
“Hah? Anggi nggak salah denger kan Pak? Ibu belum lama ninggalin kita, yah,” jawab Anggi dengan ekspresi dan nada marah.
“Tapi, Nggi kita kan butuh sosok ibu di rumah ini” pria tersebut tetap mencoba meyakinkan Anggi.
“Nggak pak, Anggi nggak sudi. Kalau ayah beneran mau nikah, nggak usah anggap Anggi anak ayah lagi.” Anggi langsung pergi meninggalkan Ayahnya.
Semenjak obrolan itu, hubungan anak-ayah itu menjadi sangat tidak harmonis.

*31 Agustus 2019*
18.15
Kediaman salah satu anggota dewan itu kedatangan tamu seorang wanita yang masih cukup muda dan parasnya cantik. Dia adalah Siska.
“Kamu Anggi ya?” tanya Siska saat melihat Anggi melewati ruang keluarga setelah dari dapur.
“Iya, tante siapa ya? Kok tamu ada di ruang ini?” tanya Anggi heran.
“Nama saya Siska,”
Belum selesai mengenalkan diri, Anggi memotongnya
“Oh, si perempuan j***g”
Mendengar perkataan anaknya, seorang pria yang baru saja keluar dari ruangan kerjanya berteriak menegur anaknya.
“Anggi, jaga ucapanmu!” bentaknya.
Anggi tidak memikirkan hal itu dan terus melanjutkan jalannya menuju kamarnya yang berada di bawah tangga.
“Sudah, Mas.. Aku nggak papa, mungkin kami perlu ngobrol berdua dulu,” ucap Siska mencoba menenangkan pria tadi.
Setelah pria tersebut tenang, Siska meminta ijin untuk menemui putrinya di kamar dan pria itu mengijinkannya.
Tok..tok..tok..
“Anggi, ini tante. Boleh tante Siska masuk?”
Tanpa menunggu jawaban dari Anggi, perempuan tersebut langsung masuk ke dalam kamar Anggi. Anggi melihatnya dengan tatapan penuh kebencian pada wanita tersebut. Tidak ada sedikit pun keraguan dalam langkah Siska saat berjalan menuju tempat Anggi duduk di dalam kamarnya.
Dia memberikan sesuatu pada Anggi dan setelah melihat apa yang diberikan oleh Siska, dia semakin marah dan mengusirnya dari kamarnya. Sebelum Siska melangkah pergi, Siska membisikan sesuatu pada Anggi.
“Tau kan sekarang kenapa kamu harus mengalah,”
Setelah membisikan hal itu, Siska menyempatkan untuk menutup sebuah bingkai foto yang ada di meja belajar Siska.
Saat Siska sudah keluar dari kamarnya dan menutup pintu kamarnya, Anggi menangis dan melemparkan bantal ke arah pintu kamarnya.

*1 September 2019*
“Bos, saya sudah menemukan orang yang cocok ,” ucap seorang pria dari sisi lain telefon.
“Ya, lakukan hari ini saja.” Jawab seorang gadis yang sedang berada di dalam sambungan telefon tersebut.


*2 September 2019*
07.15
Seperti biasa, Mbok Sarmi selalu membantu Anggi setiap pagi. Hal itu menjadi kebiasaan yang tidak bisa Anggi tinggalkan hingga saat ini.
Pagi ini, Mbok Sarmi mengobrol sesuatu yang serius dengan Anggi.
“Mbok, Anggi minta tolong yaaa.. tolong banget”
“yaudah Den Ayu,”
09.35
Datang seorang laki-laki yang bermaksud untuk melamar pekerjaan di rumah tempat salah seorang politikus yang sedang menyalonkan diri kembali tinggal.
“nama saya Adi, Bu” Dia mulai memperkenalkan diri pada Mbok Sarmi yang memang diberi tanggung jawab untuk mencari penjaga 1 lagi karena beberapa hari lalu, salah satu penjaga mengundurkan diri.
“panggil saya Mbok Sarti aja. Oh iya, kamu ki kayak orang kasar ya,”
“Yaa banyak yang bilang gitu,” jawab pria itu singkat.
“kamu pendiem ya, yaudah karena memang kita lagi butuh penjaga. Kamu boleh kerja di sini, aturan di rumah ini...” Mbok Sarmi menjelaskan semua aturan yang ada di rumah ini.
“udah paham?”
“udah, Mbok”
“yaudah, kamu mulai kerja besok saja ya,”
“iya,”


*5 September 2019*
01.25
Malam ini adalah giliran Mas Tejo dan Adi, yang merupakan penjaga baru untuk berjaga di pos jaga rumah besar itu.
“Mas Tejo, aku haus. Aku mau bikin kopi, Mas Tejo mau sekalian?” Adi menawarkan pada Mas Tejo.
“Boleh, Di.. kopi item 2 sendok, gulanya 1 sendok aja ya,”

“Oke Mas., bentar ya”
Adi pun bergegas menuju ke dapur melewati pintu samping rumah yang memang disediakan untuk jalan masuk pekerja di sana yang perlu untuk ke dapur.
Selang beberapa menit, Adi sudah tiba kembali di pos jaganya dengan membawa 2 gelas kopi.
“Ini Mas, punya Mas Tejo.” Disuguhkannya kopi yang sudah dia seduh untuk Mas Tejo.
“Duh, Di. Kayaknya aku beneran kecapekan deh. Aku tak tidur sebentar ya,”
Tidak lama setelah berkata hal itu, Mas Tejo pun langsung tertidur dengan sangat lelap.


*3 September 2019*
06.15
Tok..tok.. tok..
“Den Ayu.. sudah ditunggu Bapak di ruang makan,”
Tidak ada sedikit pun jawaban dari dalam kamar yang pintunya diketok oleh Mbak Eka, salah satu pembantu di rumah milik sallah satu anggota dewan tersebut.
Tok..tok..tok..
Mbak Eka kembali mencoba mengetuk pintu, namun tetap tidak ada jawaban. Kali ini mbak Eka memberanikan diri mencoba membuka pintu tersebut.
“Den Ayu, mohon maaf saya buka ya,” sembari membuka pintu dia meminta ijin pada pemilik kamar.
Setelah memasuki kamar, dia tidak melihat siapa pun berada di dalam kamar. Mengetahui hal itu, Mbak Eka langsung berlari menuju ruang makan untuk memberitahukannya pada Pak Andi. Mendengar bahwa anaknya tidak ada, dia memanggil seluruh pekerja di rumah itu mulai dari pembantu, penjaga, supir, hingga tukang kebun. Ditanyainya satu-satu namun tidak ada yang mengaku melihat anak majikannya.


17.20
Meskipun dia masih sangat cemas, dia tetap diam dan mencoba untuk tidak memperlihatkannya pada publik ataupun melaporkannya, karena dia takut bahwa kondisi itu akan membuat lawannya di pemilihan dewan yang akan datang akan memanfaatkan hal tersebut.
Orang itu terus berusaha menghubungi orang dalam dunia gelap untuk meminta mencarikan putrinya tersebut.


*4 September 2019*
Sudah sekitar puluhan hingga ratusan orang dia pekerjakan untuk mencari anaknya yang tiba-tiba menghilang.
Namun hingga saat ini masih belum ada informasi mengenai anaknya.
Karena kecemasannya, dia tidak bisa tidur dengan nyenyak, akhirnya dia pun memutuskan untuk pergi menemui seseorang yang dianggapnya bisa membuatnya merasa tenang.


*5 September 2019*
12.10
Kediaman anggota dewan itu sudah disibukkan dengan pemakaman untuk anaknya.
Mbok Sarmi seketika mengingat sesuatu yang aneh, dia melihat kalus dijari anak majikannya. Dia mencoba mengatakan itu pada majikannya, namun karena pria itu ingin menutupi kematian anaknya yang mengenaskan itu, dia tidak memikirkan omongan dari pembantunya.


*31 Agustus 2019*
22.30
Dia memikirkan segala cara untuk menghindari rumah ini. Dia merasa sudah muak dengan orang yang harusnya paling dia hormati.
“Di, kudengar kamu baru saja keluar dari penjara,” ucap seorang gadis dengan nada yang sesenggukan.
“Iya, kenapa?”
“Kamu punya kenalan penculik ataupun pembunuh?”
“Ada, kamu mau kontaknya?”
“Ya.”
“oh iya, kamu perlu pekerjaan juga?”
“iya ni,”
“yaudah, ke sini saja.”


*5 September 2019*
04.25
Pak Andi baru saja pulang dari pertemuannya dengan orang semalam. Dia merasa sangat merindukan anaknya dan berjalan langsung menuju kamar anaknya yang sampai sekarang belum ada kabar.
Saat beberapa langkah lagi sampai di kamar si anak, Pak Andi melihat pintu kamar anaknya sedikit terbuka. Melihat hal itu, dia langsung berlari dengan perasaan bahagia bahwa mungkin saja anaknya sudah pulang.
Langkahnya terhenti begitu saja saat dia melihat anaknya terbujur kaku di tempat tidurnya dengan menggunakan pakaian terakhir yang dia lihat malam itu anaknya gunakan.
“Tejo! Adi!” dia berteriak dengan begitu keras hingga membuat orang-orang berlarian ke kamar anak Pak Andi.
Saat memasuki ruangan, semua orang tercengang melihat tubuh anak majikannya yang terbujur kaku dengan luka bakar seakan tersiran cairan asam di seluruh tubuhnya yang menjadikan seluruh kulitnya melepuh dan membuatnya tidak dapat dikenali lagi wajahnya. Selain itu, terdapat sayatan di lehernya dan anehnya lagi, tidak ada pakaian yang terbakar sedikit pun serta beberapa jari tangan yang selamat dari luka bakar.
Mbok Sarmi yang telah menjadi pembantu serta pengasuh anak majikannya dari dia kecil, kaget bukan main melihat tubuh tersebut. Dia langsung menuju ke arah tempat tidur dan terduduk di sampingnya.
Sekilas dia melihat terdapat kalus pada jarinya yang selamat dari luka bakar.
Suasana pagi yang cerah itu seketika menjadi sangat kelam di kediaman Pak andi, setelah ditinggalkan istrinya 2 tahun lalu, hari ini putrinya pun meninggalkan dia.




*17 Juni 2019*
Sebuah villa pribadi yang dapat terbilang megah berdiri di pinggir salah satu desa wisata. Tidak ada yang mengetahui siapa pemilik villa tersebut, warga hanya melihat sebuah mobil yang terparkir di depan villa setiap sebulan ataupun 2 minggu sekali.
Hari itu kembali terlihat sebuah mobil mewah terparkir di depan villa yang indah itu. Terlihat siluet 2 orang yang sedang bermesraan di dalamnya.
Sepasang kekasih itu menikmati cuaca yang dingin dengan disertai rintikan hujan malam itu dengan hangatnya pelukan. Seakan diserbu oleh beratnya menahan rindu, mereka tidak peduli tentang waktu yang mereka lewati.
“Sayang....” panggil wanita itu pada sosok pria yang sedang memangkunya dengan suara manja.
“Iya sayang.. kenapa?”
“Jadi kapan kamu mau nikahin aku? Jangan bilang kamu Cuma kasih aku harapan palsu aja” pertanyaan yang memang sudah sering dia tanyakan pada pria itu pun kembali dia tanyakan.
“Nggak kok, tunggu aku dapat persetujuan dari dia ya,”
“Iiiiihhh, kan yang mau nikah sama aku itu kamu, bukan dia.” Perempuan itu kembali mengeluarkan sikap manjanya.
“Tapi kan kamu nanti harus hidup berdampingan dengannya,”
“Iya sih,” perempuan itu pun akhirnya puas dengan jawaban pria tadi.
Perempuan tersebut adalah Siska, wanita simpanan pak Andi yang selalu meminta untuk dinikahi.

*30 Agustus 2019*
“Nggi, ayah mau nikah lagi ya,” sebuah topik pembukaan yang tidak enak didengar dia ucapkan begitu saja.
“Hah? Anggi nggak salah denger kan yah? Ibu belum lama ninggalin kita, yah,” jawab Anggi dengan ekspresi dan nada marah.
“Tapi, Nggi kita kan butuh sosok ibu di rumah ini” pria tersebut tetap mencoba meyakinkan Anggi.
“Nggak pak, Anggi nggak sudi. Kalau ayah beneran mau nikah, nggak usah anggap Anggi anak ayah lagi.” Anggi langsung pergi meninggalkan Ayahnya.
Semenjak obrolan itu, hubungan anak-ayah itu menjadi sangat tidak harmonis.
Obrolan itu dilakukan oleh pak andi dan Anggi dj ruang keluarga pada jam mereka berkumpul seperti biasa. Mendengar pertanyaan dari ayahnya, Anggi merasa sangat marah dikarenakan belum genap 2 tahun sejak ibunya meninggal namun ayahnya sudah ingin menikah lagi.

*31 Agustus 2019*
18.15
Kediaman salah satu anggota dewan itu kedatangan tamu seorang wanita yang masih cukup muda dan parasnya cantik. Dia adalah Siska. Siska sengaja meminta pada Pak Andi untuk bertamu ke rumahnya untuk berkenalan dengan Anggi. Namun respon Anggi sangat tidak ramah padanya. Siska mencoba tenang di depan Pak andi dan seluruh orang yang ada di rumah itu.
“Kamu Anggi ya?” tanya Siska saat melihat Anggi melewati ruang keluarga setelah dari dapur.
“Iya, tante siapa ya? Kok tamu ada di ruang ini?” tanya Anggi heran.
“Nama saya Siska,”
Belum selesai mengenalkan diri, Anggi memotongnya
“Oh, si perempuan j***g”
Mendengar perkataan anaknya, seorang pria yang baru saja keluar dari ruangan kerjanya berteriak menegur anaknya.
“Anggi, jaga ucapanmu!” bentaknya.
Anggi tidak memikirkan hal itu dan terus melanjutkan jalannya menuju kamarnya yang berada di bawah tangga.
“Sudah, Mas.. Aku nggak papa, mungkin kami perlu ngobrol berdua dulu,” ucap Siska mencoba menenangkan pria tadi.
Setelah pria tersebut tenang, Siska meminta ijin untuk menemui putrinya di kamar dan pria itu mengijinkannya.
Tok..tok..tok..
“Anggi, ini tante. Boleh tante Siska masuk?”
Tanpa menunggu jawaban dari Anggi, perempuan tersebut langsung masuk ke dalam kamar Anggi. Anggi melihatnya dengan tatapan penuh kebencian pada wanita tersebut. Tidak ada sedikit pun keraguan dalam langkah Siska saat berjalan menuju tempat Anggi duduk di dalam kamarnya.
Dia memberikan sesuatu pada Anggi dan setelah melihat apa yang diberikan oleh Siska, dia semakin marah dan mengusirnya dari kamarnya. Sebelum Siska melangkah pergi, Siska membisikan sesuatu pada Anggi.
“Tau kan sekarang kenapa kamu harus mengalah,”
Setelah membisikan hal itu, Siska menyempatkan untuk menutup sebuah bingkai foto yang ada di meja belajar Siska.
Saat Siska sudah keluar dari kamarnya dan menutup pintu kamarnya, Anggi menangis dan melemparkan bantal ke arah pintu kamarnya.
Hal yang membuat Anggi begitu marah adalah bahwa Siska memberikan laporan pemeriksaan yang menunjukkan bahwa dia sedang hamil dan membisikan sesuatu dengan makna bahwa Anggi harus merelakan ayahnya menikahinya.
Hal yang terakhir yang membuat kemarahan Anggi semakin menjadi adalah Siska menutup bingkai foto dari almarhumah Ibunya Anggi.
22.30
Dia memikirkan segala cara untuk menghindari rumah ini. Dia merasa sudah muak dengan orang yang harusnya paling dia hormati.
Seketika dia mengingat tentang temannya Adi, yang baru saja bebas dari penjara. Dia memberanikan diri untuk meminta bantuannya.
“Di, kudengar kamu baru saja keluar dari penjara,” ucap seorang gadis dengan nada yang sesenggukan.
“Iya, kenapa?”
“Kamu punya kenalan penculik ataupun pembunuh?”
“Ada, kamu mau kontaknya?”
“Ya.”
“oh iya, kamu perlu pekerjaan juga?”
“iya ni,”
“yaudah, ke sini saja.”
Setelah Anggi diberi kontak tentang kenalan Adi yang bekerja sebagai pembunuh bayaran, dia menawari Adi untuk bekerja di rumahnya sehingga bisa membantu melancarkan rencananya nanti.

*1 September 2019*
“Bos, saya sudah menemukan orang yang cocok ,” ucap seorang pria dari sisi lain telefon.
“Ya, lakukan hari ini saja.” Jawab seorang perempuan yang sedang berada di dalam sambungan telefon tersebut.
Obrolan antara Anggi dan orang suruhannya untuk mencari seorang pengganti untuknya.

*2 September 2019*
07.15
Seperti biasa, Mbok Sarmi selalu membantu Anggi setiap pagi. Hal itu menjadi kebiasaan yang tidak bisa Anggi tinggalkan hingga saat ini.
Pagi ini, Mbok Sarmi mengobrol sesuatu yang serius dengan Anggi.
“Mbok, Anggi minta tolong yaaa.. tolong banget”
“yaudah Den Ayu,”
“Den Ayu” atau Raden Ayu adalah panggilan dari para pekerja untuk Anggi.
Anggi meminta tolong pada Mbok Sarmi untuk membawanya keluar, melewati penjagaan yang ada.

09.35
Datang seorang laki-laki yang bermaksud untuk melamar pekerjaan di rumah tempat salah seorang politikus yang sedang menyalonkan diri kembali tinggal.
“nama saya Adi, Bu” Dia mulai memperkenalkan diri pada Mbok Sarmi yang memang diberi tanggung jawab untuk mencari penjaga 1 lagi karena beberapa hari lalu, salah satu penjaga mengundurkan diri.
“panggil saya Mbok Sarti aja. Oh iya, kamu ki kayak orang kasar ya,”
“Yaa banyak yang bilang gitu,” jawab pria itu singkat.
“kamu pendiem ya, yaudah karena memang kita lagi butuh penjaga. Kamu boleh kerja di sini, aturan di rumah ini...” Mbok Sarmi menjelaskan semua aturan yang ada di rumah ini.
“udah paham?”
“udah, Mbok”
“yaudah, kamu mulai kerja besok saja ya,”
“iya,”
Lelaki itu adalah Adi teman Anggi yang baru saja keluar dari penjara. Dia menerima tawaran Anggi untuk melamar di sana. Di lain sisi, agar rencana Anggi berjalan lancar
19.05

~opening berita di televisi~
“Selamat malam, pemirsa. Sebelum kami mulai membacakan berita yang sangat hangat untuk hari ini, kami ingin memberitakan informasi mengenai orang hilang terlebih dahulu. Berikut adalah informasinya,” presenter tersebut membacakan informasi tentang orang hilang tersebut yang disertai dengan foto yang sudah terpampang dilayar televisi,”
“Namanya adalah Agnes, dia adalah seorang gitaris dari salah satu Band yang sedang naik daun saat ini, menurut personel Band lain dan juga dari pihak manajemennya, dia sudah tidak dapat dikabari sejak sehari yang lalu, apabila ada yang melihat atau mengetahui lokasinya sekarang, dapat menghubungi nomor tersebut,”
Berita di televisi itu terus berjalan menemani suasana malam itu yang sepi, tidak ada obrolan antara kedua orang yang sedang duduk bersama tersebut. Pertemuan mereka seakan hanya sebuah formalitas.
“Aku ke kamar dulu,” ucap perempuan itu dengan nada ketus dan langsung meninggalkan pria yang duduk bersamanya tadi.
“Nggi? Masih marah?” pertanyaan pria tersebut membuat perempuan yang baru berjalan beberapa langkah terhenti.
“Ya, oh. Aku duduk di sana hanya karena peraturan dari Ibuku, kebiasaan dari Ibuku,” jawabnya.
Dia langsung berjalan dengan cepat tanpa menunggu pria yang dia tinggalkan menjawab ataupun mengucapkan sesuatu lagi.
Dahulu, saat nyonya besar di rumah itu yang tak lain adalah Ibu kandung Anggi dan juga istri sah Pak Andi masih hidup, dia membuat sebuah peraturan di mana setiap malam mereka harus berkumpul di ruang keluarga sebelum sibuk dengan urusan masing-masing. Hingga saat ini, Anggi masih melakukan kebiasaan itu meski merasa muak dengan ayahnya.
23.00
Setelah mengatakan pada Mbok Sarmi pagi tadi, Anggi mempersiapkan dirinya dan menunggu ayahnya pergi ke dalam kamarnya yang berada di lantai 2. Dia dibantu Mbok Sarmi mengetahui kegiatan ayahnya malam itu.
Suasana malam yang gelap dan dingin membuat Tejo, salah satu penjaga gerbang rumah politikus Andi tidak dapat duduk dengan tenang. Tejo pun memutuskan untuk berkeliling sebentar.
Di tengah perjalanannya menelusuri rumah megah tersebut, dia melihat sesosok yang mengenakan hoodie.
“Hei, kamu siapa?” teriak seorang penjaga malam itu pada 1 sosok yang mengenakan hoodie yang sedang berdiri di depan pintu kecil yang berada sedikit di pojok depan.
“Ehm.. uhuk..” sosok itu hanya diam sembari berdeham beberapa kali.
“Mas Tejo, iki anak wedok e mbok,” datang lagi sesosok wanita paruh baya yang biasa dipanggil mbok Sarmi.
“Oalah Mbok to, kok wengi tenan mbok putrine mrene? Mbok ora wedhi meng Bapak?”
“Ssssttt, lha mulane kuwi, mbok njaluk tulung ojo ngomong meng Bapak yo, iki anake mbok sesuk meh mangkat kerjo adoh dadi wengi iki dolan mrene, sisan pamitan karo Mbok,” jawab wanita tersebut..
“Yowes, Mbok. Ku ora arep ngomong meng Bapak...”
“Tiati yo mbak,” lanjut Mas Tejo.
“Eeehhmmmm,” Perempuan berhoodie tadi hanya pergi bergitu saja tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Tejo sudah berjanji pada Mbok Sarmi tidak akan mengatakan pada siapapun tentang malam ini. Namun tanpa Tejo sadari, orang yang menggunakan hoodie dan mengaku sebagai anak Mbok Sarmi adalah Anggi, anak majikannya yang ingin kabur dari rumah itu.

*3 September 2019*
06.15
Pagi ini seperti biasa, jamnya untuk sarapan. Namun Anggi belum juga terlihat di ruang makan. Maka salah satu pembantu menjemputnya sebelum pak Andi marah.
Tok..tok.. tok..
“Den Ayu.. sudah ditunggu Bapak di ruang makan,”
Tidak ada sedikit pun jawaban dari dalam kamar yang pintunya diketok oleh Mbak Eka, salah satu pembantu di rumah milik sallah satu anggota dewan tersebut.
Tok..tok..tok..
Mbak Eka kembali mencoba mengetuk pintu, namun tetap tidak ada jawaban. Kali ini mbak Eka memberanikan diri mencoba membuka pintu tersebut.
“Den Ayu, mohon maaf saya buka ya,” sembari membuka pintu dia meminta ijin pada pemilik kamar.
Setelah memasuki kamar, dia tidak melihat siapa pun berada di dalam kamar. Mengetahui hal itu, Mbak Eka langsung berlari menuju ruang makan untuk memberitahukannya pada Pak Andi. Mendengar bahwa anaknya tidak ada, dia memanggil seluruh pekerja di rumah itu mulai dari pembantu, penjaga, supir, hingga tukang kebun. Ditanyainya satu-satu namun tidak ada yang mengaku melihat anak majikannya.
Tejo merasa ada yang aneh dengan kejadian semalam, tapi dia dilema karena sudah berjanji pada Mbok Sarmi, selain itu Mbok Sarmi sudah sangat berbudi di hidup Tejo sampai saat ini.
17.20
Meskipun Pak Andi masih sangat cemas, pak Andi tetap diam dan mencoba untuk tidak memperlihatkannya pada publik ataupun melaporkannya, karena dia takut bahwa kondisi itu akan membuat lawannya di pemilihan dewan yang akan datang akan memanfaatkan hal tersebut.
Pak Andi terus berusaha menghubungi orang dalam dunia gelap untuk meminta mencarikan putrinya tersebut.

*4 September 2019*
Sudah sekitar puluhan hingga ratusan orang dia pekerjakan untuk mencari anaknya yang tiba-tiba menghilang.
Namun hingga saat ini masih belum ada informasi mengenai anaknya.
Karena kecemasannya, dia tidak bisa tidur dengan nyenyak, akhirnya dia pun memutuskan untuk pergi menemui seseorang yang dianggapnya bisa membuatnya merasa tenang. Pak Andi pun pergi menemui kekasih gelapnya, Siska dan menetap semalam di tempat tinggal Siska.

*5 September 2019*
01.25
Malam ini adalah giliran Mas Tejo dan Adi, yang merupakan penjaga baru untuk berjaga di pos jaga rumah besar itu.
“Mas Tejo, aku haus. Aku mau bikin kopi, Mas Tejo mau sekalian?” Adi menawarkan pada Mas Tejo.
“Boleh, Di.. kopi item 2 sendok, gulanya 1 sendok aja ya,”

“Oke Mas., bentar ya”
Adi pun bergegas menuju ke dapur melewati pintu samping rumah yang memang disediakan untuk jalan masuk pekerja di sana yang perlu untuk ke dapur.
Selang beberapa menit, Adi sudah tiba kembali di pos jaganya dengan membawa 2 gelas kopi.
Dengan 1 gelas kopi untuk Tejo yang sudah dia beri obat tidur.
“Ini Mas, punya Mas Tejo.” Disuguhkannya kopi yang sudah dia seduh untuk Mas Tejo.
“Duh, Di. Kayaknya aku beneran kecapekan deh. Aku tak tidur sebentar ya,”
Tidak lama setelah berkata hal itu, Mas Tejo pun langsung tertidur dengan sangat lelap.
04.25
Pak Andi baru saja pulang dari pertemuannya dengan orang semalam. Dia merasa sangat merindukan anaknya dan berjalan langsung menuju kamar anaknya yang sampai sekarang belum ada kabar.
Saat beberapa langkah lagi sampai di kamar si anak, Pak Andi melihat pintu kamar anaknya sedikit terbuka. Melihat hal itu, dia langsung berlari dengan perasaan bahagia bahwa mungkin saja anaknya sudah pulang.
Langkahnya terhenti begitu saja saat dia melihat anaknya terbujur kaku di tempat tidurnya dengan menggunakan pakaian terakhir yang dia lihat malam itu anaknya gunakan.
“Tejo! Adi!” dia berteriak dengan begitu keras hingga membuat orang-orang berlarian ke kamar anak Pak Andi.
Saat memasuki ruangan, semua orang tercengang melihat tubuh anak majikannya yang terbujur kaku dengan luka bakar seakan tersiran cairan asam di seluruh tubuhnya yang menjadikan seluruh kulitnya melepuh dan membuatnya tidak dapat dikenali lagi wajahnya. Selain itu, terdapat sayatan di lehernya dan anehnya lagi, tidak ada pakaian yang terbakar sedikit pun serta beberapa jari tangan yang selamat dari luka bakar.
Mbok Sarmi yang telah menjadi pembantu serta pengasuh anak majikannya dari dia kecil, kaget bukan main melihat tubuh tersebut. Dia langsung menuju ke arah tempat tidur dan terduduk di sampingnya.
Sekilas dia melihat terdapat kalus pada jarinya yang selamat dari luka bakar.
Suasana pagi yang cerah itu seketika menjadi sangat kelam di kediaman Pak andi, setelah ditinggalkan istrinya 2 tahun lalu, hari ini putrinya pun meninggalkan dia.
12.10
Kediaman anggota dewan itu sudah disibukkan dengan pemakaman untuk anaknya.
Mbok Sarmi seketika mengingat sesuatu yang aneh, dia melihat kalus dijari anak majikannya. Dia mencoba mengatakan itu pada majikannya, namun karena pria itu ingin menutupi kematian anaknya yang mengenaskan itu, dia tidak memikirkan omongan dari pembantunya.
Simpulan kejadian utama :
Anggi merasa sangat kecewa pada ayahnya dan ingin menghukum ayahnya dengan perasaan yang begitu menyakitkan, yaitu melihat anaknya meninggal.
Namun, mayat yang ada di kamar Anggi bukan Anggi yang sebenarnya. Itu adalah mayat dari gitaris yang hilang beberapa hari lalu. Karena Anggi yang dari kecil sangat di manja, tidak memiliki sedikitpun kalus di jari tangannya. Berbeda dengan gitaris tersebut.
Gitaris itu disekap selama beberapa hari, menunggu waktu yang tepat untuk membunuhnya.
Gitaris itu dibunuh dengan sayatan di arteri karotisnya dan setelah itu tubuhnya disiram dengan asam keras hingga membuat seluruh kulitnya melepuh, kecuali beberapa jari di tangannya.
Setelah disiram dengan asam kuat, mayat gitaris itu dipakaikan pakaian yang digunakan Anggi malam itu, saat dia menonton berita dengan ayahnya.
Kaburnya Anggi dibantu oleh Mbok Sarmi.
Dan saat memasukkan mayat ke dalam rumah, kebetulan rumah saat itu sepi dan Adi sudah membuat Tejo tertidur.
Tejo membantu mereka membawa nayat tersebut masuk ke dalam rumah dan meletakkanya di ranjang Anggi.


Next
This Is The Current Newest Page
Comments


EmoticonEmoticon

PENGUMUMAN
Setiap sabtu dan minggu, reward pulsa untuk pengirim postingan #SangPujangga terbaik
Done