Riddle Story Indonesia
News Update
Loading...

Featured

[Featured][recentbylabel]

Featured

[Featured][recentbylabel]

Rabu, 30 Oktober 2019

Case Chrono - Ketidakpastian By Desdemonic

Case Chrono - Ketidakpastian By Desdemonic

By : Desdemonic 
Vs Archangelion

*2 September 2019*
19.05
~opening berita di televisi~
“Selamat malam, pemirsa. Sebelum kami mulai membacakan berita yang sangat hangat untuk hari ini, kami ingin memberitakan informasi mengenai orang hilang terlebih dahulu. Berikut adalah informasinya,” presenter tersebut membacakan informasi tentang orang hilang tersebut yang disertai dengan foto yang sudah terpampang dilayar televisi,”
“Namanya adalah Agnes, dia adalah seorang gitaris dari salah satu Band yang sedang naik daun saat ini, menurut personel Band lain dan juga dari pihak manajemennya, dia sudah tidak dapat dikabari sejak sehari yang lalu, apabila ada yang melihat atau mengetahui lokasinya sekarang, dapat menghubungi nomor tersebut,”
Berita di televisi itu terus berjalan menemani suasana malam itu yang sepi, tidak ada obrolan antara kedua orang yang sedang duduk bersama tersebut. Pertemuan mereka seakan hanya sebuah formalitas.
“Aku ke kamar dulu,” ucap perempuan itu dengan nada ketus dan langsung meninggalkan pria yang duduk bersamanya tadi.
“Nggi? Masih marah?” pertanyaan pria tersebut membuat peempuan yang baru berjalan beberapa langkah terhenti.
“Ya, oh. Aku duduk di sana hanya karena peraturan dari Ibuku, kebiasaan dari Ibuku,” jawabnya.
Dia langsung berjalan dengan cepat tanpa menunggu pria yang dia tinggalkan menjawab ataupun mengucapkan sesuatu lagi.
23.00
Suasana malam yang gelap dan dingin membuat Tejo, salah satu penjaga gerbang rumah politikus Andi tidak dapat duduk dengan tenang. Tejo pun memutuaskan untuk berkelilingin sebentar.
Di tengah perjalanannya menelusuri rumah megah tersebut, dia melihat sesosok yang mengenakan hoodie.
“Hei, kamu siapa?” teriak seorang penjaga malam itu pada 1 sosok yang mengenakan hoodie yang sedang berdiri di depan pintu kecil yang berada sedikit di pojok depan.
“Ehm.. uhuk..” sosok itu hanya diam sembari berdeham beberapa kali.
“Mas Tejo, iki anak wedok e mbok,” datang lagi sesosok wanita paruh baya yang biasa dipanggil mbok Sarmi.
“Oalah Mbok to, kok wengi tenan mbok putrine mrene? Mbok ora wedhi meng Bapak?”
“Ssssttt, lha mulane kuwi, mbok njaluk tulung ojo ngomong meng Bapak yo, iki anake mbok sesuk meh mangkat kerjo adoh dadi wengi iki dolan mrene, sisan pamitan karo Mbok,” jawab wanita tersebut..
“Yowes, Mbok. Ku ora arep ngomong meng Bapak...”
“Tiati yo mbak,” lanjut Mas Tejo.
“Eeehhmmmm,” Perempuan berhoodie tadi hanya pergi bergitu saja tanpa mengucapkan sepatah katapun.


*17 Juni 2019*
Sebuah villa pribadi yang dapat terbilang megah berdiri di pinggir salah satu desa wisata. Tidak ada yang mengetahui siapa pemilik villa tersebut, warga hanya melihat sebuah mobil yang terparkir di depan villa setiap sebulan ataupun 2 minggu sekali.
Hari itu kembali terlihat sebuah mobil mewah terparkir di depan villa yang indah itu. Terlihat siluet 2 orang yang sedang bermesraan di dalamnya.
Sepasang kekasih itu menikmati cuaca yang dingin dengan disertai rintikan hujan malam itu dengan hangatnya pelukan. Seakan diserbu oleh beratnya menahan rindu, mereka tidak peduli tentang waktu yang mereka lewati.
“Sayang....” panggil wanita itu pada sosok pria yang sedang memangkunya dengan suara manja.
“Iya sayang.. kenapa?”
“Jadi kapan kamu mau nikahin aku? Jangan bilang kamu Cuma kasih aku harapan palsu aja” pertanyaan yang memang sudah sering dia tanyakan pada pria itu pun kembali dia tanyakan.
“Nggak kok, tunggu aku dapat persetujuan dari dia ya,”
“Iiiiihhh, kan yang mau nikah sama aku itu kamu, bukan dia.” Perempuan itu kembali mengeluarkan sikap manjanya.
“Tapi kan kamu nanti harus hidup berdampingan dengannya,”
“Iya sih,” perempuan itu pun akhirnya puas dengan jawaban pria tadi.
*30 Agustus 2019*
“Nggi, ayah mau nikah lagi ya,” sebuah topik pembukaan yang tidak enak didengar dia ucapkan begitu saja.
“Hah? Anggi nggak salah denger kan Pak? Ibu belum lama ninggalin kita, yah,” jawab Anggi dengan ekspresi dan nada marah.
“Tapi, Nggi kita kan butuh sosok ibu di rumah ini” pria tersebut tetap mencoba meyakinkan Anggi.
“Nggak pak, Anggi nggak sudi. Kalau ayah beneran mau nikah, nggak usah anggap Anggi anak ayah lagi.” Anggi langsung pergi meninggalkan Ayahnya.
Semenjak obrolan itu, hubungan anak-ayah itu menjadi sangat tidak harmonis.

*31 Agustus 2019*
18.15
Kediaman salah satu anggota dewan itu kedatangan tamu seorang wanita yang masih cukup muda dan parasnya cantik. Dia adalah Siska.
“Kamu Anggi ya?” tanya Siska saat melihat Anggi melewati ruang keluarga setelah dari dapur.
“Iya, tante siapa ya? Kok tamu ada di ruang ini?” tanya Anggi heran.
“Nama saya Siska,”
Belum selesai mengenalkan diri, Anggi memotongnya
“Oh, si perempuan j***g”
Mendengar perkataan anaknya, seorang pria yang baru saja keluar dari ruangan kerjanya berteriak menegur anaknya.
“Anggi, jaga ucapanmu!” bentaknya.
Anggi tidak memikirkan hal itu dan terus melanjutkan jalannya menuju kamarnya yang berada di bawah tangga.
“Sudah, Mas.. Aku nggak papa, mungkin kami perlu ngobrol berdua dulu,” ucap Siska mencoba menenangkan pria tadi.
Setelah pria tersebut tenang, Siska meminta ijin untuk menemui putrinya di kamar dan pria itu mengijinkannya.
Tok..tok..tok..
“Anggi, ini tante. Boleh tante Siska masuk?”
Tanpa menunggu jawaban dari Anggi, perempuan tersebut langsung masuk ke dalam kamar Anggi. Anggi melihatnya dengan tatapan penuh kebencian pada wanita tersebut. Tidak ada sedikit pun keraguan dalam langkah Siska saat berjalan menuju tempat Anggi duduk di dalam kamarnya.
Dia memberikan sesuatu pada Anggi dan setelah melihat apa yang diberikan oleh Siska, dia semakin marah dan mengusirnya dari kamarnya. Sebelum Siska melangkah pergi, Siska membisikan sesuatu pada Anggi.
“Tau kan sekarang kenapa kamu harus mengalah,”
Setelah membisikan hal itu, Siska menyempatkan untuk menutup sebuah bingkai foto yang ada di meja belajar Siska.
Saat Siska sudah keluar dari kamarnya dan menutup pintu kamarnya, Anggi menangis dan melemparkan bantal ke arah pintu kamarnya.

*1 September 2019*
“Bos, saya sudah menemukan orang yang cocok ,” ucap seorang pria dari sisi lain telefon.
“Ya, lakukan hari ini saja.” Jawab seorang gadis yang sedang berada di dalam sambungan telefon tersebut.


*2 September 2019*
07.15
Seperti biasa, Mbok Sarmi selalu membantu Anggi setiap pagi. Hal itu menjadi kebiasaan yang tidak bisa Anggi tinggalkan hingga saat ini.
Pagi ini, Mbok Sarmi mengobrol sesuatu yang serius dengan Anggi.
“Mbok, Anggi minta tolong yaaa.. tolong banget”
“yaudah Den Ayu,”
09.35
Datang seorang laki-laki yang bermaksud untuk melamar pekerjaan di rumah tempat salah seorang politikus yang sedang menyalonkan diri kembali tinggal.
“nama saya Adi, Bu” Dia mulai memperkenalkan diri pada Mbok Sarmi yang memang diberi tanggung jawab untuk mencari penjaga 1 lagi karena beberapa hari lalu, salah satu penjaga mengundurkan diri.
“panggil saya Mbok Sarti aja. Oh iya, kamu ki kayak orang kasar ya,”
“Yaa banyak yang bilang gitu,” jawab pria itu singkat.
“kamu pendiem ya, yaudah karena memang kita lagi butuh penjaga. Kamu boleh kerja di sini, aturan di rumah ini...” Mbok Sarmi menjelaskan semua aturan yang ada di rumah ini.
“udah paham?”
“udah, Mbok”
“yaudah, kamu mulai kerja besok saja ya,”
“iya,”


*5 September 2019*
01.25
Malam ini adalah giliran Mas Tejo dan Adi, yang merupakan penjaga baru untuk berjaga di pos jaga rumah besar itu.
“Mas Tejo, aku haus. Aku mau bikin kopi, Mas Tejo mau sekalian?” Adi menawarkan pada Mas Tejo.
“Boleh, Di.. kopi item 2 sendok, gulanya 1 sendok aja ya,”

“Oke Mas., bentar ya”
Adi pun bergegas menuju ke dapur melewati pintu samping rumah yang memang disediakan untuk jalan masuk pekerja di sana yang perlu untuk ke dapur.
Selang beberapa menit, Adi sudah tiba kembali di pos jaganya dengan membawa 2 gelas kopi.
“Ini Mas, punya Mas Tejo.” Disuguhkannya kopi yang sudah dia seduh untuk Mas Tejo.
“Duh, Di. Kayaknya aku beneran kecapekan deh. Aku tak tidur sebentar ya,”
Tidak lama setelah berkata hal itu, Mas Tejo pun langsung tertidur dengan sangat lelap.


*3 September 2019*
06.15
Tok..tok.. tok..
“Den Ayu.. sudah ditunggu Bapak di ruang makan,”
Tidak ada sedikit pun jawaban dari dalam kamar yang pintunya diketok oleh Mbak Eka, salah satu pembantu di rumah milik sallah satu anggota dewan tersebut.
Tok..tok..tok..
Mbak Eka kembali mencoba mengetuk pintu, namun tetap tidak ada jawaban. Kali ini mbak Eka memberanikan diri mencoba membuka pintu tersebut.
“Den Ayu, mohon maaf saya buka ya,” sembari membuka pintu dia meminta ijin pada pemilik kamar.
Setelah memasuki kamar, dia tidak melihat siapa pun berada di dalam kamar. Mengetahui hal itu, Mbak Eka langsung berlari menuju ruang makan untuk memberitahukannya pada Pak Andi. Mendengar bahwa anaknya tidak ada, dia memanggil seluruh pekerja di rumah itu mulai dari pembantu, penjaga, supir, hingga tukang kebun. Ditanyainya satu-satu namun tidak ada yang mengaku melihat anak majikannya.


17.20
Meskipun dia masih sangat cemas, dia tetap diam dan mencoba untuk tidak memperlihatkannya pada publik ataupun melaporkannya, karena dia takut bahwa kondisi itu akan membuat lawannya di pemilihan dewan yang akan datang akan memanfaatkan hal tersebut.
Orang itu terus berusaha menghubungi orang dalam dunia gelap untuk meminta mencarikan putrinya tersebut.


*4 September 2019*
Sudah sekitar puluhan hingga ratusan orang dia pekerjakan untuk mencari anaknya yang tiba-tiba menghilang.
Namun hingga saat ini masih belum ada informasi mengenai anaknya.
Karena kecemasannya, dia tidak bisa tidur dengan nyenyak, akhirnya dia pun memutuskan untuk pergi menemui seseorang yang dianggapnya bisa membuatnya merasa tenang.


*5 September 2019*
12.10
Kediaman anggota dewan itu sudah disibukkan dengan pemakaman untuk anaknya.
Mbok Sarmi seketika mengingat sesuatu yang aneh, dia melihat kalus dijari anak majikannya. Dia mencoba mengatakan itu pada majikannya, namun karena pria itu ingin menutupi kematian anaknya yang mengenaskan itu, dia tidak memikirkan omongan dari pembantunya.


*31 Agustus 2019*
22.30
Dia memikirkan segala cara untuk menghindari rumah ini. Dia merasa sudah muak dengan orang yang harusnya paling dia hormati.
“Di, kudengar kamu baru saja keluar dari penjara,” ucap seorang gadis dengan nada yang sesenggukan.
“Iya, kenapa?”
“Kamu punya kenalan penculik ataupun pembunuh?”
“Ada, kamu mau kontaknya?”
“Ya.”
“oh iya, kamu perlu pekerjaan juga?”
“iya ni,”
“yaudah, ke sini saja.”


*5 September 2019*
04.25
Pak Andi baru saja pulang dari pertemuannya dengan orang semalam. Dia merasa sangat merindukan anaknya dan berjalan langsung menuju kamar anaknya yang sampai sekarang belum ada kabar.
Saat beberapa langkah lagi sampai di kamar si anak, Pak Andi melihat pintu kamar anaknya sedikit terbuka. Melihat hal itu, dia langsung berlari dengan perasaan bahagia bahwa mungkin saja anaknya sudah pulang.
Langkahnya terhenti begitu saja saat dia melihat anaknya terbujur kaku di tempat tidurnya dengan menggunakan pakaian terakhir yang dia lihat malam itu anaknya gunakan.
“Tejo! Adi!” dia berteriak dengan begitu keras hingga membuat orang-orang berlarian ke kamar anak Pak Andi.
Saat memasuki ruangan, semua orang tercengang melihat tubuh anak majikannya yang terbujur kaku dengan luka bakar seakan tersiran cairan asam di seluruh tubuhnya yang menjadikan seluruh kulitnya melepuh dan membuatnya tidak dapat dikenali lagi wajahnya. Selain itu, terdapat sayatan di lehernya dan anehnya lagi, tidak ada pakaian yang terbakar sedikit pun serta beberapa jari tangan yang selamat dari luka bakar.
Mbok Sarmi yang telah menjadi pembantu serta pengasuh anak majikannya dari dia kecil, kaget bukan main melihat tubuh tersebut. Dia langsung menuju ke arah tempat tidur dan terduduk di sampingnya.
Sekilas dia melihat terdapat kalus pada jarinya yang selamat dari luka bakar.
Suasana pagi yang cerah itu seketika menjadi sangat kelam di kediaman Pak andi, setelah ditinggalkan istrinya 2 tahun lalu, hari ini putrinya pun meninggalkan dia.




*17 Juni 2019*
Sebuah villa pribadi yang dapat terbilang megah berdiri di pinggir salah satu desa wisata. Tidak ada yang mengetahui siapa pemilik villa tersebut, warga hanya melihat sebuah mobil yang terparkir di depan villa setiap sebulan ataupun 2 minggu sekali.
Hari itu kembali terlihat sebuah mobil mewah terparkir di depan villa yang indah itu. Terlihat siluet 2 orang yang sedang bermesraan di dalamnya.
Sepasang kekasih itu menikmati cuaca yang dingin dengan disertai rintikan hujan malam itu dengan hangatnya pelukan. Seakan diserbu oleh beratnya menahan rindu, mereka tidak peduli tentang waktu yang mereka lewati.
“Sayang....” panggil wanita itu pada sosok pria yang sedang memangkunya dengan suara manja.
“Iya sayang.. kenapa?”
“Jadi kapan kamu mau nikahin aku? Jangan bilang kamu Cuma kasih aku harapan palsu aja” pertanyaan yang memang sudah sering dia tanyakan pada pria itu pun kembali dia tanyakan.
“Nggak kok, tunggu aku dapat persetujuan dari dia ya,”
“Iiiiihhh, kan yang mau nikah sama aku itu kamu, bukan dia.” Perempuan itu kembali mengeluarkan sikap manjanya.
“Tapi kan kamu nanti harus hidup berdampingan dengannya,”
“Iya sih,” perempuan itu pun akhirnya puas dengan jawaban pria tadi.
Perempuan tersebut adalah Siska, wanita simpanan pak Andi yang selalu meminta untuk dinikahi.

*30 Agustus 2019*
“Nggi, ayah mau nikah lagi ya,” sebuah topik pembukaan yang tidak enak didengar dia ucapkan begitu saja.
“Hah? Anggi nggak salah denger kan yah? Ibu belum lama ninggalin kita, yah,” jawab Anggi dengan ekspresi dan nada marah.
“Tapi, Nggi kita kan butuh sosok ibu di rumah ini” pria tersebut tetap mencoba meyakinkan Anggi.
“Nggak pak, Anggi nggak sudi. Kalau ayah beneran mau nikah, nggak usah anggap Anggi anak ayah lagi.” Anggi langsung pergi meninggalkan Ayahnya.
Semenjak obrolan itu, hubungan anak-ayah itu menjadi sangat tidak harmonis.
Obrolan itu dilakukan oleh pak andi dan Anggi dj ruang keluarga pada jam mereka berkumpul seperti biasa. Mendengar pertanyaan dari ayahnya, Anggi merasa sangat marah dikarenakan belum genap 2 tahun sejak ibunya meninggal namun ayahnya sudah ingin menikah lagi.

*31 Agustus 2019*
18.15
Kediaman salah satu anggota dewan itu kedatangan tamu seorang wanita yang masih cukup muda dan parasnya cantik. Dia adalah Siska. Siska sengaja meminta pada Pak Andi untuk bertamu ke rumahnya untuk berkenalan dengan Anggi. Namun respon Anggi sangat tidak ramah padanya. Siska mencoba tenang di depan Pak andi dan seluruh orang yang ada di rumah itu.
“Kamu Anggi ya?” tanya Siska saat melihat Anggi melewati ruang keluarga setelah dari dapur.
“Iya, tante siapa ya? Kok tamu ada di ruang ini?” tanya Anggi heran.
“Nama saya Siska,”
Belum selesai mengenalkan diri, Anggi memotongnya
“Oh, si perempuan j***g”
Mendengar perkataan anaknya, seorang pria yang baru saja keluar dari ruangan kerjanya berteriak menegur anaknya.
“Anggi, jaga ucapanmu!” bentaknya.
Anggi tidak memikirkan hal itu dan terus melanjutkan jalannya menuju kamarnya yang berada di bawah tangga.
“Sudah, Mas.. Aku nggak papa, mungkin kami perlu ngobrol berdua dulu,” ucap Siska mencoba menenangkan pria tadi.
Setelah pria tersebut tenang, Siska meminta ijin untuk menemui putrinya di kamar dan pria itu mengijinkannya.
Tok..tok..tok..
“Anggi, ini tante. Boleh tante Siska masuk?”
Tanpa menunggu jawaban dari Anggi, perempuan tersebut langsung masuk ke dalam kamar Anggi. Anggi melihatnya dengan tatapan penuh kebencian pada wanita tersebut. Tidak ada sedikit pun keraguan dalam langkah Siska saat berjalan menuju tempat Anggi duduk di dalam kamarnya.
Dia memberikan sesuatu pada Anggi dan setelah melihat apa yang diberikan oleh Siska, dia semakin marah dan mengusirnya dari kamarnya. Sebelum Siska melangkah pergi, Siska membisikan sesuatu pada Anggi.
“Tau kan sekarang kenapa kamu harus mengalah,”
Setelah membisikan hal itu, Siska menyempatkan untuk menutup sebuah bingkai foto yang ada di meja belajar Siska.
Saat Siska sudah keluar dari kamarnya dan menutup pintu kamarnya, Anggi menangis dan melemparkan bantal ke arah pintu kamarnya.
Hal yang membuat Anggi begitu marah adalah bahwa Siska memberikan laporan pemeriksaan yang menunjukkan bahwa dia sedang hamil dan membisikan sesuatu dengan makna bahwa Anggi harus merelakan ayahnya menikahinya.
Hal yang terakhir yang membuat kemarahan Anggi semakin menjadi adalah Siska menutup bingkai foto dari almarhumah Ibunya Anggi.
22.30
Dia memikirkan segala cara untuk menghindari rumah ini. Dia merasa sudah muak dengan orang yang harusnya paling dia hormati.
Seketika dia mengingat tentang temannya Adi, yang baru saja bebas dari penjara. Dia memberanikan diri untuk meminta bantuannya.
“Di, kudengar kamu baru saja keluar dari penjara,” ucap seorang gadis dengan nada yang sesenggukan.
“Iya, kenapa?”
“Kamu punya kenalan penculik ataupun pembunuh?”
“Ada, kamu mau kontaknya?”
“Ya.”
“oh iya, kamu perlu pekerjaan juga?”
“iya ni,”
“yaudah, ke sini saja.”
Setelah Anggi diberi kontak tentang kenalan Adi yang bekerja sebagai pembunuh bayaran, dia menawari Adi untuk bekerja di rumahnya sehingga bisa membantu melancarkan rencananya nanti.

*1 September 2019*
“Bos, saya sudah menemukan orang yang cocok ,” ucap seorang pria dari sisi lain telefon.
“Ya, lakukan hari ini saja.” Jawab seorang perempuan yang sedang berada di dalam sambungan telefon tersebut.
Obrolan antara Anggi dan orang suruhannya untuk mencari seorang pengganti untuknya.

*2 September 2019*
07.15
Seperti biasa, Mbok Sarmi selalu membantu Anggi setiap pagi. Hal itu menjadi kebiasaan yang tidak bisa Anggi tinggalkan hingga saat ini.
Pagi ini, Mbok Sarmi mengobrol sesuatu yang serius dengan Anggi.
“Mbok, Anggi minta tolong yaaa.. tolong banget”
“yaudah Den Ayu,”
“Den Ayu” atau Raden Ayu adalah panggilan dari para pekerja untuk Anggi.
Anggi meminta tolong pada Mbok Sarmi untuk membawanya keluar, melewati penjagaan yang ada.

09.35
Datang seorang laki-laki yang bermaksud untuk melamar pekerjaan di rumah tempat salah seorang politikus yang sedang menyalonkan diri kembali tinggal.
“nama saya Adi, Bu” Dia mulai memperkenalkan diri pada Mbok Sarmi yang memang diberi tanggung jawab untuk mencari penjaga 1 lagi karena beberapa hari lalu, salah satu penjaga mengundurkan diri.
“panggil saya Mbok Sarti aja. Oh iya, kamu ki kayak orang kasar ya,”
“Yaa banyak yang bilang gitu,” jawab pria itu singkat.
“kamu pendiem ya, yaudah karena memang kita lagi butuh penjaga. Kamu boleh kerja di sini, aturan di rumah ini...” Mbok Sarmi menjelaskan semua aturan yang ada di rumah ini.
“udah paham?”
“udah, Mbok”
“yaudah, kamu mulai kerja besok saja ya,”
“iya,”
Lelaki itu adalah Adi teman Anggi yang baru saja keluar dari penjara. Dia menerima tawaran Anggi untuk melamar di sana. Di lain sisi, agar rencana Anggi berjalan lancar
19.05

~opening berita di televisi~
“Selamat malam, pemirsa. Sebelum kami mulai membacakan berita yang sangat hangat untuk hari ini, kami ingin memberitakan informasi mengenai orang hilang terlebih dahulu. Berikut adalah informasinya,” presenter tersebut membacakan informasi tentang orang hilang tersebut yang disertai dengan foto yang sudah terpampang dilayar televisi,”
“Namanya adalah Agnes, dia adalah seorang gitaris dari salah satu Band yang sedang naik daun saat ini, menurut personel Band lain dan juga dari pihak manajemennya, dia sudah tidak dapat dikabari sejak sehari yang lalu, apabila ada yang melihat atau mengetahui lokasinya sekarang, dapat menghubungi nomor tersebut,”
Berita di televisi itu terus berjalan menemani suasana malam itu yang sepi, tidak ada obrolan antara kedua orang yang sedang duduk bersama tersebut. Pertemuan mereka seakan hanya sebuah formalitas.
“Aku ke kamar dulu,” ucap perempuan itu dengan nada ketus dan langsung meninggalkan pria yang duduk bersamanya tadi.
“Nggi? Masih marah?” pertanyaan pria tersebut membuat perempuan yang baru berjalan beberapa langkah terhenti.
“Ya, oh. Aku duduk di sana hanya karena peraturan dari Ibuku, kebiasaan dari Ibuku,” jawabnya.
Dia langsung berjalan dengan cepat tanpa menunggu pria yang dia tinggalkan menjawab ataupun mengucapkan sesuatu lagi.
Dahulu, saat nyonya besar di rumah itu yang tak lain adalah Ibu kandung Anggi dan juga istri sah Pak Andi masih hidup, dia membuat sebuah peraturan di mana setiap malam mereka harus berkumpul di ruang keluarga sebelum sibuk dengan urusan masing-masing. Hingga saat ini, Anggi masih melakukan kebiasaan itu meski merasa muak dengan ayahnya.
23.00
Setelah mengatakan pada Mbok Sarmi pagi tadi, Anggi mempersiapkan dirinya dan menunggu ayahnya pergi ke dalam kamarnya yang berada di lantai 2. Dia dibantu Mbok Sarmi mengetahui kegiatan ayahnya malam itu.
Suasana malam yang gelap dan dingin membuat Tejo, salah satu penjaga gerbang rumah politikus Andi tidak dapat duduk dengan tenang. Tejo pun memutuskan untuk berkeliling sebentar.
Di tengah perjalanannya menelusuri rumah megah tersebut, dia melihat sesosok yang mengenakan hoodie.
“Hei, kamu siapa?” teriak seorang penjaga malam itu pada 1 sosok yang mengenakan hoodie yang sedang berdiri di depan pintu kecil yang berada sedikit di pojok depan.
“Ehm.. uhuk..” sosok itu hanya diam sembari berdeham beberapa kali.
“Mas Tejo, iki anak wedok e mbok,” datang lagi sesosok wanita paruh baya yang biasa dipanggil mbok Sarmi.
“Oalah Mbok to, kok wengi tenan mbok putrine mrene? Mbok ora wedhi meng Bapak?”
“Ssssttt, lha mulane kuwi, mbok njaluk tulung ojo ngomong meng Bapak yo, iki anake mbok sesuk meh mangkat kerjo adoh dadi wengi iki dolan mrene, sisan pamitan karo Mbok,” jawab wanita tersebut..
“Yowes, Mbok. Ku ora arep ngomong meng Bapak...”
“Tiati yo mbak,” lanjut Mas Tejo.
“Eeehhmmmm,” Perempuan berhoodie tadi hanya pergi bergitu saja tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Tejo sudah berjanji pada Mbok Sarmi tidak akan mengatakan pada siapapun tentang malam ini. Namun tanpa Tejo sadari, orang yang menggunakan hoodie dan mengaku sebagai anak Mbok Sarmi adalah Anggi, anak majikannya yang ingin kabur dari rumah itu.

*3 September 2019*
06.15
Pagi ini seperti biasa, jamnya untuk sarapan. Namun Anggi belum juga terlihat di ruang makan. Maka salah satu pembantu menjemputnya sebelum pak Andi marah.
Tok..tok.. tok..
“Den Ayu.. sudah ditunggu Bapak di ruang makan,”
Tidak ada sedikit pun jawaban dari dalam kamar yang pintunya diketok oleh Mbak Eka, salah satu pembantu di rumah milik sallah satu anggota dewan tersebut.
Tok..tok..tok..
Mbak Eka kembali mencoba mengetuk pintu, namun tetap tidak ada jawaban. Kali ini mbak Eka memberanikan diri mencoba membuka pintu tersebut.
“Den Ayu, mohon maaf saya buka ya,” sembari membuka pintu dia meminta ijin pada pemilik kamar.
Setelah memasuki kamar, dia tidak melihat siapa pun berada di dalam kamar. Mengetahui hal itu, Mbak Eka langsung berlari menuju ruang makan untuk memberitahukannya pada Pak Andi. Mendengar bahwa anaknya tidak ada, dia memanggil seluruh pekerja di rumah itu mulai dari pembantu, penjaga, supir, hingga tukang kebun. Ditanyainya satu-satu namun tidak ada yang mengaku melihat anak majikannya.
Tejo merasa ada yang aneh dengan kejadian semalam, tapi dia dilema karena sudah berjanji pada Mbok Sarmi, selain itu Mbok Sarmi sudah sangat berbudi di hidup Tejo sampai saat ini.
17.20
Meskipun Pak Andi masih sangat cemas, pak Andi tetap diam dan mencoba untuk tidak memperlihatkannya pada publik ataupun melaporkannya, karena dia takut bahwa kondisi itu akan membuat lawannya di pemilihan dewan yang akan datang akan memanfaatkan hal tersebut.
Pak Andi terus berusaha menghubungi orang dalam dunia gelap untuk meminta mencarikan putrinya tersebut.

*4 September 2019*
Sudah sekitar puluhan hingga ratusan orang dia pekerjakan untuk mencari anaknya yang tiba-tiba menghilang.
Namun hingga saat ini masih belum ada informasi mengenai anaknya.
Karena kecemasannya, dia tidak bisa tidur dengan nyenyak, akhirnya dia pun memutuskan untuk pergi menemui seseorang yang dianggapnya bisa membuatnya merasa tenang. Pak Andi pun pergi menemui kekasih gelapnya, Siska dan menetap semalam di tempat tinggal Siska.

*5 September 2019*
01.25
Malam ini adalah giliran Mas Tejo dan Adi, yang merupakan penjaga baru untuk berjaga di pos jaga rumah besar itu.
“Mas Tejo, aku haus. Aku mau bikin kopi, Mas Tejo mau sekalian?” Adi menawarkan pada Mas Tejo.
“Boleh, Di.. kopi item 2 sendok, gulanya 1 sendok aja ya,”

“Oke Mas., bentar ya”
Adi pun bergegas menuju ke dapur melewati pintu samping rumah yang memang disediakan untuk jalan masuk pekerja di sana yang perlu untuk ke dapur.
Selang beberapa menit, Adi sudah tiba kembali di pos jaganya dengan membawa 2 gelas kopi.
Dengan 1 gelas kopi untuk Tejo yang sudah dia beri obat tidur.
“Ini Mas, punya Mas Tejo.” Disuguhkannya kopi yang sudah dia seduh untuk Mas Tejo.
“Duh, Di. Kayaknya aku beneran kecapekan deh. Aku tak tidur sebentar ya,”
Tidak lama setelah berkata hal itu, Mas Tejo pun langsung tertidur dengan sangat lelap.
04.25
Pak Andi baru saja pulang dari pertemuannya dengan orang semalam. Dia merasa sangat merindukan anaknya dan berjalan langsung menuju kamar anaknya yang sampai sekarang belum ada kabar.
Saat beberapa langkah lagi sampai di kamar si anak, Pak Andi melihat pintu kamar anaknya sedikit terbuka. Melihat hal itu, dia langsung berlari dengan perasaan bahagia bahwa mungkin saja anaknya sudah pulang.
Langkahnya terhenti begitu saja saat dia melihat anaknya terbujur kaku di tempat tidurnya dengan menggunakan pakaian terakhir yang dia lihat malam itu anaknya gunakan.
“Tejo! Adi!” dia berteriak dengan begitu keras hingga membuat orang-orang berlarian ke kamar anak Pak Andi.
Saat memasuki ruangan, semua orang tercengang melihat tubuh anak majikannya yang terbujur kaku dengan luka bakar seakan tersiran cairan asam di seluruh tubuhnya yang menjadikan seluruh kulitnya melepuh dan membuatnya tidak dapat dikenali lagi wajahnya. Selain itu, terdapat sayatan di lehernya dan anehnya lagi, tidak ada pakaian yang terbakar sedikit pun serta beberapa jari tangan yang selamat dari luka bakar.
Mbok Sarmi yang telah menjadi pembantu serta pengasuh anak majikannya dari dia kecil, kaget bukan main melihat tubuh tersebut. Dia langsung menuju ke arah tempat tidur dan terduduk di sampingnya.
Sekilas dia melihat terdapat kalus pada jarinya yang selamat dari luka bakar.
Suasana pagi yang cerah itu seketika menjadi sangat kelam di kediaman Pak andi, setelah ditinggalkan istrinya 2 tahun lalu, hari ini putrinya pun meninggalkan dia.
12.10
Kediaman anggota dewan itu sudah disibukkan dengan pemakaman untuk anaknya.
Mbok Sarmi seketika mengingat sesuatu yang aneh, dia melihat kalus dijari anak majikannya. Dia mencoba mengatakan itu pada majikannya, namun karena pria itu ingin menutupi kematian anaknya yang mengenaskan itu, dia tidak memikirkan omongan dari pembantunya.
Simpulan kejadian utama :
Anggi merasa sangat kecewa pada ayahnya dan ingin menghukum ayahnya dengan perasaan yang begitu menyakitkan, yaitu melihat anaknya meninggal.
Namun, mayat yang ada di kamar Anggi bukan Anggi yang sebenarnya. Itu adalah mayat dari gitaris yang hilang beberapa hari lalu. Karena Anggi yang dari kecil sangat di manja, tidak memiliki sedikitpun kalus di jari tangannya. Berbeda dengan gitaris tersebut.
Gitaris itu disekap selama beberapa hari, menunggu waktu yang tepat untuk membunuhnya.
Gitaris itu dibunuh dengan sayatan di arteri karotisnya dan setelah itu tubuhnya disiram dengan asam keras hingga membuat seluruh kulitnya melepuh, kecuali beberapa jari di tangannya.
Setelah disiram dengan asam kuat, mayat gitaris itu dipakaikan pakaian yang digunakan Anggi malam itu, saat dia menonton berita dengan ayahnya.
Kaburnya Anggi dibantu oleh Mbok Sarmi.
Dan saat memasukkan mayat ke dalam rumah, kebetulan rumah saat itu sepi dan Adi sudah membuat Tejo tertidur.
Tejo membantu mereka membawa nayat tersebut masuk ke dalam rumah dan meletakkanya di ranjang Anggi.


Case Chrono - MIGLIORI AMICI By Auravictrix


Case Chrono - MIGLIORI AMICI By Auravictrix

"MIGLIORI AMICI"
Jakarta, 08 Juni 2020.
Suasana di Stasiun kota jakarta Siang ini Cukup Ramai.
"Crystal? Ayo kemari". Ramainya orang yang lalu lalang membuat Dave Menarik Crystal dari kerumunan orang - orang yang menghalangi jalannya.
Crystal yang ditarik paksa pun kebingungan, dia mencoba mengingat wajah Cinta pertamanya dan kemudian tersenyum. "Dave, Stop. Kamu kenapa?". "Sudah, ikuti saja aku, Dikota ini Debu Nya Banyak sekali dibanding kesegaran Udaranya." Jawab dave.
Crystal hanya mencebbikan bibirnya, Waktu Tidak mengubah Dave Sedikitpun, Crsytal Masih Prioritasnya, Lebih dari apapun.
Tiba tiba Dave berbalik, melihat kearah Crystal dengan penuh kasih sayanh dan mengucapkan "Crystal, Mari Tata Ulang Hidup Kita Di Negara Ini, Dan aku Berjanji Tidak akan ada yang berani menyakitimu Lagi, Sayang."

***
Flashback..
Italia, 10 juni 2015.
"Pagiiii." Ucap crystal bersemangat tidak seperti pagi pagi yang lalu.
"Wah, Ratu Galau sekarang lagi Bahagia ya, Gimana? Nyaman gak Tinggal disini?" Tanya Allcia, teman BaruNya.
"Nyaman, tapi lebih Nyaman kalau dave ikut kesini." Jawab crystal dengan Menahan Napasnya beberapa Detik.
"Hey, masi Pagi jangan sedih dong, Gimana kalau Hari ini Aku Traktir makan siang? Pasti Rindu Makanan khas Indonesia kan? Aku Tau tempat Restoran yang menyediakan Makanan Khas Indonesia. Ayo." Ajakan Allcia membuat Crystal melupakan kesedihannya Itu. Sesampainya di Restoran, "Waahh Ada Makanan Favoritku, aku pesan banyak tidak apa apa ya!" Ujar Crystal dengan sangat Bahagia.
"Kamu Aneh sekali ya, Keturunan bule tapi tidak menyukai menu Western... , Hm mungkin karna kamu lebih lama Tinggal dengan Nenekmu Di Indonesia ya?". "Jadi, Kamu mengajakku ke Restoran ini Hanya untuk Bertanya itu?" Kesal Crystal yang Sudah ingin memakan Gudek dan Sate Nya. "Santai ayo makan, oh iya, jadi makanan favoritmu itu Gudek dan Sate ya? Oke biar ku ingat..." Ucapan Allcia yang menggantung membuat Crystal bertanya "Ingat? Ingat untuk apa?"
"Ahh tidak.. Itu aku akan mencoba belajar memasaknya." Ucap Allcia dengan gugup. "Oh yasudah, kamu tidak pesan juga?". "Tidak, aku Belum Lapar."
"Yasudah, Aku sudah kenyang, ayo kita pulang, aku sudah tidak sabar Untuk menghubungi Dave kesayanganku."

***
Sesampainya di Apartemen Crystal langsung menyalakan Laptopnya dan membuka Aplikasi skype untuk menghubungi Dave Via Video Call.
"Hai Daveeee.." Seru Crystal dengan senyuman Manisnya.
"Hai beb, Miss you."
"Miss you too Dave Sayang." Sela Allcia.
"Ihh Allcia apa sih selalu ganggu."
"Hai Dave."
"Eee, hay, Allcia."
"Habis NgeGym ya?"
"Uhm iy.." Crystal menyela "Dave, nanti ku kabari lagi bye. Ihh Allcia apaansi kamu, nggak sekali dua kali ya Kamu Sok Dekat dengan Pacarku!" Sambung crystal penuh penekanan.
"Gitu aja ngambek, huu nanti tambah jelek lho." Gurau Allcia.
"Biar saja, yang penting Dave tetap Menyayangiku." Ujar Crystal.
Setelah crystal mengucapkan itu, Allcia langsung membuka pintu dan keluar dengan membantingkan pintu.
"Ada apa dengan anak itu, tingkahnya semakin aneh saja." Gumam Crystal

***
"Allcia,semalam mengapa tidak pulang? Aku sampai tidak bisa tidur karna khawatir padamu tau." Jelas Crystal pada Allcia.
"Bukan urusanmu." Ketus Allcia.
"Lho, Allcia? Kamu baik baik saja kan?"
"Menurutmu?" "Oh, oke lupakan, kamu mau pulang bersama ku, kan?"
"Tidak, aku ada Acara."
"Apa itu?"
"Berhenti mengurusi yang bukan urusanmu!." Ketus Allcia membuat Crystal tersentak.
"Yasudah maafkan aku, aku pulang duluan kalau begitu."
Sesampainya di parkiran sial sekali ternyata Ban Mobil Crystal Bocor, dia menelpon mama nya.
"Sudah mama bilang, kamu harus mau diantar jemput oleh supirmu, ingat crystal, Jantungmu Lemah." Perintah mama Nya yang tak terbantahkan itu, dan crystal hanya bisa menuruti kemauan mamanya saja.

***
Sesampainya di apartemen, ternyata sudah ada Allcia.
"Hei, mengapa kamu Membuka isi laptopku Allcia! Kembalikan." Tegur Crystal.
"Ah maaf aku lancang, aku hanya ingin melihat lihat saja kok, oh iya, kamu diundang di Pesta Ulang tahun Cici besok, datang ya." Ujar Allcia mencoba menutupi keterkejutannya karna kedatangan Crystal yang tiba-tiba.
"Tetap saja itu tidak sopan Allcia, kali ini kumaafkan, oke mari kita berangkat bersama." Ajak crystal
"Ah tidak, tidak bisa, aku akan lebih dulu sampai disana, kamu tau? Dia sahabat dekatku."
"Humm yasudah kalau begitu."

***
"Pak, tolong ambilkan Kado ditoko bunga langgananku ya." Perintah crystal kepada Supir Barunya.
"Baiklah Nyonya, mohon tunggu sebentar." Jawab pak John.

***
1jam telah berlalu, tapi tidak ada tanda tanda jika supir baru itu kembali. Sudah ditelpon berkali kalipun tidak ada jawaban, crystal yang bosan langsung menyalakan Televisi dan menonton siaran berita yang memperlihatkan Mobil terbalik yang sudah tidak dikenali karna gosong dan plat nomor yang mirip, tidak tidak, itu bukan mirip, itu jelas sekali jika, jika itu mobil Crystal. "Ya tuhan, musibah apalagi ini."
Dan crystal pun jatuh pingsan.

***
"Ugh, dimana ini?" Tanya Crystal
"Crystal kamu sudah Sadar Nak? Kamu pingsan Di kamarmu, Ini minum dulu, jangan terlalu dipikirkan, John sudah tenang. Ngomong-Ngomong, Mama sudah telpon Dave untuk menjengukmu, perkiraan besok sampai, dan kamu bisa datang ke Pesta ulangtahun temanmu besok bersama Dave, sayang." Ucap Mama Crystal yang Bernama Martha
"Ma, Benarkah Dave akan Datang untuk menemuiku?"
"Tentu, Tadi sebenarnya ada Allcia datang dengan menangis, dia sangat takut kamu ikut bersama Supirmu, tapi mengapa dia sangat kalut seperti itu ya?" Tanya mama Crystal.
"Entahlah ma, Sikap dia akhir akhir ini Menyebalkan sekali."

***
Keesokan Harinya Dave datang ke penthouse milik Mama Crystal.
"Crystal, Dave sudah datang nih." Teriak MamaNya di Balkon Kamar.
Crystal terlihat excited karena hari ini dia dan Dave akan jalan-jalan berdua, dan setelahnya datang kepesta Temannya.
"Crystal, Kamu baik baik saja kan selama jauh dariku? Crystal, maaf menyinggungmu, boleh tidak jika aku ingin kamu menjauhi Allcia?" Mohon Dave. "Tapi kenapa dave? Allcia teman baikku.", "Hm entahlah, aku mempunyai firasat jika dia selalu ingin mencelakaimu, kau ingat kan jika Allcia menyukaiku?", "Dave, ayolah, Allcia memang menyukaimu, tapi dia sangat baik kepadaku, dia temanku, kalaupun memang benar Allcia menyukaimu, tetapi kamu kan tidak, kamu hanya menyayangiku. Dan aku tidak bisa menjauhi Allcia, maaf." Sesal Crystal.
"Yasudah kalau begitu, aku hanya mengingatkan karna aku peduli padamu, ya, aku sangaaat menyayangimu." Ucap tulus Dave.

***
Setelah mengelilingi kota Roma, dan bertemu dengan allcia Tanggapan pertama yang Dave ucap hanya "Allcia, sekarang pipimu lebih berisi dari sebelumnya ya, tulang pipimu sampai tidak terlihat."setelah itu Crystal dan Dave membeli Kado untuk pesta temannya, dan Malam Ini Acara Pesta ulangtahun temannya diselenggarakan dengan Dresscode warna merah untuk wanita, dan Jas hitam untuk Pria.
Crystal menggandeng Tangan Dave dengan mesra, pasangan itupun membuat Semua orang tertuju padanya.
"Crystal, ayo berdansa, jika lagu diubah, aku tidak mau memgganti pasangan, aku tetap mau dengan kamu saja."
"Tapi dave, bagaimana dengan peraturannya?", "Abaikan saja, ku mohon." "Okay." Musik pun berganti, pasangan muda mudi pun langsung mencari pengganti Dansanya, begitupun dengan Allcia yang langsung menggandeng Lengan Dave, sehingga Crystal kehilangan keseimbangan dan hampir terjatuh, Dave yang melihat itu langsung menepis kasar Allcia, sehingga membuat Allcia tersungkur dan menjadi bahan tontonan banyak orang. "APA YANG KAU LAKUKAN JALANG!" marah Dave. Setelah kerusuhan tadi berangsur membaik, Allcia langsung melangkahkan kakinya kearah dapur, dia sangat malu dan sepertinya penyakitnya kambuh. "Tolong ambilkan Obat didalam Tasku ya." Perintah Allcia pada Pelayan Temannya ." "Baik nyonya."
Setelah pelayan itu memberikan Obat, Allcia langsung meminumnya.

***
Crystal yang baru sampai Apartemennya Bersama Dave pun langsung melayangkan pertanyaan untuk Allcia. "Allcia, Jika kamu ingin Makan sesuatu, beritahu aku ya, aku akan memasaknya untukmu." Crystal pun duduk disebelah Allcia.
"Bolehkah? Kebetulan aku ingin Chicken marsala, Ibumu pernah Bicara padaku, jika kamu bisa memasaknya dengan Sangat lezat."
"Tentu saja boleh, tunggu disini, dan tidak akan Lama, Dave, bisa tolong bantu aku?" Dan dijawab dengan anggukan.
Beberapa saat kemudian, Masakan yang dibuat Crystal pun siap untuk disantap, Crystal pun tidak lupa menambah Obat yang dia punya Untuk makanan Allcia.
"Selamat menikmati Masakanku dengan Dave yang dibuat penuh Cinta Allcia, Ayo Makan, Habiskan ya, rasanya sangat lezat, tadi kami sudah mencicipinya hihihi."
"Dasar kalian, mengapa tidak bersama sama saja.", "Kamu yakin akan kuat melihat kami saling menyuapi?".
"Ah tidak, sangat seram, aku akan makan ini sendirian saja."

***
"Allcia, kamu hebat sekali bisa menghabiskan masakanku sebanyak ini."
"Ini Chicken Marsala yang sangat lezat yang pernah Aku makan selama akhir hidupku, AWWW Rasanya Ragaku akan lepas, Ini ughh, ini sangat pusing sekali, Badanku Lemas, Tolong Ambilkan Obat didalam Tasku." Perintah Allcia menahan kesakitan. Crystal pun mengambil obat dan membantu Allcia untuk meminum obatnya. Beberapa saat kemudian Allcia Jatuh pingsan dan setelah dibawa ke Rumah Sakit ternyata Nyawanya Sudah Tak Tertolong.


Orang yang punya motif untuk membunuh Allcia adalah Dave dan Crystal.
Dave karena obsesinya terhadap crystal sehingga tidak boleh ada yang dekat dengan crystal sedangkan allcia adalah orang yang sangat dekat dengan crystal.
Sedangkan crystal karena dia tau Allcia suka pada dave dan Allcia pernah berusaha membunuhnya sekali (kecelakaan mobil). Disini diceritakan kalau allcia menderita Asma, sedangkan Crystal menderita penyakit jantung, sedangkan dave sehat.

Dave tidak terlihat punya cara untuk membunuh allcia tapi crystal bisa. crystal mengambil obat jantung yang bernama Digoxin, lalu dicampur ke makanan allcia padahal allcia mengonsumsi obat Kortikosteroid (untuk asma, dan biasanya yang minum obat itu mengalami penumpukan lemak di pipi) tapi kalau orang mengonsumsi dua duanya, apalagi dalam dosis yang tinggi bisa menyebabkan aritmia (gangguan detak jantung) dan akhirnya mati karena serangan jantung. Jadi pelakunya adalah crystal.

Rabu, 02 Oktober 2019

Case Story - Centang Satu ( Tim Pasti Kamu Jodohku)

Case Story - Centang Satu (Pasti Kamu Jodohku)

Judul "Centang satu"
Maker : Fania Anindya (Pasti Kamu Jodohku)

Senin, 23.02
"Mas, ayo!" terdengar suara manja Dinda. Malam ini, ia ingin memadu kasih dengan suaminya. Tapi, Ghufron sang suami, masih asyik dengan ponselnya dan tak memperhatikan istrinya.
"Mas! Main hape terus, ih!"

Pria itu kaget ketika sang istri melemparnya dengan sebuah bantal.
"Dinda, sayang! Mas, lagi chatan sama Pak Jeff. Besok ada meeting dan sekarang..., " belum selesai Ghufron bicara, Dinda sudah menutup bibirnya dengan ciuman.

"Dinda...,Mas, lagi sariawan." Pria mengalihkan wajahnya dan menyuruh istrinya untuk tidur lebih dulu.

Selasa 07.10
"Dinda, mas berangkat ya!" ucap Ghufron yang pagi itu terlihat maskulin dengan kemeja abu yang baru di belinya tempo hari. Wangi parfum dari tubuhnya menguar di udara.
"Mas, kok jam segini udah berangkat? Biasanya jam delapan.".
"Iya, Dinda, ada berkas yang harus Mas urus. Kamu sarapan sendiri ya." Jawab Ghufron cepat lalu bergegas menaiki taksi yang sudah dipesannya.

Selasa 22.10
Ghufron tampak lelah saat ia masuk ke dalam kamar.
"Dinda, handuk mana? Mas mau mandi."
"Ada di kamar mandi," ucap Dinda dari dapur. Ia sedang membuat kopi.
Wanita itu membawa secangkir kopi ke dalam kamar dan meletakkannya di atas meja kerja sang suami. Dinda mengambil sekotak cokelat yang dibelikan suaminya. Pria itu bilang, sebagai permintaan maaf karena belakangan ini ia agak sibuk. Saat sedang memakan cokelatnya, bunyi sebuah pesan masuk ke ponsel Ghufron. Biasanya Dinda tidak ingin tau urusan suaminya, tapi kali ini ia penasaran juga isi pesan tersebut.

Rabu, 16.12.
*** “Dinda sedang apa?”
*** “Sebentar lagi aku pulang, tunggu yaaa”
“Hmm, Cuma centang satu. Kali ini apa ya?” Gumam ghufron.
Seperti biasanya, sepulang kerja. Ghufron turun dari taxi membawa hadiah dan berjalan pulang ke rumahnya. Kali ini sebucket mawar merah. Dengan menggunakan payung scarlet dibawah gerimis sisa hujan sore itu, langkahnya terhenti.
Tepat di depan halaman rumahnya. Ia melihat jejak kaki satu arah menuju rumahnya.
“Hah? Ada siapa? Apa tamunya Adinda?” Gumamnya.
Tanpa berlama-lama, ia pulang dan menyapa istrinya.
“Adindaa... ada siapa?”
Tak ada jawaban. Tak seorangpun dirumah selain dirinya.
=== * === * ===
Jum’at 08.00. Setibanya di perumahan Griya Permai, ramai warga sekitar di depan rumah TKP. Benar saja, Nindi (23) yang dikenal sebagai gadis yg ramah ditemukan tewas di dalam kontrakannya. Tim forensik menunjukkan ruang tengah dimana jasadnya ditemukan. Wanita berkaos putih lengan pendek dengan celana jeans itu melayang tergantung tali di lehernya.
“Bagaimana pendapatmu pak?” tanya petugas sembari mengambil beberapa foto TKP.
“Sekilas, ini adalah bunuh diri. Tali dilehernya tersimpul mati, meninggalkan bekas jeratan di lehernya. Matanya membelalak, lidahnya keluar, serta mukanya membiru. Tidak salah lagi.”
“Apa sayatan di tangannya itu... selfharm pak?”
“Kemungkinan besar.”
Bekas sayatan di lengannya meninggalkan jejak darah yang mengarah pada meja di ruangan itu. Selembar kain putih berdarah serta banyak tisu dengan darah yg sama berada di meja.
“Segera angkut dan otopsi, aku akan mulai dari kesaksian warga setempat?” Pak Aryo meninggalkan TKP dan keluar rumah.
“Baik pak.” Beberapa tim forensik masih di dalam rumah untuk memeriksa, barang2 yang ada.
Pak RT setempat bersama mas yoga bergegas menanggap Pak Aryo yang baru keluar dari kontrakan.
“Saya yg pertama menemukan langsung melapor ke pak RT” Ucap mas Yoga.
“Pagi tadi? Bagaimana kronologinya?”
“Tadi pagi mbak nindi go food sarapan dan kebetulan saya yg menerima pesanannya. Ketika memastikan alamat dan lokasi, dari jendela saya melihatnya tergantung. Ya tentu saya langsung teriak dan lapor warga sini.”
“Jendela yg itu?” Pak Aryo mendekati jendela tersebut memastikan sudut pandang dari sana. Ada jejak kaki pula terlihat disekitar sana. Dari sudut jendela cukup untuk melihat ruang tamu dan ruang tengah dimana Mayat Nindi tergantung kaku.
“Mbak Nindi ini terkenal ramah pak, beberapa kali juga membantu kegiatan ibu – ibu di posyandu.” Ujar pak RT.
“Mas yoga? Pukul berapa ya, tepatnya pesanan itu.”
“Pukul setengah 6 pagi pak, McD kan buka 24 jam.”

=== * === * ===
Jumat 09.30. Dimas dan pak Karyo kembali di ruangannya, membaca berkas2 yang ada sambil menunggu hasil otopsi.
“Apa yang tim forensik temukan?”
“Di ruang tamu, terdapat 2 cangkir teh. Yang satu, setengah penuh dan satunya habis. Tidak ada sidik jari selain milik korban pak. Selain itu, ada bekas darah dia di wastafel. Di ponselnya benar terdapat pesanan gofood yg dikatakan Mas Yoga tadi” Jelas Dimas.
“Tentang ponselnya? Mungkin ada tamu yang ia hubungi lewat wa atau telepon.”
“Sesuai seperti yang pak RT katakan pak, pesan pesan di hpnya hanya seputar posyandu dan kegiatan sosial, tak ada yang mencurigakan.” Lanjutnya.

“Bagaimana dengan hasil otopsi?”
“Belum selesai pak” Bu Farah selaku petugas disana menyelah masuk.
“Bagaimana bu?”

“Ada pelaporan kasus lagi pak. Mungkin bapak mau menyimaknya sambil menunggu hasil.” Bu farah mempersilahkan tamunya masuk.
Seorang pria (28) berkemeja biru muda dengan beberapa kancingnya yang terlewat. Memasuki ruangan... “Istri saya hilang pak, sudah seharian lebih tidak pulang ke rumah. Saya sudah mencoba mengubunginya, juga menghubungi setiap kerabat dan keluarga saya. Tak satupun tau.”
“Sabar dulu pak, ambil nafas baik2. perkenalkan diri dulu. Lalu cerita kenapa bagaimana”

“Saya Ghufron, seperti yg saya bilang tadi. Istri saya hilang.”
“Bagaimana kejadiannya?” tanya Pak Aryo.
“Hari rabu sepulang saya kerja, istri saya sudah tidak ada di rumah. Saya menjumpai jejak kaki berukuran seperti milik saya mengarah kerumah saya. Semenjak itu saya terus2an mencoba menghubungi ponselnya. Namun pesan saya haya centang satu. Sepanjang hari kamis. Saya mencoba menghubungi semua kerabat dan keluarga saya namun tak ada kabar darinya.” Jelas pak Ghufron.

“Hmm, jejak kaki itu... Apa tidak ada jejak kaki perginya?” Pak Aryo mulai menemukan sesuatu.
“Tidak ada pak” jawab Ghufron kecewa.
“Apa sesuatu lain yg menurut anda mencurigakan pak?” Tambah pak Aryo.
“Mungkin, sejak kemarin siang. Saya merasa diawasi dan ada yg mengikuti.” Ghufron menambahkan.

“Boleh saya lihat ponsel bapak?” Dimas menyelah.
Pak ghufron menunjukkan whatsappnya yang penuh dengan pesan menanyakan keberadaan istrinya ke banyak orang serta misscall berkali kali ke nomor istrinya.

“Permisi pak, hasil otopsi sudah keluar.” Salah seorang petugas meletakkan berkas ke meja pak Aryo. Melihat berkas tersebut, Ghufron merasa terkejut.
“NINDI? ADA APA DENGANNYA PAK?”
“Anda mengenalnya?” Tanya balik pak Aryo.
“Tentu, kemarin saya menjumpainya” jawab Ghufron.
“Dia ditemukan gantung diri di kontrakannya pak” Jelas pak Aryo.
/// “Tunggu pak, jika hasil forensik menunjukkan korban memiliki bekas luka hantaman benda tumpul di kepalanya. Serta kematiannya sejak semalam tadi... maka?” Bisik Dimas pada pak Aryo.
“Pak Ghufron, anda ditangkap sebagai tersangka.” Tegas pak Aryo.
“Hah?” Sontak Ghufron terkejut, keringat dinginnya mulai bercucuran.
“Sebentar, jadi begini...” Jelas Dimas.
- Bersambung –


Rabu, sore.
Dinda curiga Ghufron selingkuh. Untuk itu, Dinda pergi dari rumah dan mencoba mengikutinya. Sengaja pergi dari rumah dengan cara berjalan mundur untuk memalsukan jejak. Agar tidak dihubungi, ketika dalam penguntitan. Dinda memutuskan untuk mematikan telepon genggamnya.
Kamis
Ghufron mendatangi rumah selingkuhannya (Nindi). Dinda seharian mengikuti Ghufron dan akhirnya melihat Suaminya bermesraan dengan selingkuhannya dari jendela. Dindapun bertamu ke rumah Nindi pada malam hari selepas kepergian suaminya dari kontrakan Nindi. Dengan kondisi cemburu total, Dinda berniat membunuhnya.

Trik pembunuhan =
Nindi dihantam dengan benda tumpul dan dibuat pingsan, tangannya diikat kemudian digantung. Bercak darah pada wastafel merupakan darah nindi yang mengucur dari kepala, dibersihkan oleh pelaku agar dari luar seolah nindi gantung diri. Lengannya disayat agar terlihat seperti telah melakukan selfharm dan memperkuat dugaannya bunuh diri. Berdasarkan kepergian dinda dari rumah, dapat disimpulkan dinda yang cenderung memalsukan jejak melakukan aksinya dengan rapi tanpa meninggalkan sidik jari.

Dinda masih ada di rumah nindi semalaman, dan pergi pada pagi hari tepat setelah ia memesan gofood.

Referensi FC :
Ghufron yang seringkali memberi hadiah pada istrinya merupakan perwujudan rasa bersalahnya karena telah berselingkuh. Serta bentuk obsesifnya pada ponselnya.
https://lifestyle.kompas.com/read/2019/01/09/170000420/curiga-pasangan-selingkuh-simak-12-tanda-tersembunyi-ini?page=all
Ciri mati gantung diri, dan hal yang membedakannya dengan mati dibunuh....
Kosongnya suplai oksigen ke otak dan beberapa organ tubuh lainnya seperti paru-paru. Mengakibatkan organ-organ yang cara kerjanya membutuhkan suplai oksigen, tak bisa berfungsi secara normal sehingga membuat mata membelalak, wajah membiru, lidah menjulur, kemudian ada bekas luka bekas tali pada daerah sekitar leher
https://pontianak.tribunnews.com/2017/09/29/cara-membedekan-mayat-tewas-dibunuh-atau-bunuh-diri
https://www.kompasiana.com/agunginafis/58f1070c8423bdd761c7e462/mengenal-ciriciri-fisik-korban-kasus-gantung-diri
https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-2616957/acim-gantung-diri-atau-digantung-ini-penjelasan-polisi
https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-2616957/acim-gantung-diri-atau-digantung-ini-penjelasan-polisi


Metaltailaco

[Featured][recentbylabel2]

Rock & Metal

[Featuredl][recentbylabel2]
PENGUMUMAN
Setiap sabtu dan minggu, reward pulsa untuk pengirim postingan #SangPujangga terbaik
Done