Case Story - FAREWELL PARTY (Panitia) - Riddle Story Indonesia
News Update
Loading...

Jumat, 23 Agustus 2019

Case Story - FAREWELL PARTY (Panitia)

Case Story - FAREWELL PARTY (Panitia)

~~ FAREWELL PARTY ~~
Maker : Na Gissa Haruka (By Panitia)

***
"Lusa harus datang ya!" Pinta Disha, ia mengulurkan amplop kecil bertuliskan invitation.

Nayla menerima amplop tadi, dan segera membukanya. "Di rumahmu?" Tanya wanita berambut hitam sebahu itu setelah membaca kartu yang berada dalam amplop, ia melempar pandangan pada orang di sebelahnya.

"Ah, sayang sekali. Kami takkan bisa datang kalau acaranya di rumah." Kata Raka penuh sesal.
Disha menanggapi dengan tatapan tanya.

"Jadi, Nay... eh, Mama itu punya asma dan alergi bulu. Dan... tahu kan kalau kucing persia kesayangan kamu itu berbulu?" Raka menjelaskan dengan kocak alasan wanita muda di sebelahnya itu tak bisa datang.

"Astaga, okay aku mengerti." Disha terbahak mendengar penjelasan Raka. "Ups, maaf. Saya bukan menertawakan tentang alergi anda." Kata gadis itu ditujukan pada Nayla.
"It's okay." Nayla menanggapi sambil tersenyum, "dan kau tak perlu terlalu formal padaku."

"Baiklah, aku akan membawa Monggu ke tempat penitipan untuk sementara. Jadi, kalian harus datang!" Kata Disha, ia mendapatkan pemecahan masalah untuk kucing kesayangannya dan alergi Nayla.

"Tapi...," Belum selesai Nayla menanggapi, Disha sudah memotong kalimatnya.
"Tenang saja, seluruh ruangan akan dibersihkan hingga bebas bulu dan debu." Kata Disha seakan mengerti apa yang akan dikatakan Nayla barusan. "Ok, bye! Kalian wajib datang!" Tambahnya lagi sambil berlalu menjauh.
Raka hanya tertawa dan membalas lambaian tangan Disha.
"Jadi?" Pria berkacamata itu memastikan jawaban Nayla.

"Baiklah, ia sudah berusaha keras agar kita datang." Nayla menjawab setelah membaca kembali isi kartu undangan tadi. "Jangan lupa bujuk Papamu untuk turut hadir."
"Okay, kita bicarakan lagi nanti." Jawab pria muda yang telah menjadi anaknya selama beberapa tahun terakhir. Yah, usia mereka hanya terpaut beberapa tahun saja.
***
"Terima kasih, kalian sudah datang," sambut Disha begitu Raka, Papanya dan Nayla memasuki halaman rumah. Jabat tangan bersahabat serta pelukan hangat turut melengkapi sambutan dari Disha.

Nayla mengangguk dan mengikuti langkah sahabat anaknya itu memasuki ruangan, melepas gandengan Papa Raka yang segera menghampiri tuan rumah dan tamu lainnya. Ia memang belum lama bergabung dengan lingkar pertemanan keluarga barunya tapi perlakuan mereka sangatlah hangat.

"Hai!" seorang gadis cantik yang Nayla tahu bernama Merry melambai kearah mereka.
Nayla membalas lambaian dan bergegas mendekat, karena Disha juga melakukan hal yang sama. Rupanya Merry tengah menunjukkan kemampuan nail art-nya. Beberapa orang di dekat sana telah selesai dipercantik kukunya.
"Kau mau juga?" Tawar Merry pada Nayla.
"Bolehkah?"
***
Malam semakin larut, sementara belum ada tanda-tanda kalau mereka akan segera mengakhiri pesta kecil itu. Pesta ulang tahun sekaligus sebagai pesta perpisahan karena Disha hendak melanjutkan kuliahnya di luar negeri.
"Sha, aku pamit balik dulu ya!" Pinta Raka pada Disha sang empunya pesta yang sedang menuruni anak tangga.

"Aih, kenapa buru-buru?" Kata gadis itu berusaha mencegah, karena memang sebagian besar tamu undangan yang tak lain adalah keluarga tetangga dan teman terdekatnya sudah pulang. Diliriknya jam mungil di tangan kirinya. "Baru juga jam sebelas, kita main game dulu yuk!"

"Aku harus pulang bersama Mama, bisa habis aku dibantai Papa kalau pulang lewat tengah malam." Jawab Raka setengah berseloroh. Papanya sudah izin meninggalkan pesta sekitar satu jam setelah mereka datang karena ada urusan di tempat lain. "Kau tahu kan, udara malam kurang baik untuk kesehatannya. Eh dimana dia?" Diedarkannya pandangan ke sekeliling ruangan pesta. Hanya beberapa orang yang tak begitu akrab dengannya dan kekacauan sisa pesta.

"Dia beristirahat di kamarku, tadi sempat kambuh pas main catur sama Angel di balkon." Disha menunjuk ke atas, artinya orang yang dimaksud ada di lantai dua. "Sepertinya ada bulu Monggu yang tertinggal di papan catur nya." Sesal gadis itu.
"Cih, wanita manja penyakitan itu terus saja jadi parasit keluargamu?" Merry yang baru masuk dari pintu samping di dekat sana ikut menyahut. Gadis cantik ini memang sudah lama menaruh hati pada Raka, semua orang tahu itu. Ia tak suka dengan kedekatan Raka dan Nayla belakangan ini, walau status mereka sebagai ibu-anak.
Raka dan Disha diam tak menanggapi, karena tahu bagaimana sifat Merry. Sedikit heran juga dengan pertanyaan yang dilontarkan, padahal sejak awal pesta beberapa jam lalu terlihat Merry mengobrol seru dengan Nayla dan lainnya.

"Bukankah kau dulu tidak akur dengan wanita itu, kenapa sekarang kalian lengket sekali?" Tanya Merry pada Raka yang memang dulu menentang pernikahan Papanya dengan Nayla.

"Itu cerita lama, aku berusaha memahami Papa dan menerima Mama. Kami sudah baikan kok." Raka menjawab cepat sambil tersenyum.
"Dan merelakan dia menjadi Mamamu?"

Raka terdiam, tangannya terkepal erat. Sesaat kemudian ia kembali santai dan memaksakan untuk tersenyum.

"Gabung main game bareng Tania, Angel dan Marco aja yuk Mer!" Disha menarik tangan Merry menuju ruang tengah untuk mencairkan suasana yang mendadak canggung. "Tas Nayla ada di gantungan sebalik pintu kamar tamu." kata Disha sebagai isyarat agar Raka segera pergi.

"Ntar aku nyusul." kata Merry. Ditepisnya tangan Disha dan berlalu keluar menuju halaman setelah melirik Raka sekilas.

"Dasar, tak ada rotan akar pun jadi. Nggak dapat anaknya, Papanya pun jadi." Gumam gadis itu lirih, nyaris tak terdengar. Raka terkejut karena Merry tahu tentang perasaan Nayla yang bertepuk sebelah tangan padanya beberapa tahun lalu.
Raka membuka pintu ruang yang diketahuinya sebagai kamar tamu. Ada seorang teman Disha tengah beristirahat di ranjang kamar itu. Reflek terbangun saat Raka masuk.

"Ah, sorry. Aku cuma mau ambil tas saja kok." Jawab Raka sambil mendekat dan mencari tas kecil milik Mamanya yang berderet dengan tas tamu lainnya. Memang kamar itu dimanfaatkan sebagai tempat penitipan barang agar tak mengganggu pesta.
***

"Thank's Kak Na," kata Raka karena mereka diperbolehkan menumpang mobil kesayangan sahabat Nayla itu. Sebenarnya ia membawa mobil sendiri, tapi sial bannya malah kempes.

"Hanya sampai gang depan sih nggak masalah, sorry nggak bisa ngantar sampai rumah." Na menjawab sambil berjalan menuju halaman tempat mobilnya terparkir dan terus fokus pada ponselnya.

"Tak apa Na, kamu kan lagi buru-buru." Nayla menyahut sambil tersenyum, ia telah siap untuk pulang.

"Ah iya kau benar," Na melihat jam di ponselnya sekilas.
"Eh, tumben kak Na merawat kuku?" Raka mengomentari penampilan kuku Na yang tak biasanya.

Na tertawa menanggapinya, sambil memperlihatkan seluruh jemari tangan, "cute kan? Merry yang membuatnya tadi. Jago banget nail art-nya." Katanya sambil melempar kerlingan pada Merry yang tersipu di samping Raka.
"Wah, diam-diam kamu memiliki bakat." Raka memuji. Yang semakin menambah rona merah di wajah gadis itu.

Merry memutuskan untuk pulang dan ikut menumpang karena kebetulan rumahnya searah dengan tujuan Na saat itu.

"Aish, malah keasyikan ngobrol di sini. Yuk!" Na menggerutu sendiri dan segera masuk mobil lalu menyalakan mesin. "Nayla, hentikan kebiasaan burukmu atau kau akan menyesal!"

Raka menoleh ke arah Nayla, begitu juga Merry. Melayangkan tatapan penuh tanya.
"Uh, itu bukan apa-apa." Nayla menjawab gugup. Segera ia membuka pintu mobil.
"Pakai ini, dingin." Kata Raka sambil memakaikan syal yang tadi dipakainya pada Nayla.

Nampak jelas raut tak suka di wajah Merry begitu melihat adegan di depannya. Diremasnya tali tas selempang yang dipakainya, sekedar melepas kekesalan.
Nayla terdiam sesaat karena perlakuan itu.

"Ya ampun Raka, aku tak keberatan mematikan Ac-nya kok." Kata Na, sambil melempar senyum iseng pada Nayla.
"Pfft," Raka menahan tawa sambil menunjuk ibu jari tangan kanan Nayla yang sedang digigiti karena gugup. "Lihat, jadi rusak kan?"

"Apa kubilang," Na tertawa lepas melihat tingkah Nayla.
Mendengar hal itu Nayla segera menghentikan gigitannya. Karena malu, ia menutup wajah dengan syal dan masuk mobil. Na akhirnya duduk di sebelah Nayla karena Raka mengambil alih kemudi dan Merry di kursi depan.

Tak lama mobil itu sudah meluncur di jalanan. Obrolan ringan mewarnai suasana dalam mobil, tidak jauh-jauh dari Na yang menggoda Nayla. Hingga syal yang dipinjamkan Raka tadi selalu ditutupkan di wajahnya. Tiba-tiba kepanikan melanda wanita itu, nafasnya tak beraturan seakan habis lari jauh.

Raka yang tanggap suasana segera memperlambat laju kendaraan dan memberitahu Na untuk mengambilkan obat di tas Nayla. Na menarik tas selempang yang disandang di bahu kiri Nayla, setelah mengobrak-abrik isinya, ia segera mengulurkan suatu benda yang langsung didekatkan pada mulut Nayla begitu membuka tutupnya.
Sejenak kepanikan di wajah wanita muda itu berkurang tapi hal yang terjadi selanjutnya sungguh diluar dugaan.

Nayla, nafasnya kembali tak beraturan, kejang-kejang dan wajahnya pasi.
***
Rute perjalanan mereka berubah, Rumah Sakit menjadi tujuannya. Pertolongan pertama segera diberikan ketika mereka sampai di UGD. Namun sayang, nyawa Nayla pada akhirnya tak tertolong.

Raka terduduk lemas di koridor dekat UGD, tas selampang Mamanya masih tersandang di bahunya. Ia menguatkan hati memberitahu kabar duka itu pada Papanya.
***
Beberapa jam berselang setelah Nayla masuk di UGD, hasil pemeriksaan keluar. Dinyatakan bahwa kematian Nayla karena sianida.
Bersambung....

Kirim jawaban Anda di kolom komentar dan cocokan dengan FC Asli nya, Terima Kasih.

~Fakta bukanlah fakta tanpa adanya bukti~
Fc ini bukanlah patokan mutlak dalam penilaian, jika ada jawaban lain yang lebih logis dan disertai dengan bukti maka tidak menutup kemungkinan mendapat nilai maksimal.
***

Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa kematian Nayla dikarenakan sianida. Yang mana artinya, Nayla tidak meninggal secara wajar. Lalu, bagaimana yang sebenarnya terjadi??

Pertama, kematian karena sianida atau dengan kata lain pembunuhan memakai racun. Tentu ada orang yang memiliki motif kuat hingga melakukan kejahatan melanggar hukum tersebut. Mari kita bahas kemungkinannya satu per satu.

- Raka, orang yang dekat dengan Nayla. Dia adalah anak tiri karena pernikahan korban dengan Papanya Raka. Diketahui bahwasannya cinta Nayla pernah bertepuk sebelah tangan pada Raka. Dalam cerita disebutkan kalau pada awal pernikahan korban dengan Papanya, hubungan mereka tidak akur. Dan Papanya sangat menyayangi Nayla. Ada kemungkinan ia masih memiliki rasa benci atau tidak suka pada korban.

- Disha, tetangga korban yang mengadakan pesta. Tidak ada motif khusus hingga ia membenci korban.

- Merry, teman Raka yang tidak menyukai kedekatan korban dengan Raka. Sudah menyukai Raka sejak lama, namun bertepuk sebelah tangan. Mengetahui kisah cinta Nayla yang juga bertepuk sebelah tangan pada Raka. Di depan Nayla menunjukkan sikap ramah dan bersahabat, namun dibelakangnya menunjukkan kebencian.

- Na, sahabat Nayla. Tidak ada motif khusus hingga ia membenci korban.
Ada beberapa tokoh lain, namun karena sangat minim keterangannya maka bisa disisihkan dari daftar.
Kedua, karena alat pembunuhnya adalah zat beracun, tentu haruslah ada waktu khusus untuk memberikannya pada korban. Bisa dilihat dari interaksi korban dengan orang lain sebelum kematiannya.

- Raka, ia memiliki peluang paling besar dibanding tokoh lain. Karena ia dekat dengan Nayla, serta tahu kebiasaan-kebiasaannya maka akan sangat mudah baginya untuk memberikan zat racun tersebut pada korban. Bisa saat di rumah atau selama pesta berlangsung.

- Disha, satu-satunya peluang adalah dengan memanfaatkan jamuan pestanya. Entah dari sajian makanan atau yang lainnya.

- Merry, ia juga memiliki peluang cukup besar karena ada interaksi intens selama pesta. Bisa saja ia membubuhkan racun di nail art karyanya.
- Na, kesempatan terbesarnya adalah saat ia memakaikan alat saat Nayla kambuh. Alat tersebut adalah inhaller.
Ketiga, tentang alat pembunuhan.
Sianida, bukanlah barang yang tiap hari bisa kita jumpai. Dan tidak mudah pula untuk mendapatkannya dalam waktu singkat. Maka, kemungkinan terbesarnya adalah, pelaku telah mempersiapkan semuanya. Artinya ini adalah pembunuhan berencana.

- Raka, ia mengetahui kebiasaan korban dan dengan memanfaatkan keadaan ia akan sangat mudah menjalankan rencana pembunuhannya. Dengan mengasumsikan ia mempersiapkan sianida terlebih dahulu dan menggunakan pesta tersebut untuk menjalankan rencana.

- Disha, belum terlalu dekat dengan korban. Namun tetap memiliki kesempatan menjalankan rencana pembunuhan. Bisa saja kita mengasumsikan bahwa, ia telah memiliki zat tersebut dan bisa menggunakannya sewaktu-waktu.

- Merry, menunjukkan rasa tidak suka namun berinteraksi sewajarnya saat bertemu. Bisa kita asumsikan bahwa ia sangat membenci Nayla hingga mempersiapkan racun sianida untuk membunuhnya. Dan membawa kemana-mana hingga ada kesempatan.
- Na, sahabat dekat korban tentu tau kebiasaan-kebiasaannya. Jika benar dia berniat membunuh, bisa kita asumsikan ia telah mempersiapkan dan menggunakan kesempatan dengan baik.
Dari tiga hal yang telah dibahas, kita bisa mempersempit kemungkinan dan mengeliminasi beberapa.

- Na, dia sahabat dekat korban dan memiliki kesempatan besar untuk menjalankan rencana pembunuhannya namun ia tidak memiliki motif kuat.

- Disha, dia baru kenal dan tidak dekat dengan korban.Tidak ada motif membunuh dan terlalu beresiko serta janggal jika ia membunuh korban.
Tersisa Merry dan Raka, keduanya memiliki motif dan juga kesempatan untuk membunuh.

Merry dengan motif cemburu serta hendak menyingkirkan orang yang dekat dengan Raka. Ia memberikan racun pada saat menghias kuku Nayla. Itu sangat mungkin terjadi, namun terlalu beresiko serta kurang pas. Merry hanya tahu tentang kedekatan korban dengan Raka dan sepertinya mencaritahu masa lalu korban. Karena ia mengetahui tentang kisah cinta bertepuk sebelah tangan Nayla pada Raka. Dia tidak tahu kebiasaan korban yang menggigiti kuku saat gugup. Dan juga ia akan menjadi orang pertama yang dicurigai jika ditemukan zat pembunuh tersebut di nail art karyanya. Sama saja ia menyerahkan diri. Karena itu, kemungkinan Merry sebagai pelaku bisa kita sisihkan dahulu.

Raka lebih mungkin menjadi pelakunya, karena ia tahu kebiasaan korban, tahu kebiasaan orang sekitar yang dekat dengan korban. Ia bisa memanfaatkan semua itu untuk memuluskan aksinya, bahkan mengalihkan kecurigaan pada orang lain.
Jika diingat kembali, reaksi racun pada korban sangat cepat dan dosisnya tinggi (karena reaksi muncul dalam hitungan menit hingga jam). Berdasarkan hal tersebut kita bisa mengasumsikan jalur masuknya racun ke tubuh korban.

- Melalui pencernaan atau tertelan, membutuhkan waktu beberapa saat hingga muncul reaksinya dan bertahap. Tapi pada korban, tidak muncul tahapan reaksi awal. Maka kemungkinan paparan racun bukan dari jalur ini.

- Melalui peredaran darah atau disuntikkan,
Reaksinya lebih cepat dari paparan melalui pencernaan namun kekurangannya adalah korban tentu akan merasa saat racun disuntikkan atau ditusukkan benda pada tubuhnya. Dalam kasus ini tidak ada keterangan tentang ini. Jadi, kemungkinan ini bisa disingkirkan juga.

- Melalui pernafasan atau terhirup.
Reaksinya lebih cepat dibanding jalur pencernaan apalagi dalam dosis tinggi. Sangat mungkin terjadi dalam kasus kali ini karena ada interaksi korban dengan alat yang berkaitan dengan pernafasan.

***
Dari seluruh pembahasan di atas yang menyisakan dua kemungkinan pelaku, kita bisa mengambil kesimpulan. Bahwasannya paparan racun pada korban melalui pernafasan dan kemungkinan besar memanfaatkan inhaller yang selalu dibawa korban. Raka dan Na tentu tahu tentang penyakit korban serta kebiasaannya. Merry juga mungkin tahu saat menyelidiki masa lalu korban. Namun Na tidak ada kesempatan memberikan racun itu karena ia membantu memakaikan inhaller saat kebetulan korban menumpang dan kambuh di mobilnya. Bukan direncanakan olehnya.

Merry disebutkan sama sekali tidak menyentuh alat tersebut walau tetap ada kemungkinan ia mengutak-atiknya saat tas dititipkan di kamar tamu rumah Disha. Namun perlu diingat saat di balkon ia sempat kambuh, artinya inhaller dipakai saat itu untuk meredakan ashma yang dideritanya. Namun tidak ada reaksi terkena racun sianida, maka bisa dikatakan kalau saat itu inhaller masih aman. Dari sini, kemungkinan Merry sebagai pelaku melemah.

Terakhir, Raka yang memiliki motif dan kesempatan paling besar. Ia menentang pernikahan Papanya dengan Nayla, karena tidak mau posisi Mama kandungnya digantikan dan juga merasa tidak nyaman mengingat riwayat hubungannya dengan Nayla. Merry menyebut Nayla sebagai parasit tentu bukan asal sebut atau tanpa alasan, apalagi Raka tidak menyanggahnya sama sekali. Ia memiliki motif untuk menyingkirkan wanita muda itu, karena Papanya sudah sangat menyayangi Nayla. Selain itu ia juga mengetahui penyakit dan kebiasaan korban. Bisa kita asumsikan sebagai berikut. Raka merencanakan pembunuhan itu dengan memakai racun, ia mempersiapkan sianida dan menyusun skenario untuk memberikannya tanpa dicurigai. Yaitu dengan memicu agar korban memakai inhaller yang telah diberi sianida.
Undangan dari Disha dinilai pas untuk dijadikan panggung skenario yang disusunnya. Ia sengaja membuat ban mobilnya sendiri kempes sehingga ada alasan menumpang mobil orang lain. Membuat Nayla tersipu dengan meminjamkan syal yang sebenarnya telah diberi alergen pemicu asmanya. Walau butuh beberapa lama tentu akan ada reaksi yang mengharuskan Nayla memakai inhallernya. Adanya saksi dan ia minim kontak dengan alat yang jika diperiksa tentu akan menunjukkan kontaminasi sianida, akan memperlemah kecurigaan padanya. Ia memberikan sianida tersebut di inhaller sesaat setelah ia mengambil tas Nayla di ruang tamu atau menukarnya dengan inhaller sejenis yang telah diutak atik. Kemudian ia sengaja mengambil alih kemudi, agar orang lain yang membantu Nayla memakai inhallernya. Selanjutnya bisa diduga, sianida dosis tinggi dihirup sendiri oleh Nayla yang mengakibatkannya kejang-kejang hingga akhirnya tak tertolong.
***
Best Regards,
Ve~



Comments


EmoticonEmoticon

PENGUMUMAN
Setiap sabtu dan minggu, reward pulsa untuk pengirim postingan #SangPujangga terbaik
Done