Istri Yang Tak Setia
Maker : Tin ( Tim Apa Benar Jodohku Ada Di Sini)
"Ay, bentar lagi
sampe nih. Malam ini kita istirahat di warung," ucap lembut suamiku. Aku
hanya mengiyakan ucapannya sambil terus melirik ponsel yang sinyalnya
hilang-timbul.
Tak lama kemudian, kami
tiba di depan salah satu warung yang berjejer rapi. Sepanjang mata memandang
hanya ada beberapa motor terparkir. Mungkin, jika di hari libur, pengunjung
yang datang bisa lebih banyak.
Aku menaiki barak yang
ada di lantai dua. Sementara suamiku—Bryan—dan ketiga temannya masih
menyelesaikan urusan parkir. Dengan perasaan enggan, aku meletakkan tas dan
helm seraya berpikir lebih enak tinggal di rumah alih-alih menemani ia dan
teman-temannya berwisata.
Di sini, ternyata lumayan bagus sinyalnya. Kubuka layar ponsel dan mulai mengirim pesan pada seseorang.
Di sini, ternyata lumayan bagus sinyalnya. Kubuka layar ponsel dan mulai mengirim pesan pada seseorang.
[Yang, jangan telpon aku dulu ya.]
sebuah balasan dengan cepat aku terima.
[Kenapa?]
.
[Aku nginep tempat sodara]
.
[ok Honey. Lusa kita ketemu ya? ]
Suara langkah kaki
terdengar menaiki tangga. Aku pura-pura tertidur dan menutupi wajah dengan
selimut.
"Sayang, bangun!
Kita makan dulu..., kamu mau pesen apa? "
" Hmm, aku ngantuk Bee. "
" Iya, tapi makan dulu ya, aku pesen nasi goreng tadi. "
Aku mengangguk dan memperhatikan ia yang berjalan ke arah teman-temannya, menawarkan hal yang sama.
" Hmm, aku ngantuk Bee. "
" Iya, tapi makan dulu ya, aku pesen nasi goreng tadi. "
Aku mengangguk dan memperhatikan ia yang berjalan ke arah teman-temannya, menawarkan hal yang sama.
Setelah makan dengan
tidak lahap, aku bersiap pergi ke kamar mandi dan mengisi ulang baterai ponsel
tanpa mematikannya.
Dingin sekali airnya,
bisa kambuh alergiku kalau begini.
'Ah, sial, aku lupa membawa
obat alerginya.'
Aku menaiki tangga dan
melihat Bryan sedang memegang ponselku.
"Bee!"
Pria berbadan atletis
itu menoleh sebentar sebelum meletakkan ponselku kembali.
"Aku main PUBG
dulu sama anak-anak. Kamu tidur lagi aja," katanya.
Aku menutupi diri
dengan selimut tebal, mencoba menghalau dingin yang menusuk kulit, tapi tetap
saja ia berhasil menyelusup menggigit tubuh membuat aku tak bisa tidur.
Kamis, 8 Agustus 2019
Jam di dinding bergerak
menuju pukul lima pagi, ketika Bryan membangunkanku.
"Ayo, siap-siap.
Sarapan dulu, nanti jam enam kita mulai jalan ke atas."
kami berempat sarapan
mie rebus sebelum mulai perjalanan ke air terjun. Ya, hanya mie rebus saja,
karena kondisi keuangan Bryan yang pas-pasan. Ia tak mampu membeli sarapan yang
lebih layak.
Sepanjang perjalanan
menuju air terjun aku memikirkan satu hal. Kapan waktu yang tepat untuk meminta
pisah. Sebenarnya, aku sudah tak mencintai dia lagi. Setelah empat tahun
menikah dan belum dikarunia seorang anak. Membuat perasaanku menjadi hambar. Walau
dia suami yang baik, tapi dari segi ekonomi aku merasa belum tergenapi.
Aku menatap sosok pria
yang berjalan di depanku. Ia berhenti di depan sebuah pohon Bintaro dan
mengambil sebotol air mineral. Kita istirahat di sini dulu, sekitar dua puluh
menit lagi kita sampai. Aku yang kelelahan, hanya menarik napas pendek dan
memukul-mukul betis yang kram sambil bertopang pada sebuah pohon di depanku.
Bryan memberiku air, aku meneguknya sampai habis.
Setelah istirahat lima menit, kami melanjutkan perjalanan dan sampai juga di tempat tujuan.
Setelah istirahat lima menit, kami melanjutkan perjalanan dan sampai juga di tempat tujuan.
Air terjunnya sangat
besar dan cantik. Sementara Bryan dan teman-temannya bermain air, aku hanya
melihat-lihat mereka saja Sedang pikiraku entah berada di mana.
Kepalaku terasa sakit,
mungkin kurang tidur semalam. Aku berinisiatif untuk memesan segelas kopi dari
penjual kopi keliling lalu membawanya pada Bryan yang tengah termenung di
bangku kayu yang berada di bawah pohon rindang.
'Suamiku kenapa ya?
Dari subuh tadi, dia agak berbeda.' batinku.
Bryan mengumpulkan
biji-bijian berwarna merah dengan sedikit bintik hitam yang juga banyak
berserakan di tanah. Aku menghampirinya dan memberikannya kopi lalu duduk di
sampingnya. Ia terdiam, seperti sedang berpikir. Bryan lalu meminum sedikit
kopinya lalu menaruhnya di samping kami. Angin yang berembus menerbangkan
dedaunan juga menjatuhkan apa pun yang telah rapuh. Aku mengibaskan rok hitamku
yang kejatuhan daun dan beberapa buah biji-bijian.
Tiba-tiba Pria itu
menoleh ke arahku dan menatap tajam.
"Angel, knapa kmu
tega sama aku!"
Ada gemetar yang tertahan dalam ucapan Bryan.
Ada gemetar yang tertahan dalam ucapan Bryan.
" Tega gimana
Bee?"
"Aku udah tau
semuanya."
ucapan suamiku,
membuatku tersedak. Kenapa harus sekarang dan di tempat seperti ini.
Aku jadi salah tingkah, untuk menghilangkan gugup. Refleks, aku meminum kopi milik Bryan seperti minum air putih.
Entah, hanya perasaanku atau memang ampas kopinya jadi terasa mengganjal.
Aku masih tak mampu menjawab pertanyaannya.
"Ya dah, kita
bahas di rumah aja." Kata Bryan setelah melihat reaksiku. Kemudian ia
pergi dan menemui teman-temannya.
Aku bingung, apa yang
harus kulakukan dan kukatakan. Walau ingin berpisah, tapi saat ini aku belum
siap.
Entah, berapa lama waktu yang kuhabiskan di sini, mungkin sekitar lima belas atau dua puluh menit aku hanya duduk diam memikirkan apa yang akan terjadi padaku selanjutnya.
Tiba-tiba perutku
terasa sakit, seperti ada sesuatu yang memaksa keluar dari perutku.
'Mual sekali!'
`Aduh,`
"Hoooekk....,"
`Aduh,`
"Hoooekk....,"
isi sarapanku keluar
semua.
Pandangan mataku mulai terasa kabur dan perlahan gelap. Aku berjalan terhuyung mencari pegangan.
Namun, terlambat....
Pandangan mataku mulai terasa kabur dan perlahan gelap. Aku berjalan terhuyung mencari pegangan.
Namun, terlambat....
Bersambung!!!
Kirim jawaban Anda di kolom komentar dan cocokan dengan FC Asli nya, Terima Kasih.
“Sayang...., kamu kenapa? Bangun sayang..."
teriak Bryan pada Angel yang pingsan setelah beberapa kali muntah.
Sesaat,
Angel tersadar setelah Bryan memberinya pertolongan.
“Aku...
sakit.... aduhhhh... tolong, Bee, sakit, ” rintih Angel. Wanita itu kemudian
mengejang dan kembali tak sadarkan diri.
“Sayang...............”
Jerit Bryan
Setelah
itu Bryan pun sesegera mungkin membawa istrinya ke klinik terdekat. Namun dalam
klinik terdekat menyatakan istrinya harus di check kesehatannya di rumah sakit
dengan peralatan lebih lengkap. Dalam perjalanan menuju rumah sakit, Bryan
terus berdoa agar istrinya segera sadar. Ambulance dengan kecepetan tinggi
membawa mereka menuju rumah sakit. Petugas medis disamping bryan kembali
memeriksa keadaan Angel, dan menyatakan bahwa istrinya sudah tiada.
Dengan
penuh duka Bryan menghapus air matanya dan meminta suster untuk sesegera
mungkin dicarikan penyebab kematian istrinya. Sesampainya di rumah sakit,
beberapa jam kemudian seorang dokter datang kepadanya dan berkata bahwa
istrinya meninggal akibat racun yang mengandung tanin dan terdapat kandungan
bahan kimia kuteolin, Isoorientin, L-Abrine, Precatorin. Penyebab utamanya
sepertinya dia menelan sesuatu yang beracun. Hasil autopsi menunjukan ada
kandungan yang persis sama dengan biji saga rambat. Bryan pun kembali menangis
dan menyesal. kenapa perpisahan menjadi seperti ini. Pihak kepolisian pun
datang dan menemui Bryan guna menanyakan penyebab kematian tersebut untuk di olah
TKP.
Keesokan
harinya pihak kepolisian pun datang kerumah Bryan dan menjelaskan bahwa
penyebab kematian istrinya adalah karena memakan biji saga rambat. Bryan
bercerita, mereka memang sempat duduk berdua di bawah pohon yang ternyata, ada
pohon saga rambatnya. "Kemungkinan istri saya tanpa sengaja meminum kopi
yang kejatuhan biji saga itu." ucap Bryan memberikan keterangan pada
polisi.
'Sungguh
malang nasibku. Kini aku jadi duda muda. ” kata Bryan dalam hati.
THE
END