Case Story - Istri Yang Tak Setia (Tim Apa Benar Jodohku Ada Di Sini) - Riddle Story Indonesia
News Update
Loading...

Rabu, 21 Agustus 2019

Case Story - Istri Yang Tak Setia (Tim Apa Benar Jodohku Ada Di Sini)

Case Story - Istri Yang Tak Setia (Tim Apa Benar Jodohku Ada Di Sini)

Istri Yang Tak Setia
Maker  : Tin ( Tim Apa Benar Jodohku Ada Di Sini)

"Ay, bentar lagi sampe nih. Malam ini kita istirahat di warung," ucap lembut suamiku. Aku hanya mengiyakan ucapannya sambil terus melirik ponsel yang sinyalnya hilang-timbul.

Tak lama kemudian, kami tiba di depan salah satu warung yang berjejer rapi. Sepanjang mata memandang hanya ada beberapa motor terparkir. Mungkin, jika di hari libur, pengunjung yang datang bisa lebih banyak.

Aku menaiki barak yang ada di lantai dua. Sementara suamiku—Bryan—dan ketiga temannya masih menyelesaikan urusan parkir. Dengan perasaan enggan, aku meletakkan tas dan helm seraya berpikir lebih enak tinggal di rumah alih-alih menemani ia dan teman-temannya berwisata.
Di sini, ternyata lumayan bagus sinyalnya. Kubuka layar ponsel dan mulai mengirim pesan pada seseorang. 

[Yang, jangan telpon aku dulu ya.]
sebuah balasan dengan cepat aku terima.
[Kenapa?]
.
[Aku nginep tempat sodara]
.
[ok Honey. Lusa kita ketemu ya? ]
Suara langkah kaki terdengar menaiki tangga. Aku pura-pura tertidur dan menutupi wajah dengan selimut.

"Sayang, bangun! Kita makan dulu..., kamu mau pesen apa? "
" Hmm, aku ngantuk Bee. "
" Iya, tapi makan dulu ya, aku pesen nasi goreng tadi. "
Aku mengangguk dan memperhatikan ia yang berjalan ke arah teman-temannya, menawarkan hal yang sama.

Setelah makan dengan tidak lahap, aku bersiap pergi ke kamar mandi dan mengisi ulang baterai ponsel tanpa mematikannya.
Dingin sekali airnya, bisa kambuh alergiku kalau begini.
'Ah, sial, aku lupa membawa obat alerginya.'
Aku menaiki tangga dan melihat Bryan sedang memegang ponselku.
"Bee!"
Pria berbadan atletis itu menoleh sebentar sebelum meletakkan ponselku kembali.
"Aku main PUBG dulu sama anak-anak. Kamu tidur lagi aja," katanya.
Aku menutupi diri dengan selimut tebal, mencoba menghalau dingin yang menusuk kulit, tapi tetap saja ia berhasil menyelusup menggigit tubuh membuat aku tak bisa tidur.

Kamis, 8 Agustus 2019
Jam di dinding bergerak menuju pukul lima pagi, ketika Bryan membangunkanku.
"Ayo, siap-siap. Sarapan dulu, nanti jam enam kita mulai jalan ke atas."
kami berempat sarapan mie rebus sebelum mulai perjalanan ke air terjun. Ya, hanya mie rebus saja, karena kondisi keuangan Bryan yang pas-pasan. Ia tak mampu membeli sarapan yang lebih layak.

Sepanjang perjalanan menuju air terjun aku memikirkan satu hal. Kapan waktu yang tepat untuk meminta pisah. Sebenarnya, aku sudah tak mencintai dia lagi. Setelah empat tahun menikah dan belum dikarunia seorang anak. Membuat perasaanku menjadi hambar. Walau dia suami yang baik, tapi dari segi ekonomi aku merasa belum tergenapi.

Aku menatap sosok pria yang berjalan di depanku. Ia berhenti di depan sebuah pohon Bintaro dan mengambil sebotol air mineral. Kita istirahat di sini dulu, sekitar dua puluh menit lagi kita sampai. Aku yang kelelahan, hanya menarik napas pendek dan memukul-mukul betis yang kram sambil bertopang pada sebuah pohon di depanku. Bryan memberiku air, aku meneguknya sampai habis.
Setelah istirahat lima menit, kami melanjutkan perjalanan dan sampai juga di tempat tujuan.

Air terjunnya sangat besar dan cantik. Sementara Bryan dan teman-temannya bermain air, aku hanya melihat-lihat mereka saja Sedang pikiraku entah berada di mana.
Kepalaku terasa sakit, mungkin kurang tidur semalam. Aku berinisiatif untuk memesan segelas kopi dari penjual kopi keliling lalu membawanya pada Bryan yang tengah termenung di bangku kayu yang berada di bawah pohon rindang.

'Suamiku kenapa ya? Dari subuh tadi, dia agak berbeda.' batinku.
Bryan mengumpulkan biji-bijian berwarna merah dengan sedikit bintik hitam yang juga banyak berserakan di tanah. Aku menghampirinya dan memberikannya kopi lalu duduk di sampingnya. Ia terdiam, seperti sedang berpikir. Bryan lalu meminum sedikit kopinya lalu menaruhnya di samping kami. Angin yang berembus menerbangkan dedaunan juga menjatuhkan apa pun yang telah rapuh. Aku mengibaskan rok hitamku yang kejatuhan daun dan beberapa buah biji-bijian.

Tiba-tiba Pria itu menoleh ke arahku dan menatap tajam.
"Angel, knapa kmu tega sama aku!"
Ada gemetar yang tertahan dalam ucapan Bryan.
" Tega gimana Bee?"
"Aku udah tau semuanya."
ucapan suamiku, membuatku tersedak. Kenapa harus sekarang dan di tempat seperti ini. 

Aku jadi salah tingkah, untuk menghilangkan gugup. Refleks, aku meminum kopi milik Bryan seperti minum air putih.
Entah, hanya perasaanku atau memang ampas kopinya jadi terasa mengganjal.
Aku masih tak mampu menjawab pertanyaannya.
"Ya dah, kita bahas di rumah aja." Kata Bryan setelah melihat reaksiku. Kemudian ia pergi dan menemui teman-temannya.
Aku bingung, apa yang harus kulakukan dan kukatakan. Walau ingin berpisah, tapi saat ini aku belum siap. 

Entah, berapa lama waktu yang kuhabiskan di sini, mungkin sekitar lima belas atau dua puluh menit aku hanya duduk diam memikirkan apa yang akan terjadi padaku selanjutnya.

Tiba-tiba perutku terasa sakit, seperti ada sesuatu yang memaksa keluar dari perutku.
'Mual sekali!'
`Aduh,`
"Hoooekk....,"
isi sarapanku keluar semua.
Pandangan mataku mulai terasa kabur dan perlahan gelap. Aku berjalan terhuyung mencari pegangan.
Namun, terlambat....


Bersambung!!!

Kirim jawaban Anda di kolom komentar dan cocokan dengan FC Asli nya, Terima Kasih.


“Sayang...., kamu kenapa? Bangun sayang..." teriak Bryan pada Angel yang pingsan setelah beberapa kali muntah. 

Sesaat, Angel tersadar setelah Bryan memberinya pertolongan.

“Aku... sakit.... aduhhhh... tolong, Bee, sakit, ” rintih Angel. Wanita itu kemudian mengejang dan kembali tak sadarkan diri.

“Sayang...............” Jerit Bryan

Setelah itu Bryan pun sesegera mungkin membawa istrinya ke klinik terdekat. Namun dalam klinik terdekat menyatakan istrinya harus di check kesehatannya di rumah sakit dengan peralatan lebih lengkap. Dalam perjalanan menuju rumah sakit, Bryan terus berdoa agar istrinya segera sadar. Ambulance dengan kecepetan tinggi membawa mereka menuju rumah sakit. Petugas medis disamping bryan kembali memeriksa keadaan Angel, dan menyatakan bahwa istrinya sudah tiada.
Dengan penuh duka Bryan menghapus air matanya dan meminta suster untuk sesegera mungkin dicarikan penyebab kematian istrinya. Sesampainya di rumah sakit, beberapa jam kemudian seorang dokter datang kepadanya dan berkata bahwa istrinya meninggal akibat racun yang mengandung tanin dan terdapat kandungan bahan kimia kuteolin, Isoorientin, L-Abrine, Precatorin. Penyebab utamanya sepertinya dia menelan sesuatu yang beracun. Hasil autopsi menunjukan ada kandungan yang persis sama dengan biji saga rambat. Bryan pun kembali menangis dan menyesal. kenapa perpisahan menjadi seperti ini. Pihak kepolisian pun datang dan menemui Bryan guna menanyakan penyebab kematian tersebut untuk di olah TKP.

Keesokan harinya pihak kepolisian pun datang kerumah Bryan dan menjelaskan bahwa penyebab kematian istrinya adalah karena memakan biji saga rambat. Bryan bercerita, mereka memang sempat duduk berdua di bawah pohon yang ternyata, ada pohon saga rambatnya. "Kemungkinan istri saya tanpa sengaja meminum kopi yang kejatuhan biji saga itu." ucap Bryan memberikan keterangan pada polisi.

'Sungguh malang nasibku. Kini aku jadi duda muda. ” kata Bryan dalam hati.

THE END





Comments


EmoticonEmoticon

PENGUMUMAN
Setiap sabtu dan minggu, reward pulsa untuk pengirim postingan #SangPujangga terbaik
Done