Judul : Jeoseon
----------
26.10.1561
Hari ini merupakan
perayaan ulang tahun ke 10 Seonjo, putra dari Deokheung Daewongun, seorang
bangsawan yang menikah dengan Hadongbu Daebuin Jeon, saudari dari Wang Injong.
Hadongbu sendiri merupakan Agassi Mama, anak Wang Jungjong dari selir Bin,
sedangkan Injong adalah Jeoha dari Munjeong Mama. Semeninggalnya Wang Jungjong
pada tahun 1543, kekuasaan kerajaan diturunkan kepada Injong Mama sebagai Wang
ke 12, Injong memiliki saudara yang saat ini berusia tiga belas tahun, bernama
Myeongjong, putra selir Jeonghyeon dari Wangsa Papyeong Yun. Atas permintaan
Myeongjong, Injong merayakan ulang tahun Seonjo, di aula kerajaan. Semua rakyat
di wilayah pusat kerajaan Jeoseon diundang untuk menikmati berbagai macam
makanan dan hiburan tradisional. Pesta itu dilaksanakan selama tiga hari tiga
malam.
Pada malam ketiga, Hadongbu mengusulkan kepada Deokheung untuk mengajak Injong dan Myeongjong untuk makan malam bersama Seonjo sebagai rasa ucapan terimakasih atas hadian yang diberikan oleh Injong. Deokheung pun menyetujuinya, dia menuju rumah Injong dan Myeongjong, mengundang mereka untuk makan malam bersama. Beberapa saat kemudian Deokheung kembali bersama Injong dan Myeongjong, melihat mereka memasuki gerbang, Seonjo yang sedari tadi menunggu ayahnya kembali didepan pintu rumah langsung berlari menghambur kepelukan Myeonjong, "Hyung!!," teriak Seonjo senang, "Seonjo!! Dimana sopan santunmu dihadapan Jeoha!!," bentak Deukheung pada Seonjo, mendengar bentakan itu Seonjo berlari bersembunyi dibelakang Injong, "Maafkan kelancanganku Wang Injong, aku gagal mendidik anakku," ucap Deukheung sambil membungkukkan badan, "Sudahlah Paman, meraka sudah seperti adikku sendiri, tak apa, lagi pula mereka masih kecil," ucap Injong ringan, "Ayo kita temui Ibumu," ajak Injong sambil menggandeng Myeongjong dan Seonjo pergi menuju ke ruang makan keluarga Deukheung, Deukheung hanya diam mengekor mereka. Sesampainya di meja makan, Myeongjong disambut dengan pelukan hangat dari Hadongbu, "Terimakasih Wang Injong, sudah bersedia datang kemari untuk menikmati hidangan kecil keluarga kami," ucap Hadongbu membungkuk, "Setidaknya ini hal yang bisa kulakukan untuk menghargaimu, Bibi," jawab Injong, Hadongbu hanya tersenyum lalu mempersilahkan mereka untuk makan.
Usai makan, Hadongbu, Deukheung, dan Injong berbincang-bincang di ruang tengah, sedangkan Myeongjong dan Seonjo bermain di dalan kamar Seonjo. Ditemani beberapa macam manisan buah dan arak beras, Hadongbu menyinggung soal pernikahan Injong, "Wang Injong apakah benar-benar tidak akan menikah?," tanya Hadongbu, Injong tak menjawab, "Jika tidak menikah, lalu siapa yang akan meneruskan tahta kerajaan?," sambung Deukheung, "Ya, aku memutuskan untuk memberikan tahtaku pada Myeongjong, aku menyayanginya seperti adikku sendiri, walaupun secara garis keturunan dia memang adikku, hanya saja dari ibu yang berbeda," jawab Injong. "Tapi aku berjanji, Bibi, aku akan memberikan posisi yang menguntungkan untuk Seonjo," lanjut Injong, Hadongbu dan Deukheung hanya saling menatap mendengarkan perkataan Injong.
Waktu menunjukkan pukul sembilan malam, Myeongjong datang menghampiri mereka di ruang tengah, dengan muka mengantuk, sambil membawa satu plastik berisi manisan persik, "Hyung, aku mengantuk, hhoaaamm," kata Myeongjong, "Baiklah, kita akan pulang," jawab Injong, "Tidak boleeeeeh!!," teriak Seonjo berlari menghapiri Myeonjong lalu memeluknya dari belakang, "Menginaplah malam ini Hyung, temani aku malam ini saja, semenjak Hyung menjadi raja, Myeongjong tidak pernah menemaniku bermain lagi, ku mohon menginaplah satu malam ini saja, ku mohooon," rengek Seonjo, "Bukan sebagai Hwang Jeoseon, tetapi sebagai Hyung, aku akan menginap malam ini," jawab Injong mantap, "Terimakasih atas kemurahan hatimu, Injong," kata Hadongbu dengan mata berkaca, "Lalu, akan kau apakan manisan persik itu, Myeongjong?," tanya Injong, "Seonjo terlalu banyak memberiku persik, aku tidak bisa menghabiskannya, setelah bangun tidur besok akan kulanjutkan menghabiskan persik ini," jawab Myeongjong polos.
30.10.1561
"Agassi Mama,
terimakasih sudah menjadikan saya yang hanya seorang koki kedai di desa,
menjadi koki kerajaan," ucap Yi Pie, "Kau memang pantas Yi Pie, bakat
memasakmu lah yang membawamu ke rumah emas ini," jawab Hadongbu,
"Tapi tanpa rekomendasimu, jangankan sekedar bermimpi, aku tak akan pernah
bisa menginjakkan kaki disini, Agassi Mama," lanjut Yi Pie, "Cukup
dengarkan perintahku, dan kau akan selalu aman disini," jawab Hadongbu,
"Tentu, Agassi Mama, pasti saya akan selalu mengabdi pada Agassi
Mama," sambung Yi Pie, "Ingat, kau yang bertanggung jawab terhadap
masakan disini, yang lain hanyalah kaki dan tangan, kau adalah komandonya,
lakukanlah yang terbaik, jangan ada satu kesalahanpun, atau kau akan di
eksekusi, sekali lagi ku ingatkan, ditiap menu makan Wang Injong, harus ada
olahan tuna, karena itu kesukaan Wang Injong, dan jangan pernah membeli tuna di
pasar, setiap fajar akan ada seorang nelayan yang mengantarkan tuna segar dari
laut, hanya gunakan tuna yang diantarkan oleh dia, demi keselamatanmu, camkan
itu," jelas Hadongbu tegas, "Saya mengerti, Agassi Mama," jawab
Yi Pie.
05.01.1565
Wang Injong yang
didampingi oleh Menteri Shin, diasingkan ke Pulau Jindo yang terletak jauh dari
pusat kekuasaan Jeoseon, dikarenakan sakit parah, yang menyerangnya selama
beberapa bulan terakhir. Saat itu juga kepala koki kerajaan, Yi Pie, ditangkap
karena diduga meracuni Wang Injong, dia tertangkap setelah membeli tuna dan
beberapa rempah-rempah dipasar. Ketika diintrogasi, dia beralibi bahwa dia
membeli untuk dirinya sendiri, namun jawaban ini dianggap merendahkan kerajaan,
sebab sejatinya semua bahan makanan telah tersedia di dapur kerajaan. Hakim
kerajaan memutuskan untuk mengeksekusi Yi Pie. Keesokan harinya sebelum
eksekusi dimulai, Yi Pie meneteskan air mata, mengucapkan kata-kata terakhirnya
yang berupa pengakuan bahwa dia memang bersalah karena selama ini dia bodoh,
dan hukuman ini adalah karena kebodohannya. Eksekusi pun dilaksanakan dengan
memenggal kepala Yi Pie dihadapan khalayak, kejadian itu disaksikan pula oleh
Hadongbu.
Hadongbu yang iba dengan nasib Injong, mengirimkan seorang tabib dan seorang koki kerajaan ke tempat pengasingan untuk merawat dan mengobati Injong, namun naas, seminggu kemudian Injong meninggal. Berita duka yang sangat dalam diterima oleh masyarakat dan anggota kerajaan, seolah-oleh kegelapa menyelimuti seluruh penjuru Jeoseon.
13.01.1565
Upacara pemakaman
dipimpin oleh Agassi Mama sebagai saudari kandung dari Wang Injong. Dihadiri
oleh seluruh keluarga bangsawan dan rakyat jelata. Setelah upacara pemakaman
selesai Menteri Shin, Menteri Deok, dan Ahli Fengshui kerajaan melakukan
pertemuan. Lalu dengan para bangsawan, dalam suasana duka ini memutuskan untuk
segera memutuskan raja selanjutnya.
15.01.1565
Sesuai dengan wasiat
Injong Seondaewang, tahta selanjutnya diturunkan kepada Myeongjong,
pengangkatan Wang Myeongjong dilakukan dalam suasana hening, tanpa perayaan
apapun menghormati kematian Injong Seondaewang. Myeongjong terlihat sangat
terpukul, semenjak kematian Injong, keceriaan telah hilang dari wajahnya,
merubahnya menjadi sosok yang dingin.
19.01.1565
Sudah empat hari ini
Myeongjong selalu pergi ke Rumah Bunga, tempat para bangsawan mabuk dan bermain
dengan wanita, bahkan Myeongjong membeli satu wanita khusus untuk tidur
dengannya empat malam ini, hal ini diketahui dan disembunyikan oleh Menteri
Shin dan Menteri Deok, agar tidak menciptakan masalah internal pada
pemerintahan Jeoseon.
26.10.1566
"Myeongjong Mama,
Seonjo Daegam datang menemui anda," ucap salah seorang pelayan dari luar
pintu, "Biarkan dia masuk," jawan Myeongjong singkat, pelayan lalu
menggeser pintu kayu itu dan mempersilahkan masuk, setelah masuk Seonjo
bergegas menggeser pintu hingga tertutup hingga membuat pelayan yang berada
diluar ruangan terkejut, tanpa memedulikan hal lain, Seonjo berjalan kearah Myeongjong
yang tengah berdiri memandangi lukisan, berhenti tepat dibelakangnya,
"Hyung, aku merindukanmu, setelah ulang tahun ke 10 ku, kau tak lagi
mengunjungiku," ucap Seonjo dengan nada rendah, "Aku sudah menduga
kau akan datang. Hari ini, kau berusia lima belas tahun, benarkan?
Daedongsaeng?," tanya Myeongjong, "Kau ingat, Hyung," kata
Seonjo terharu, Seonjo pun memeluk Myeongjong dari belakang, namun Myeongjong
melepaskan pelukan itu, dia berbalik dan berjalan menuju meja makan, dia mengambil
sebuah kotak kayu berukiran ornamen khas semenanjung korea, berukuran 30*30 cm
dengan tinggi 6 cm, yang dibalut kain sutera bergambar phoenix, berwarna coklat
muda, "Ambillah, ini hadiah untukmu," ucap Myeongjong sambil
memberikan kotak itu kepada Seonjo, "Terimakasih Hyung! Apa boleh aku buka
sekarang?," tanya Seonjo antusias, "Tentu saja, itu milikmu,"
jawab Myeongjong. Seonjo membuka ikatan kain pada kotak itu, ctak!, kunci kotak
itu terbuka, Seonjo segera membuka penutup kotak itu, mata Seonjo berbinar
melihat manisan persik yang ditaburi oleh kristal-kristal gula dan serbuk madu,
Myeongjong mengambil satu buah persik lalu menyodorkannya ke hadapan Seonjo,
melihat hal itu Seonjo lalu tersenyum dan melahap persik yang diberikan oleh
Myeongjong.
12.01.1567
Wang Myeongjong kini
menginjak usia sembilan belas tahun, alih-alih merayakan ulang tahunnya dengan
megah, dia hanya mengundang keluarga dan beberapa petinggi kerajaan untuk makan
malam bersama. Di ruang makan kerajaan yang begitu megah, semua perlatan makan
berhiaskan bunga mawar yang dibuat dari emas muda, serbet sutera halus berwarna
merah maroon bermotifkan bunga anggrek, jamuan makanan mewah diatas meja
membuat siapa saja yang melihatnya tertegun. Buah-buahan segar disusun menjadi
sebuah menara, bahkan ada patung phoenix yang dibuat dari campuran potongan
sayur dan buah, potongan itu ditusukkan ke pelepah yang disusun sedemikian rupa
agar menyerupai phoenix yang sedang membentang kan sayap dan ekor lebarnya,
bersiap untuk terbang, sangat indah. Myeongjong berdiri dari tempat duduknya,
lalu berkata "Perhatian semuanya," semua yang hadir menghentikan
aktifitasnya dan memperhatikan Myeongjong, "Tahun depan, aku akan
melakukan upacara menjadi dewasa, dan setelah itu aku ingin menikah,"
lanjutnya, sontak ucapan itu membuat para undangan terkejut dengan keputusannya
yang tiba-tiba, "Wang Myeongjong, mengapa harus menunggu upacara menjadi
dewasa, bahkan saat ini pun kau sudah bisa menikah," ucap Seonjo,
"Dahulu, seorang hyung berkata padaku, jika hanya melanjutkan giliran kekuasaan,
jika masih memiliki darah tanpa daging sekalipun, tak perlu menikah, namun jika
kau menginginkan darah dagingmu, maka menikahlah setelah kau dewasa,"
ucapnya tenang. "Injong Seongdaewang, bahkan setalah beliau berpulang,
tetapkah kau ingin hidup dalam bayang-bayangnya?," tanya salah seorang
petinggi kerajaan, "Dihatiku, difikiranku, dalam setiap nafasku, Hyung
akan selalu hidup," ucap Myeongjong tegas.
26.10.1567
"Eomma, aku akan
pergi ke rumah Hyung," kata Seonjo, "Bawalah selembar pakaianmu, dan
menginaplah disana, Eomma akan menyiapkan beberapa persik untukmu dan
Myeongjong," jawab Hadongbu.
Semuanya siap, Seonjo membawa selembar baju yang dibungkus kain sutera hijau polos, satu kotak berukuran sedang manisan persik kesukaan Seonjo, dan satu kotak manisan persik lagi berukuran kecil dengan motif bunga terompet untuk Myeongjong, Hadongbu menitikkan air mata lalu memeluk Seonjo dengan erat, "Eomma, aku bukan pergi untuk berperang, hanya menginap satu malam dirumah Hyung, hahaha," kata Seonjo lalu melepaskan pelukan Hadongbu, ia membungkuk sembilan puluh derajat lalu pergi meninggalkan rumah. Mata Hadongbu berkaca-kaca menatap punggung Seonjo yang semakin menjauh.
Semuanya siap, Seonjo membawa selembar baju yang dibungkus kain sutera hijau polos, satu kotak berukuran sedang manisan persik kesukaan Seonjo, dan satu kotak manisan persik lagi berukuran kecil dengan motif bunga terompet untuk Myeongjong, Hadongbu menitikkan air mata lalu memeluk Seonjo dengan erat, "Eomma, aku bukan pergi untuk berperang, hanya menginap satu malam dirumah Hyung, hahaha," kata Seonjo lalu melepaskan pelukan Hadongbu, ia membungkuk sembilan puluh derajat lalu pergi meninggalkan rumah. Mata Hadongbu berkaca-kaca menatap punggung Seonjo yang semakin menjauh.
27.10.1567
"Hwaaaaaa!!! Wang
Myeongjong!! Hwaaaaa!!," teriak seorang pelayan dengan panik, beberapa
prajurit yang berjaga didepan langsung berlari menuju sumber jeritan, sedangkan
Seonjo yang berada dikamar terpisah pun ikut menuju sumber jeritan yang
ternyata berasal dari kamar Myeonjo, terlihat dari luar ruang kamar Myeongjong
terbuka, dan pelayan itu menangis duduk dihadapan tubuh Myeongjong yang
tergeletak dilantai. "Hyuuuuung!!!," teriak Seonjo sambil berlari ke
arah tubuh Myeongjong, dia duduk disebelah tubuh Myeongjong, diasangat terkejut
melihat kondisi Myeongjong, "Tidak mungkin!! Tidak mungkiiin!!!
Hyuuuuung!!!," teriaknya, "Apa kalian bodoh! Ada apa dengan kalian?
Apa kalian tak tau apa tugas kalian dirumah ini? Hah!!?," bentak Seonjo,
"Beraninya kalian teledor terhadap keselamatan Raja! Kalian semua akan
mati! Lihat saja besok kalian akan dieksekusi!!," amarahnya memuncak
hingga membuatnya menggertakkan gigi gerahamnya, tak ada yang berani melawan,
pelayan dan prajurit hanya terdiam. Tiba-tiba datang seseorang wanita paruh
baya menggunakan hanbok ungu, "Seonjo! Apa yang terjadi?," tanya
wanita itu yang ternyata adalah Hadongbu, "Eomma? Sejak kapan kau
disini?," jawab Seonjo, "Aku baru datang dan mendengar ada teriakan,
lalu aku bergegas kemari, dan ternyata...," "Prajurit, cepat
pindahkan tubuh Wang Myeongdong keatas kasur, Seonjo, tunggulah disini
sebentar, aku akan memanggil tabib kerajaan!," perintah Hadongbu sebelum
pergi meninggalkan mereka dikamar.
Tak berapa lama Hadongbu datang tergesa-gesa dengan tabib kerajaan yang segera memeriksa kondisi Myeongdong, sangat disayangkan Myeongdong kehilangan nyawanya sejak tadi malam. "Tidak mungkin!! Hingga larut malam, aku masih berbincang-bincang dengannya!," tegas Seojon tak percaya, namun tak ada lagi yang bisa dilakukan. "Injong telah datang menjemput Myeongjong, dimalam tanpa lolongan srigala," ucap Tabib kerajaan.
28.10.1567
Upacara pemakaman
kembalin dipimpin oleh Agassi Mama, namun hanya dihadiri oleh anggota keluarga,
para bangsawan, dan petinggi kerajaan. Menurut Sang Ahli Fengshui, makam
Myeongjong harus terletak di tanah emas, disebuah hutan, untuk kelangsungan
Jeoseon.
30.10.1567
Sejatinya, seorang
Daegam tidak akan bisa mewarisi tahta kerajaan, namun dikarenakan tidak ada
penerus langsung, maka Seonjo ditunjuk menjadi raja selanjutnya, raja ke empat
belas. Karena masih dalam suasana duka, tak ada perayaan.
02.11.1567
Menteri Shin
menyebarkan undangan pertemuan untuk membahas sistem pemerintahan yang akan
dijalankan oleh Wang Seonjo.
03.11.1567
Di aula kerajaan, pintu
disisi selatan terbuka, masuklah dengan tertib beberapa rombongan menteri
kerajaan ke dalam ruangan yang berbentuk persegi panjang dengan ukuran seluas
lapangan sepak bola. Empat pasang pilar besar sebagai penyangga gedung,
beralaskan batu marmer megah, dinding yang terbuat dari batu granit setebal 13
cm. Ditengah ruangan tergantung sebuah lampu hias mewah bak berlian kecil yang
bertaburan dalam sebuah ruang kaca, memancarkan sinar yang sangat terang. Dari
pintu terbentang sebuat karpet merah megah menuju ke dua puluh anak tangga yang
terletak di barat, menuju tempat singgasana raja, dari atas sini, raja bisa melihat
menyeluruh tempat rombongan itu terbagi menjadi dua bari, satu baris di sisi
barat sedangkan baris lainnya disisi timur. Para penjaga yang berada disisi
bawah tangga mengisyaratkan untuk menghormat, seluruh barisan itupun bersujud,
sambil berseru serentak "Sehat selalu Jeonha Mama," mereka pun
berdiri kembali, Seonjo membuka telapak tangan kirinya, mereka pun duduk
bersila dilantai.
Salah seorang dari sisi barat berdiri memulai bicara, "Jeonha Mama, dua bulan lagi akan diadakan ujian pelayanan sipil, para bangsawan mempertanyakan apakah akan ada perubahan kualifikasi ujian resmi sipil?," ucapnya sopan, "Menteri Shi, aku, Wang Seonjo, akan melakukan apa yang dimulai oleh Myeongjong Seondaewang, lanjutkan mereformasi sistem, dan kembalikan reputasi sarjana-sarjana yang telah gugur dalam pembersihan liberal ke tiga, eksekusi semua aristokrat yang korup, terutama Nam Gon!," ucap Seonjo tegas dan berwibawa, "Baiklah Jeonha Mama," ucap Menteri Shin. Dia melihat ke sesisi timur dan barat, terlihat tetap tenang tanoa menunjukkan keberatan, "Karena tidak ada yabg menyampaikan keluhan, maka saya rasa langkah selanjutnya sudah jelas," Menteri Shi lalu bersujud diikuti dengan yang lainnya, mereka berseru "Panjang umur Jeonha Mama," Seonjo kembali membuka telapak tangan kirinya, mereka pun berdiri lalu berbalik dan keluar beriringan dengab tertib meninggalkan aula kerajaan.
04.11.1567
"Agassi Mama, ada
kiriman untukmu," kata seorang pelayan, Hadongbu yang sedang duduk dengan
Deokheung dibelakang rumah menikmati panas matahari pagi, mengambil kotak kecil
yang dibungkus kain sutera hitam itu, "Pergilah," ucap Hadongbu,
pelayan itupun pergi, Hadongbu lalu membuka kotak itu, ternyata isinya dua buah
manisan persik dengan taburan bubuk gula kristal diatasnya, Deokheung mengambil
satu, juga Heungbu, lalu mereka saling menyuapi dan memakannya dalam satu
gigitan.
Tak lama kemudian Seonjo yang datang mengunjungi orang tuanya menemukan kedua orang tuanya tergeletak ditanah sudah tak bernyawa, disebelah jasad ibunya terletak kotak bermotif bunga terompet, didalamnya ada sisa-sisa gula, Seonjo menangisi kedua orang tuanya.
Tak lama kemudian Seonjo yang datang mengunjungi orang tuanya menemukan kedua orang tuanya tergeletak ditanah sudah tak bernyawa, disebelah jasad ibunya terletak kotak bermotif bunga terompet, didalamnya ada sisa-sisa gula, Seonjo menangisi kedua orang tuanya.
05.11.1567
Pemakaman orang tua
Seonjo dilakukan secara rahasia, tak ada yang tau dimana makam orang tua Seonjo
selain Sang Ahli Fengshui, Menteri Shin, dan Menteri Yang, bahkan tukang gali
kubur itupun dibunuh setelah menguburkan jasad kedua orang tua Seonjo agar
tidak membocorkan tempatnya ke siapapun.
07.10.1568
Di tengah hutan, dua
puluh lima prajurit berbaris lima bersaf, Seonjo yang berada di depan mereka berjalan
menuju gundukan tanah berbentuj setengah lingkaran berdiameter tiga meter
dengan ketinggian dua meter, meskipun jarak lima meter dari sekeliling bulatan
itu ditumbuhi oleh pohon-pohon bengkok, tanah sekitar gundukan itu tersammasa
gersang, tak ada satu rumput pun yang tumbuh. Bulatan itu dikelilingi oleh
batu-batuan berukuran sedang, Seonjo menyelipkan setangkai bunga lily di salah
satu bebatuan, dia lalu menurunkan lututnya. Diikuti oleh pasukan di
belakangnya, Seonjo menempatkan kedua tangannya kedepan dan bersujud. Dia lalu
berdiri dan berkata, "Myeongjong Seondaewang, aku Wang Seonjo, dibawah
nama bangsawan Deokheung Daewang, dan selir Bin Hadongbu Daebuin Jeong,
bersumpah akan melanjutkan reformasi politik yang telah engkau cetuskan,"
ucapnya tegas. Seonjo lalu berjalan ke sisi barat dan meletakkan setangakai
bunga lily dibawah sebuah pohon, dilanjutkan berjalan ke sisi timur dan
meletakkan setangaki bunga krisan dibawah pohon.
1574-1607
Terjadi perpecahan
politik antara faksi barat dan faksi timur, hal ini menyebabkan ketidak
stabilan ekonomi. Berbarengan dengan invasi Jepang yang dipimpin oleh, Toyotomi
Hideyoshi, membuat hancur sistem pemerintahan Jeoseon. Hal ini menyebabkan
negara merugi, bahkan Tiongkok pun datang untuk mencoba mengambil keuntungan
dari hasil jarahan perang. Jeoseon dalam sekejap berubah menjadi tempat yang
mengerikan.
Terlepas dari semua upaya yang diletakkan Seonjo selama perang, seperti membangun fasilitas pelatihan militer dan reformasi hukum pajak - rakyat diberikan hadiah dengan kenaikan kelas sosial, pembebasan tenaga kerja atau kejahatan ditukar dengan pembayaran pajak atas beras - perang meninggalkan tanah yang hancur dan orang-orang yang kelaparan. Setelah perang, keinginan untuk merekonstruksi negara terganggu oleh kekacauan politik yang disebabkan oleh faksi-faksi politik dan memerangi kelaparan. Wang Seonjo kehilangan harapan untuk memerintah negara tersebut.
01-01-1608
Menteri Shin
mengumumkan putra pewaris tahta dari garis keturunan Myeongjong Seondaewang,
Seonjo pun dilengserkan paksa, kemudian diasingkan ke Pulau Jindo.
Kirim jawaban Anda di kolom komentar dan cocokan dengan FC Asli nya, Terima Kasih.
hadongbu dan deokheung (namun yg paling banyak bergerak
adalah hadongbu) berencana membunuh injong dan myeonjong untuk menjadikan
seojeon raja -hadongbu mengganti koki kerajaan dengan orang baru yg pandai
memasak namun tidak tau kandungan makanan (yi pie), karena injong sangat suka
tuna, hadongbu memerintahkan untuk hanya mengambil tuna dari nelayan suruhan
hadongbu, tuna itu adalah tuna sirip biru yang bila dimakan berkelanjutan dapat
menyebabkan sakit dan kematian -saat injong sakit keras dan akan diasingkan, yi
pie menyadari bahwa ada yg salah, semua makanan kerajaan adalah masakan yang
sehat, bergizi, dan diambil dari perkebunan, peternakan, bahkan tambak laut
kerajaan yang terjamin kebersihannya. Yi pie memutuskan pergi kepasar mencari
tahu tentang kandungan makanan, disana dia mengetahui tentang tuna sirip biru,
yi pie memutuskan untuk menukar tuna sirip biru dengan tuna yg ada dipasar,
namun naas saat itu dia ketahuan dan tertangkap oleh prajurit kerajaan
-memanfaatkan hal itu, hadongbu memfitnah yi pie meracuni injong, yi pie pun
dieksekusi -injong yg dikirim ke pengasingan, dibunuh oleh tabib dan koki yg
dikirimkan oleh hadongbu, namun karena kecerobohan mereka, menteri shin
mengetahui kebusukan hadongbu setelah mengintrogari tabib dan koki tersebut,
hadongbu tidak menyadari hal ini -setelah pemakaman, sebelum melakukan
pertemuan untuk membahas wasiat injong, menteri shin, menteri yang, dan ahli
fengshui bertemu secara rahasia untuk membahas strategi membalas dendam
kematian injong, juga memikirkan kemungkinan terbunuhnya myeongjong oleh
hadongbu untuk menjadikan putranya seorang raja -myeongjong yg shock berat,
dibawa oleh menteri ke rumah bunga untuk minum-minuman keras, dan dibuat tidur
dengan seorang wanita keturunan bangsawan yg sengaja disewa oleh menteri untuk
dihamili oleh myeongjong, yg akan dijadikan penerus tahta, apabila kemungkinan
terburuk terjadi (terbunuhnya myeongjong).
Myeongjong tidak menyadari hal ini. -myeongjong mati karena makan manisan persik dari hadongbu, serbuk kristal itu sebenarnya bukan gula, tetapi arsenik -peletakan makan myeonjong di hutan merupakan taktik dari ahli fengshui, -kedua orang tua seojon terbunuh dengan cara yg sama saat myeongjong mati, yg melakukan hal ini adalah menteri shin, (setelah pemakaman myeongjong, pelayan yg pertama kali melihat myeongjong terkapar, diam-diam memberikan menteri shin sebuah kotak dengan sisa sebuah persik ditaburi serbuk kristal, dia tau itu bukan gula), mengetahui hal ini, menteri shin mengirim kembali kotak itu ke tangan hadongbu dengan isi dua buah persik, dan kedua orang tua seonjo memakannya, rencana balas dendam menteri shin berhasil -deokheung dikuburkan disisi barat jarak 5m dari kuburan myeongjong, hadongbu disisi timur, karena itulah dirahasiakan, ahli fengshui berhasil menipu seonjo dengan mengatakan bawa dia akan berhasil melakukan revolusi politik bila kedua orang tuanya dikuburkan disana, itulah mengapa seonjo meletakkan setangkau lily disisi barat, dan setangkai krisan disiai timur, untuj menghormati orang tuanya -arti kuburan itu sebenarnya dalan fengshui adalah kemalangan pada anak yg orang tuanya dikuburkan di sisi barat dan timur makam raja, elemen barat dan dan timur tidak bisa bersatu dan pohon bengkok menandakan kerusakan yg akan terjadi dimasa mendatang, tanah yg kering menandakan perpecahan internal -1574-1607 ini kejadian sesuai ramalan fengshui -putra itu adalah anak wanita bangsawan yang ditiduri oleh Myeongjong, sengaja diasingkan dan dibesarkan di pulau Jindo agar tidak ketahuan, dan saat sudah waktunya, di munculkan pada saat lemahnya kepemimpinan Seonjo -rencana balas dendam sukses
Myeongjong tidak menyadari hal ini. -myeongjong mati karena makan manisan persik dari hadongbu, serbuk kristal itu sebenarnya bukan gula, tetapi arsenik -peletakan makan myeonjong di hutan merupakan taktik dari ahli fengshui, -kedua orang tua seojon terbunuh dengan cara yg sama saat myeongjong mati, yg melakukan hal ini adalah menteri shin, (setelah pemakaman myeongjong, pelayan yg pertama kali melihat myeongjong terkapar, diam-diam memberikan menteri shin sebuah kotak dengan sisa sebuah persik ditaburi serbuk kristal, dia tau itu bukan gula), mengetahui hal ini, menteri shin mengirim kembali kotak itu ke tangan hadongbu dengan isi dua buah persik, dan kedua orang tua seonjo memakannya, rencana balas dendam menteri shin berhasil -deokheung dikuburkan disisi barat jarak 5m dari kuburan myeongjong, hadongbu disisi timur, karena itulah dirahasiakan, ahli fengshui berhasil menipu seonjo dengan mengatakan bawa dia akan berhasil melakukan revolusi politik bila kedua orang tuanya dikuburkan disana, itulah mengapa seonjo meletakkan setangkau lily disisi barat, dan setangkai krisan disiai timur, untuj menghormati orang tuanya -arti kuburan itu sebenarnya dalan fengshui adalah kemalangan pada anak yg orang tuanya dikuburkan di sisi barat dan timur makam raja, elemen barat dan dan timur tidak bisa bersatu dan pohon bengkok menandakan kerusakan yg akan terjadi dimasa mendatang, tanah yg kering menandakan perpecahan internal -1574-1607 ini kejadian sesuai ramalan fengshui -putra itu adalah anak wanita bangsawan yang ditiduri oleh Myeongjong, sengaja diasingkan dan dibesarkan di pulau Jindo agar tidak ketahuan, dan saat sudah waktunya, di munculkan pada saat lemahnya kepemimpinan Seonjo -rencana balas dendam sukses