Case Story - Joseon ( Tim Riddle Pedia) - Riddle Story Indonesia
News Update
Loading...

Rabu, 11 September 2019

Case Story - Joseon ( Tim Riddle Pedia)

Case Story - Joseon

Judul : Jeoseon
Maker : P W Lestari ( Tim Riddle Pedia)
Hasan Wirayuda
Kenzhi Reizoranshi
Denbey
Dewita Juliani


----------
26.10.1561
Hari ini merupakan perayaan ulang tahun ke 10 Seonjo, putra dari Deokheung Daewongun, seorang bangsawan yang menikah dengan Hadongbu Daebuin Jeon, saudari dari Wang Injong. Hadongbu sendiri merupakan Agassi Mama, anak Wang Jungjong dari selir Bin, sedangkan Injong adalah Jeoha dari Munjeong Mama. Semeninggalnya Wang Jungjong pada tahun 1543, kekuasaan kerajaan diturunkan kepada Injong Mama sebagai Wang ke 12, Injong memiliki saudara yang saat ini berusia tiga belas tahun, bernama Myeongjong, putra selir Jeonghyeon dari Wangsa Papyeong Yun. Atas permintaan Myeongjong, Injong merayakan ulang tahun Seonjo, di aula kerajaan. Semua rakyat di wilayah pusat kerajaan Jeoseon diundang untuk menikmati berbagai macam makanan dan hiburan tradisional. Pesta itu dilaksanakan selama tiga hari tiga malam.

Pada malam ketiga, Hadongbu mengusulkan kepada Deokheung untuk mengajak Injong dan Myeongjong untuk makan malam bersama Seonjo sebagai rasa ucapan terimakasih atas hadian yang diberikan oleh Injong. Deokheung pun menyetujuinya, dia menuju rumah Injong dan Myeongjong, mengundang mereka untuk makan malam bersama. Beberapa saat kemudian Deokheung kembali bersama Injong dan Myeongjong, melihat mereka memasuki gerbang, Seonjo yang sedari tadi menunggu ayahnya kembali didepan pintu rumah langsung berlari menghambur kepelukan Myeonjong, "Hyung!!," teriak Seonjo senang, "Seonjo!! Dimana sopan santunmu dihadapan Jeoha!!," bentak Deukheung pada Seonjo, mendengar bentakan itu Seonjo berlari bersembunyi dibelakang Injong, "Maafkan kelancanganku Wang Injong, aku gagal mendidik anakku," ucap Deukheung sambil membungkukkan badan, "Sudahlah Paman, meraka sudah seperti adikku sendiri, tak apa, lagi pula mereka masih kecil," ucap Injong ringan, "Ayo kita temui Ibumu," ajak Injong sambil menggandeng Myeongjong dan Seonjo pergi menuju ke ruang makan keluarga Deukheung, Deukheung hanya diam mengekor mereka. Sesampainya di meja makan, Myeongjong disambut dengan pelukan hangat dari Hadongbu, "Terimakasih Wang Injong, sudah bersedia datang kemari untuk menikmati hidangan kecil keluarga kami," ucap Hadongbu membungkuk, "Setidaknya ini hal yang bisa kulakukan untuk menghargaimu, Bibi," jawab Injong, Hadongbu hanya tersenyum lalu mempersilahkan mereka untuk makan.

Usai makan, Hadongbu, Deukheung, dan Injong berbincang-bincang di ruang tengah, sedangkan Myeongjong dan Seonjo bermain di dalan kamar Seonjo. Ditemani beberapa macam manisan buah dan arak beras, Hadongbu menyinggung soal pernikahan Injong, "Wang Injong apakah benar-benar tidak akan menikah?," tanya Hadongbu, Injong tak menjawab, "Jika tidak menikah, lalu siapa yang akan meneruskan tahta kerajaan?," sambung Deukheung, "Ya, aku memutuskan untuk memberikan tahtaku pada Myeongjong, aku menyayanginya seperti adikku sendiri, walaupun secara garis keturunan dia memang adikku, hanya saja dari ibu yang berbeda," jawab Injong. "Tapi aku berjanji, Bibi, aku akan memberikan posisi yang menguntungkan untuk Seonjo," lanjut Injong, Hadongbu dan Deukheung hanya saling menatap mendengarkan perkataan Injong.

Waktu menunjukkan pukul sembilan malam, Myeongjong datang menghampiri mereka di ruang tengah, dengan muka mengantuk, sambil membawa satu plastik berisi manisan persik, "Hyung, aku mengantuk, hhoaaamm," kata Myeongjong, "Baiklah, kita akan pulang," jawab Injong, "Tidak boleeeeeh!!," teriak Seonjo berlari menghapiri Myeonjong lalu memeluknya dari belakang, "Menginaplah malam ini Hyung, temani aku malam ini saja, semenjak Hyung menjadi raja, Myeongjong tidak pernah menemaniku bermain lagi, ku mohon menginaplah satu malam ini saja, ku mohooon," rengek Seonjo, "Bukan sebagai Hwang Jeoseon, tetapi sebagai Hyung, aku akan menginap malam ini," jawab Injong mantap, "Terimakasih atas kemurahan hatimu, Injong," kata Hadongbu dengan mata berkaca, "Lalu, akan kau apakan manisan persik itu, Myeongjong?," tanya Injong, "Seonjo terlalu banyak memberiku persik, aku tidak bisa menghabiskannya, setelah bangun tidur besok akan kulanjutkan menghabiskan persik ini," jawab Myeongjong polos.

30.10.1561
"Agassi Mama, terimakasih sudah menjadikan saya yang hanya seorang koki kedai di desa, menjadi koki kerajaan," ucap Yi Pie, "Kau memang pantas Yi Pie, bakat memasakmu lah yang membawamu ke rumah emas ini," jawab Hadongbu, "Tapi tanpa rekomendasimu, jangankan sekedar bermimpi, aku tak akan pernah bisa menginjakkan kaki disini, Agassi Mama," lanjut Yi Pie, "Cukup dengarkan perintahku, dan kau akan selalu aman disini," jawab Hadongbu, "Tentu, Agassi Mama, pasti saya akan selalu mengabdi pada Agassi Mama," sambung Yi Pie, "Ingat, kau yang bertanggung jawab terhadap masakan disini, yang lain hanyalah kaki dan tangan, kau adalah komandonya, lakukanlah yang terbaik, jangan ada satu kesalahanpun, atau kau akan di eksekusi, sekali lagi ku ingatkan, ditiap menu makan Wang Injong, harus ada olahan tuna, karena itu kesukaan Wang Injong, dan jangan pernah membeli tuna di pasar, setiap fajar akan ada seorang nelayan yang mengantarkan tuna segar dari laut, hanya gunakan tuna yang diantarkan oleh dia, demi keselamatanmu, camkan itu," jelas Hadongbu tegas, "Saya mengerti, Agassi Mama," jawab Yi Pie.

05.01.1565
Wang Injong yang didampingi oleh Menteri Shin, diasingkan ke Pulau Jindo yang terletak jauh dari pusat kekuasaan Jeoseon, dikarenakan sakit parah, yang menyerangnya selama beberapa bulan terakhir. Saat itu juga kepala koki kerajaan, Yi Pie, ditangkap karena diduga meracuni Wang Injong, dia tertangkap setelah membeli tuna dan beberapa rempah-rempah dipasar. Ketika diintrogasi, dia beralibi bahwa dia membeli untuk dirinya sendiri, namun jawaban ini dianggap merendahkan kerajaan, sebab sejatinya semua bahan makanan telah tersedia di dapur kerajaan. Hakim kerajaan memutuskan untuk mengeksekusi Yi Pie. Keesokan harinya sebelum eksekusi dimulai, Yi Pie meneteskan air mata, mengucapkan kata-kata terakhirnya yang berupa pengakuan bahwa dia memang bersalah karena selama ini dia bodoh, dan hukuman ini adalah karena kebodohannya. Eksekusi pun dilaksanakan dengan memenggal kepala Yi Pie dihadapan khalayak, kejadian itu disaksikan pula oleh Hadongbu.

Hadongbu yang iba dengan nasib Injong, mengirimkan seorang tabib dan seorang koki kerajaan ke tempat pengasingan untuk merawat dan mengobati Injong, namun naas, seminggu kemudian Injong meninggal. Berita duka yang sangat dalam diterima oleh masyarakat dan anggota kerajaan, seolah-oleh kegelapa menyelimuti seluruh penjuru Jeoseon.

13.01.1565
Upacara pemakaman dipimpin oleh Agassi Mama sebagai saudari kandung dari Wang Injong. Dihadiri oleh seluruh keluarga bangsawan dan rakyat jelata. Setelah upacara pemakaman selesai Menteri Shin, Menteri Deok, dan Ahli Fengshui kerajaan melakukan pertemuan. Lalu dengan para bangsawan, dalam suasana duka ini memutuskan untuk segera memutuskan raja selanjutnya.

15.01.1565
Sesuai dengan wasiat Injong Seondaewang, tahta selanjutnya diturunkan kepada Myeongjong, pengangkatan Wang Myeongjong dilakukan dalam suasana hening, tanpa perayaan apapun menghormati kematian Injong Seondaewang. Myeongjong terlihat sangat terpukul, semenjak kematian Injong, keceriaan telah hilang dari wajahnya, merubahnya menjadi sosok yang dingin.

19.01.1565
Sudah empat hari ini Myeongjong selalu pergi ke Rumah Bunga, tempat para bangsawan mabuk dan bermain dengan wanita, bahkan Myeongjong membeli satu wanita khusus untuk tidur dengannya empat malam ini, hal ini diketahui dan disembunyikan oleh Menteri Shin dan Menteri Deok, agar tidak menciptakan masalah internal pada pemerintahan Jeoseon.

26.10.1566
"Myeongjong Mama, Seonjo Daegam datang menemui anda," ucap salah seorang pelayan dari luar pintu, "Biarkan dia masuk," jawan Myeongjong singkat, pelayan lalu menggeser pintu kayu itu dan mempersilahkan masuk, setelah masuk Seonjo bergegas menggeser pintu hingga tertutup hingga membuat pelayan yang berada diluar ruangan terkejut, tanpa memedulikan hal lain, Seonjo berjalan kearah Myeongjong yang tengah berdiri memandangi lukisan, berhenti tepat dibelakangnya, "Hyung, aku merindukanmu, setelah ulang tahun ke 10 ku, kau tak lagi mengunjungiku," ucap Seonjo dengan nada rendah, "Aku sudah menduga kau akan datang. Hari ini, kau berusia lima belas tahun, benarkan? Daedongsaeng?," tanya Myeongjong, "Kau ingat, Hyung," kata Seonjo terharu, Seonjo pun memeluk Myeongjong dari belakang, namun Myeongjong melepaskan pelukan itu, dia berbalik dan berjalan menuju meja makan, dia mengambil sebuah kotak kayu berukiran ornamen khas semenanjung korea, berukuran 30*30 cm dengan tinggi 6 cm, yang dibalut kain sutera bergambar phoenix, berwarna coklat muda, "Ambillah, ini hadiah untukmu," ucap Myeongjong sambil memberikan kotak itu kepada Seonjo, "Terimakasih Hyung! Apa boleh aku buka sekarang?," tanya Seonjo antusias, "Tentu saja, itu milikmu," jawab Myeongjong. Seonjo membuka ikatan kain pada kotak itu, ctak!, kunci kotak itu terbuka, Seonjo segera membuka penutup kotak itu, mata Seonjo berbinar melihat manisan persik yang ditaburi oleh kristal-kristal gula dan serbuk madu, Myeongjong mengambil satu buah persik lalu menyodorkannya ke hadapan Seonjo, melihat hal itu Seonjo lalu tersenyum dan melahap persik yang diberikan oleh Myeongjong.

12.01.1567
Wang Myeongjong kini menginjak usia sembilan belas tahun, alih-alih merayakan ulang tahunnya dengan megah, dia hanya mengundang keluarga dan beberapa petinggi kerajaan untuk makan malam bersama. Di ruang makan kerajaan yang begitu megah, semua perlatan makan berhiaskan bunga mawar yang dibuat dari emas muda, serbet sutera halus berwarna merah maroon bermotifkan bunga anggrek, jamuan makanan mewah diatas meja membuat siapa saja yang melihatnya tertegun. Buah-buahan segar disusun menjadi sebuah menara, bahkan ada patung phoenix yang dibuat dari campuran potongan sayur dan buah, potongan itu ditusukkan ke pelepah yang disusun sedemikian rupa agar menyerupai phoenix yang sedang membentang kan sayap dan ekor lebarnya, bersiap untuk terbang, sangat indah. Myeongjong berdiri dari tempat duduknya, lalu berkata "Perhatian semuanya," semua yang hadir menghentikan aktifitasnya dan memperhatikan Myeongjong, "Tahun depan, aku akan melakukan upacara menjadi dewasa, dan setelah itu aku ingin menikah," lanjutnya, sontak ucapan itu membuat para undangan terkejut dengan keputusannya yang tiba-tiba, "Wang Myeongjong, mengapa harus menunggu upacara menjadi dewasa, bahkan saat ini pun kau sudah bisa menikah," ucap Seonjo, "Dahulu, seorang hyung berkata padaku, jika hanya melanjutkan giliran kekuasaan, jika masih memiliki darah tanpa daging sekalipun, tak perlu menikah, namun jika kau menginginkan darah dagingmu, maka menikahlah setelah kau dewasa," ucapnya tenang. "Injong Seongdaewang, bahkan setalah beliau berpulang, tetapkah kau ingin hidup dalam bayang-bayangnya?," tanya salah seorang petinggi kerajaan, "Dihatiku, difikiranku, dalam setiap nafasku, Hyung akan selalu hidup," ucap Myeongjong tegas.

26.10.1567
"Eomma, aku akan pergi ke rumah Hyung," kata Seonjo, "Bawalah selembar pakaianmu, dan menginaplah disana, Eomma akan menyiapkan beberapa persik untukmu dan Myeongjong," jawab Hadongbu.
Semuanya siap, Seonjo membawa selembar baju yang dibungkus kain sutera hijau polos, satu kotak berukuran sedang manisan persik kesukaan Seonjo, dan satu kotak manisan persik lagi berukuran kecil dengan motif bunga terompet untuk Myeongjong, Hadongbu menitikkan air mata lalu memeluk Seonjo dengan erat, "Eomma, aku bukan pergi untuk berperang, hanya menginap satu malam dirumah Hyung, hahaha," kata Seonjo lalu melepaskan pelukan Hadongbu, ia membungkuk sembilan puluh derajat lalu pergi meninggalkan rumah. Mata Hadongbu berkaca-kaca menatap punggung Seonjo yang semakin menjauh.

27.10.1567
"Hwaaaaaa!!! Wang Myeongjong!! Hwaaaaa!!," teriak seorang pelayan dengan panik, beberapa prajurit yang berjaga didepan langsung berlari menuju sumber jeritan, sedangkan Seonjo yang berada dikamar terpisah pun ikut menuju sumber jeritan yang ternyata berasal dari kamar Myeonjo, terlihat dari luar ruang kamar Myeongjong terbuka, dan pelayan itu menangis duduk dihadapan tubuh Myeongjong yang tergeletak dilantai. "Hyuuuuung!!!," teriak Seonjo sambil berlari ke arah tubuh Myeongjong, dia duduk disebelah tubuh Myeongjong, diasangat terkejut melihat kondisi Myeongjong, "Tidak mungkin!! Tidak mungkiiin!!! Hyuuuuung!!!," teriaknya, "Apa kalian bodoh! Ada apa dengan kalian? Apa kalian tak tau apa tugas kalian dirumah ini? Hah!!?," bentak Seonjo, "Beraninya kalian teledor terhadap keselamatan Raja! Kalian semua akan mati! Lihat saja besok kalian akan dieksekusi!!," amarahnya memuncak hingga membuatnya menggertakkan gigi gerahamnya, tak ada yang berani melawan, pelayan dan prajurit hanya terdiam. Tiba-tiba datang seseorang wanita paruh baya menggunakan hanbok ungu, "Seonjo! Apa yang terjadi?," tanya wanita itu yang ternyata adalah Hadongbu, "Eomma? Sejak kapan kau disini?," jawab Seonjo, "Aku baru datang dan mendengar ada teriakan, lalu aku bergegas kemari, dan ternyata...," "Prajurit, cepat pindahkan tubuh Wang Myeongdong keatas kasur, Seonjo, tunggulah disini sebentar, aku akan memanggil tabib kerajaan!," perintah Hadongbu sebelum pergi meninggalkan mereka dikamar.

Tak berapa lama Hadongbu datang tergesa-gesa dengan tabib kerajaan yang segera memeriksa kondisi Myeongdong, sangat disayangkan Myeongdong kehilangan nyawanya sejak tadi malam. "Tidak mungkin!! Hingga larut malam, aku masih berbincang-bincang dengannya!," tegas Seojon tak percaya, namun tak ada lagi yang bisa dilakukan. "Injong telah datang menjemput Myeongjong, dimalam tanpa lolongan srigala," ucap Tabib kerajaan.

28.10.1567
Upacara pemakaman kembalin dipimpin oleh Agassi Mama, namun hanya dihadiri oleh anggota keluarga, para bangsawan, dan petinggi kerajaan. Menurut Sang Ahli Fengshui, makam Myeongjong harus terletak di tanah emas, disebuah hutan, untuk kelangsungan Jeoseon.

30.10.1567
Sejatinya, seorang Daegam tidak akan bisa mewarisi tahta kerajaan, namun dikarenakan tidak ada penerus langsung, maka Seonjo ditunjuk menjadi raja selanjutnya, raja ke empat belas. Karena masih dalam suasana duka, tak ada perayaan.

02.11.1567
Menteri Shin menyebarkan undangan pertemuan untuk membahas sistem pemerintahan yang akan dijalankan oleh Wang Seonjo.

03.11.1567
Di aula kerajaan, pintu disisi selatan terbuka, masuklah dengan tertib beberapa rombongan menteri kerajaan ke dalam ruangan yang berbentuk persegi panjang dengan ukuran seluas lapangan sepak bola. Empat pasang pilar besar sebagai penyangga gedung, beralaskan batu marmer megah, dinding yang terbuat dari batu granit setebal 13 cm. Ditengah ruangan tergantung sebuah lampu hias mewah bak berlian kecil yang bertaburan dalam sebuah ruang kaca, memancarkan sinar yang sangat terang. Dari pintu terbentang sebuat karpet merah megah menuju ke dua puluh anak tangga yang terletak di barat, menuju tempat singgasana raja, dari atas sini, raja bisa melihat menyeluruh tempat rombongan itu terbagi menjadi dua bari, satu baris di sisi barat sedangkan baris lainnya disisi timur. Para penjaga yang berada disisi bawah tangga mengisyaratkan untuk menghormat, seluruh barisan itupun bersujud, sambil berseru serentak "Sehat selalu Jeonha Mama," mereka pun berdiri kembali, Seonjo membuka telapak tangan kirinya, mereka pun duduk bersila dilantai.

Salah seorang dari sisi barat berdiri memulai bicara, "Jeonha Mama, dua bulan lagi akan diadakan ujian pelayanan sipil, para bangsawan mempertanyakan apakah akan ada perubahan kualifikasi ujian resmi sipil?," ucapnya sopan, "Menteri Shi, aku, Wang Seonjo, akan melakukan apa yang dimulai oleh Myeongjong Seondaewang, lanjutkan mereformasi sistem, dan kembalikan reputasi sarjana-sarjana yang telah gugur dalam pembersihan liberal ke tiga, eksekusi semua aristokrat yang korup, terutama Nam Gon!," ucap Seonjo tegas dan berwibawa, "Baiklah Jeonha Mama," ucap Menteri Shin. Dia melihat ke sesisi timur dan barat, terlihat tetap tenang tanoa menunjukkan keberatan, "Karena tidak ada yabg menyampaikan keluhan, maka saya rasa langkah selanjutnya sudah jelas," Menteri Shi lalu bersujud diikuti dengan yang lainnya, mereka berseru "Panjang umur Jeonha Mama," Seonjo kembali membuka telapak tangan kirinya, mereka pun berdiri lalu berbalik dan keluar beriringan dengab tertib meninggalkan aula kerajaan.

04.11.1567
"Agassi Mama, ada kiriman untukmu," kata seorang pelayan, Hadongbu yang sedang duduk dengan Deokheung dibelakang rumah menikmati panas matahari pagi, mengambil kotak kecil yang dibungkus kain sutera hitam itu, "Pergilah," ucap Hadongbu, pelayan itupun pergi, Hadongbu lalu membuka kotak itu, ternyata isinya dua buah manisan persik dengan taburan bubuk gula kristal diatasnya, Deokheung mengambil satu, juga Heungbu, lalu mereka saling menyuapi dan memakannya dalam satu gigitan.
Tak lama kemudian Seonjo yang datang mengunjungi orang tuanya menemukan kedua orang tuanya tergeletak ditanah sudah tak bernyawa, disebelah jasad ibunya terletak kotak bermotif bunga terompet, didalamnya ada sisa-sisa gula, Seonjo menangisi kedua orang tuanya.

05.11.1567
Pemakaman orang tua Seonjo dilakukan secara rahasia, tak ada yang tau dimana makam orang tua Seonjo selain Sang Ahli Fengshui, Menteri Shin, dan Menteri Yang, bahkan tukang gali kubur itupun dibunuh setelah menguburkan jasad kedua orang tua Seonjo agar tidak membocorkan tempatnya ke siapapun.

07.10.1568
Di tengah hutan, dua puluh lima prajurit berbaris lima bersaf, Seonjo yang berada di depan mereka berjalan menuju gundukan tanah berbentuj setengah lingkaran berdiameter tiga meter dengan ketinggian dua meter, meskipun jarak lima meter dari sekeliling bulatan itu ditumbuhi oleh pohon-pohon bengkok, tanah sekitar gundukan itu tersammasa gersang, tak ada satu rumput pun yang tumbuh. Bulatan itu dikelilingi oleh batu-batuan berukuran sedang, Seonjo menyelipkan setangkai bunga lily di salah satu bebatuan, dia lalu menurunkan lututnya. Diikuti oleh pasukan di belakangnya, Seonjo menempatkan kedua tangannya kedepan dan bersujud. Dia lalu berdiri dan berkata, "Myeongjong Seondaewang, aku Wang Seonjo, dibawah nama bangsawan Deokheung Daewang, dan selir Bin Hadongbu Daebuin Jeong, bersumpah akan melanjutkan reformasi politik yang telah engkau cetuskan," ucapnya tegas. Seonjo lalu berjalan ke sisi barat dan meletakkan setangakai bunga lily dibawah sebuah pohon, dilanjutkan berjalan ke sisi timur dan meletakkan setangaki bunga krisan dibawah pohon.

1574-1607
Terjadi perpecahan politik antara faksi barat dan faksi timur, hal ini menyebabkan ketidak stabilan ekonomi. Berbarengan dengan invasi Jepang yang dipimpin oleh, Toyotomi Hideyoshi, membuat hancur sistem pemerintahan Jeoseon. Hal ini menyebabkan negara merugi, bahkan Tiongkok pun datang untuk mencoba mengambil keuntungan dari hasil jarahan perang. Jeoseon dalam sekejap berubah menjadi tempat yang mengerikan.

Terlepas dari semua upaya yang diletakkan Seonjo selama perang, seperti membangun fasilitas pelatihan militer dan reformasi hukum pajak - rakyat diberikan hadiah dengan kenaikan kelas sosial, pembebasan tenaga kerja atau kejahatan ditukar dengan pembayaran pajak atas beras - perang meninggalkan tanah yang hancur dan orang-orang yang kelaparan. Setelah perang, keinginan untuk merekonstruksi negara terganggu oleh kekacauan politik yang disebabkan oleh faksi-faksi politik dan memerangi kelaparan. Wang Seonjo kehilangan harapan untuk memerintah negara tersebut.

01-01-1608
Menteri Shin mengumumkan putra pewaris tahta dari garis keturunan Myeongjong Seondaewang, Seonjo pun dilengserkan paksa, kemudian diasingkan ke Pulau Jindo.


Kirim jawaban Anda di kolom komentar dan cocokan dengan FC Asli nya, Terima Kasih.



hadongbu dan deokheung (namun yg paling banyak bergerak adalah hadongbu) berencana membunuh injong dan myeonjong untuk menjadikan seojeon raja -hadongbu mengganti koki kerajaan dengan orang baru yg pandai memasak namun tidak tau kandungan makanan (yi pie), karena injong sangat suka tuna, hadongbu memerintahkan untuk hanya mengambil tuna dari nelayan suruhan hadongbu, tuna itu adalah tuna sirip biru yang bila dimakan berkelanjutan dapat menyebabkan sakit dan kematian -saat injong sakit keras dan akan diasingkan, yi pie menyadari bahwa ada yg salah, semua makanan kerajaan adalah masakan yang sehat, bergizi, dan diambil dari perkebunan, peternakan, bahkan tambak laut kerajaan yang terjamin kebersihannya. Yi pie memutuskan pergi kepasar mencari tahu tentang kandungan makanan, disana dia mengetahui tentang tuna sirip biru, yi pie memutuskan untuk menukar tuna sirip biru dengan tuna yg ada dipasar, namun naas saat itu dia ketahuan dan tertangkap oleh prajurit kerajaan -memanfaatkan hal itu, hadongbu memfitnah yi pie meracuni injong, yi pie pun dieksekusi -injong yg dikirim ke pengasingan, dibunuh oleh tabib dan koki yg dikirimkan oleh hadongbu, namun karena kecerobohan mereka, menteri shin mengetahui kebusukan hadongbu setelah mengintrogari tabib dan koki tersebut, hadongbu tidak menyadari hal ini -setelah pemakaman, sebelum melakukan pertemuan untuk membahas wasiat injong, menteri shin, menteri yang, dan ahli fengshui bertemu secara rahasia untuk membahas strategi membalas dendam kematian injong, juga memikirkan kemungkinan terbunuhnya myeongjong oleh hadongbu untuk menjadikan putranya seorang raja -myeongjong yg shock berat, dibawa oleh menteri ke rumah bunga untuk minum-minuman keras, dan dibuat tidur dengan seorang wanita keturunan bangsawan yg sengaja disewa oleh menteri untuk dihamili oleh myeongjong, yg akan dijadikan penerus tahta, apabila kemungkinan terburuk terjadi (terbunuhnya myeongjong). 

Myeongjong tidak menyadari hal ini. -myeongjong mati karena makan manisan persik dari hadongbu, serbuk kristal itu sebenarnya bukan gula, tetapi arsenik -peletakan makan myeonjong di hutan merupakan taktik dari ahli fengshui, -kedua orang tua seojon terbunuh dengan cara yg sama saat myeongjong mati, yg melakukan hal ini adalah menteri shin, (setelah pemakaman myeongjong, pelayan yg pertama kali melihat myeongjong terkapar, diam-diam memberikan menteri shin sebuah kotak dengan sisa sebuah persik ditaburi serbuk kristal, dia tau itu bukan gula), mengetahui hal ini, menteri shin mengirim kembali kotak itu ke tangan hadongbu dengan isi dua buah persik, dan kedua orang tua seonjo memakannya, rencana balas dendam menteri shin berhasil -deokheung dikuburkan disisi barat jarak 5m dari kuburan myeongjong, hadongbu disisi timur, karena itulah dirahasiakan, ahli fengshui berhasil menipu seonjo dengan mengatakan bawa dia akan berhasil melakukan revolusi politik bila kedua orang tuanya dikuburkan disana, itulah mengapa seonjo meletakkan setangkau lily disisi barat, dan setangkai krisan disiai timur, untuj menghormati orang tuanya -arti kuburan itu sebenarnya dalan fengshui adalah kemalangan pada anak yg orang tuanya dikuburkan di sisi barat dan timur makam raja, elemen barat dan dan timur tidak bisa bersatu dan pohon bengkok menandakan kerusakan yg akan terjadi dimasa mendatang, tanah yg kering menandakan perpecahan internal -1574-1607 ini kejadian sesuai ramalan fengshui -putra itu adalah anak wanita bangsawan yang ditiduri oleh Myeongjong, sengaja diasingkan dan dibesarkan di pulau Jindo agar tidak ketahuan, dan saat sudah waktunya, di munculkan pada saat lemahnya kepemimpinan Seonjo -rencana balas dendam sukses

Comments


EmoticonEmoticon

PENGUMUMAN
Setiap sabtu dan minggu, reward pulsa untuk pengirim postingan #SangPujangga terbaik
Done