Case Story - Memoriam (Tim Bus Kuning) - Riddle Story Indonesia
News Update
Loading...

Rabu, 11 September 2019

Case Story - Memoriam (Tim Bus Kuning)

Case Story - Memoriam (Tim Bus Kuning)

Judul : Memoriam
Maker : Dwi Astri Mangun Sudiro ( Tim Bus Kuning)



*4 Desember 2013, Samarinda, RS X*
-19.50 waktu setempat-
CODE BLUE! CODE BLUE! CODE BLUE!...
“dokter Os, Ruang ICU 4, kode biru!”
“Kau, segera hubungi keluarga pasien.” Teriak Dokter Os yang sudah ada di depan pintu.
“siapkan defribilator!”
“Intubasi!”
“1 2 3 4 5 6 7 8 9 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2
.......”
“charge 200J”
“charge!”
“clear! shock!”
“siapkan adrenalin!”
“1 2 3 4 5 6 7 8 9 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2
. . “
“lagi!”
“200J, charge!”
“clear! Shock!”
“1 2 3 4 5 6 7 8 9 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2
. . “
“charge 360J”
“charge!”
“clear! Shock!”
Terlihat dalam monitor, tidak ada tanda vital yang kembali. Namun, Dokter Os masih terus
melakukan CPR dan berharap dapat mengembalikan tanda-tanda vitalnya.
Semua orang di ruangan itu saling menatap mata,
“sudah dok, saatnya mengumumkan waktu kematian” ucap lembut seorang perawat sembari
menepuk punggung dokter tsb.
“waktu kematian pasien Vian pukul 20.45 waktu setempat,”
*17 November 2013, Jakarta*
22.39 waktu setempat
Ring..ring..

Terdengar dering salah satu telefon di rumah megah tersebut, suara yang berasal dari kamar di belakang ujung, tepat di kamar seorang asisten rumah tangga yang masih muda.

“Endah, bisa ke ruangan kerjaku?” suara serak pun terdengar dari gagang telefon tersebut sesaat setelah gadis itu mengangkatnya.
“Baik, Tuan.. saya segera ke ruangan tuan” jawab gadis polos tersebut.
Dia adalah Endah, seorang gadis polos yang belum lama bekerja di rumah megah milik konglomerat ternama di Jakarta itu.

Tok..tok..
“Tuan, ini endah”
“masuklah,” jawab pria dibalik pintu.
Gadis itu berjalan masuk tanpa rasa curiga sedikit pun dan tanpa mengetahui bahwa malam itu akan menjadi malam yang berat baginya.
Suasana malam itu terlihat sangat sepi.

“Tuan.. jangan.. saya mohon,” suara lirih dari gadis itu memecah keheningan di ruang kerja tersebut.
Setelah melalui hak yang begitu berat baginya, dia berlari menuju kamarnya kembali sembari menghapus air mata yang menetes dengan deras.

Sejak malam itu, Endah selalu merasa takut bila bertemu dengan Tuan Angga, hal tersebut membuatnya sering melakukan kesalahan saat memasak.
Tidak hanya sekali, hal itu terjadi berkali-kali pada gadis cantik tersebut.

*25 November 2014, Jakarta*
Sudah menjadi sebuah tradisi turun temurun dari keluarganya untuk menjadi dokter dan mengabdi pada salah satu keluarga konglomerat sebagai dokter pribadi keluarga tersebut. Sejak kejadian setahun lalu, Sena menjadi lebih banyak diam dan mudah emosi.

“Dokter Sena, kudengar kau memiliki seorang anak laki-laki seumuran denganku...” ucap seorang anak laki-laki.
“Iya, dia sangat tampan,” Jawab dokter Sena
“Wah, aku jadi penasaran, boleh kan aku berkenalan dengannya?”
Dokter Sena tidak menjawab pertanyaan tersebut, hanya diam dengan tatapan kosong.

“Ah, apakah aku tidak boleh berkenalan. Hmmm, yasudah jangan marah dokter...” ucap anak lelaki tersebut dengan nada sedikit menggoda.
“sebenarnya aku hanya ingin berteman dengannya, tapi dengan kondisiku yang seperti ini...” kembali dia mengeluarkan suara, kali ini dengan nada sedih sembari menutup mata kirinya dengan telapak tangan kanannya.
Dokter Sena tidak dapat mengatakan apapun, dia hanya bisa menepuk punggung anak tersebut dengan senyuman yang berat baginya.
Anak lelaki tersebut adalah salah satu cucu dari tuan besar keluarga tersebut yang juga satu-satunya ahli waris keluarga tersebut, dokter Sena memperlakukan anak tersebut dengan sangat baik seperti anak sendiri. Dia adalah Leon, 15 tahun. karena kecelakaan yang dia alami sekitar 5 tahun lalu saat sedang pergi bersama kedua orang tuanya, dia tidak bisa lagi menggunakan kedua ekstremitas bawahnya. Sedangkan orang tuanya, meninggal di tempat tepat di depan mata Leon karena berusaha melindungi Leon.
“Apakah tuan muda memiliki keluhan lain?” tanya dokter Sena setelah dapat menata perasaannya kembali.

“umm.. selain kondisi seperti biasanya, akhir-akhir ini aku merasa mual dan perutku perih.” Jawab Leon sambil memegangi perutnya.
“Tuan muda mungkin bisa tiduran terlebih dahulu sebentar, biar saya periksa perut tuan muda,”

Leon pun menuruti kata dokter Sena dan menidurkan dirinya dengan posisi supinasi. Dokter Sena mulai melakukan pemeriksaan fisik dari dada hingga perut dengan inspeksi, perkusi, auskultasi, dan palpasi. Saat dilakukan palpasi pada daerah epigastrium, Leon merasakan nyeri.

Setelah selesai, dokter mengatakan pada Leon untuk tidak terlambat makan, mengurangi beban pikirannya dan juga memberinya antasida.

Setelah selesai memeriksa Leon, dokter Sena menuju ke ruangan Tuan Angga, yang mana beliau adalah kepala keluarga kaya tersebut.
Tok..tok..
“Permisi, Tuan.”
Seperti biasa, dokter Sena hanya perlu memasuki ruangan tanpa perlu Tuan Angga menjawab ketukan pintunya. Dia berjalan mendekat ke tempat Tuan Angga duduk di meja kerjanya.
“Tuan, apa kabar hari ini?”
“Ya seperti biasa,” jawab Tuan Angga dengan nada dingin.
“Kalau begitu, saya mulai memeriksa tuan ya.”
Tanpa disuruh pun, Tuan Angga langsung berdiri menuju tempat tidurnya dan merebahkan tubuhnya di sana. Dokter Sena mulai memeriksa keadaan Tuan Angga seperti biasa dan tidak ada hal yang aneh dari kondisinya.
“Mohon maaf Tuan, Tuan selalu meminum obat yang saya resepkan dan melakukan olahraga sehari minimal 30 menit kan?”
“Ya.”
“Oh iya, Tuan. Untuk jadwal operasi Tuan sudah ada dan akan dilaksanakan minggu depan pada tanggal 3 Desember pukul 15.00”
“kalau begitu, kau siapkan saja semua urusan prosedur rumah sakitnya.”
“Baik, Tuan”
Tuan Angga memiliki sebuah penyakit jantung koroner sejak beberapa tahun yang lalu, namun baru dapat melaksanakan operasi ini.
*3 Desember 2014, Jakarta, RS Z*
“apakah semuanya sudah siap untuk operasi pasien VIP sore nanti?”
“Iya, Dok.”
Operasi yang akan dilalui oleh Tuan Angga membuat para petugas kesehatan yang akan melakukannya merasa cemas dan takut karena mereka harus melakukan operasi pada seorang konglomerat yang bisa dibilang salah satu pemegang kekuasaan di kota itu.

Setelah menunggu, waktu untuk operasi pun tiba. Sebelum operasi, Tuan Angga mengatakan pada dokter Sena bahwa ia tidak akan menetap di RS terlalu lama, dokter Sena pun mengiyakan permintaan Tuan Angga.

-OR-
Prosedur operasi yang dilalui Tuan Angga adalah dengan membelah dada Tuan Angga, lalu dokter bedah akan menghentikan jantungnya terlebih dahulu, selanjutnya pembuluh darah besar akan disambungkan pada heart lung machine untuk menggantikan kerja jantung dalam memasok darah ke seluruh tubuh. Setelah itu, akan dilakukan pencangkokan pembuluh darah yang diambil dari pembuluh darah di bagian tubuh yang lain. Setelah pencangkokan selesai, dokter akan membuat jantung Tuan Angga kembali berdenyut.
Setelah menunggu 5 jam, operasi pun selesai dengan sukses. Tuan Angga langsung ditempatkan di ICU. Beliau hanya menetap di ICU selama 2 hari dan di bangsal VIP selama 1 hari.
*3 Desember 2013, Samarinda*
“Bunda, gimana kabar Vian?” tanya seorang dari sisi lain telefon.
“Ayah.. Vian saat ini kritis, dia di ICU” jawab seorang wanita dengan nada sedih dan tidak percaya.
“kapan ayah pulang...” ucap wanita tersebut.
“Ayah masih mencoba meminta izin untuk pulang pada Tuan besar, Bunda yang sabar ya. Bunda harus kuat di sana, ayah janji akan pulang secepatnya.”
“baik ayah,”

*2 Desember 2014, Jakarta*
“Sen, gimana kabar anakmu? Uang yang kukasih ke kamu, benar kamu gunakan untuk pengobatan kan?” tanya Tuan Angga dengan tatapan curiga, yang membuat harga diri Sena hancur dan seakan prkataan orang tersebut membuka luka yang sangat dalam baginya.

“Dia sekarang sudah baik dan tidak akan merasakan sakit lagi, Tuan.”
“baguslah, tabung uang itu jika sisa. Masukkan dia ke dalam sekolah medis terbaik agar menjadi dokter yang sangat baik dan bisa bekerja denganku meneruskan dirimu.”

*4 Desember 2013, Jakarta*
-09.00 waktu setempat-
“Sen, saya kan sudah bilang kalau kamu tidak bisa pulang sesukamu, di sini kamu harus selalu ada untuk mengurusku dan Leon. Kamu tau sendiri bagaimana keadaan tubuh Leon saat ini dan Leon yang masih memiliki trauma mendalam akan kejadian 4 tahun lalu.” Ucap lelaki tua tersebut dengan nada dingin dan sedikit penekanan.

“Kalau kamu tetap bersikeras untuk pulang, saya tidak akan segan untuk berhenti memberimu uang lebih sebagai uang pengobatan putramu.” Lanjut pria tersebut dengan sedikit penekanan yang terasa seperti ancaman baginya.
“selain itu, kalau kuijinkan kamu pulang, pasti pembantuku yang lain juga meminta pulang,” lanjut Tuan Angga.
Dia hanya bisa terdiam dan tidak tahu harus berbuat apa, apakah harus memaksakan pulang dengan ketakutan bahwa dia tidak bisa bekerja lagi atau menetap dengan penuh cemas dan khawatir.

*6 Desember 2014, Jakarta, rumah keluarga Angga*
-18.50 waktu setempat-
“Leon, sore ini nenek harus pergi ke rumah adik nenek dan mungkin tidak akan pulang malam ini.” Ucap seorang wanita tua dengan senyum yang lembut dan terlihat sangat elegan.
“Iya, nek”
“Nenek titip kakekmu ya, jangan lupa untuk membawakan obatnya jam 8 nanti,”
“umm, baik Nek.”
Nenek Leon atau Ny. Angga pun pergi dengan diantar oleh supir ke tempat adiknya yang berada di Bekasi.
-19.00 waktu setempat-
Malam itu, perasaan tuan Angga sedang tidak stabil karena masalah kecil yang timbul di perusahaannya hanya karena dia tinggal selama beberapa hari untuk menjalani operasi.
Tok..tok..
“Tuan.. permisi, makan malam sudah siap,” ucap seorang perempuan dari balik pintu.
“Ya, sebentar Endah”
Tidak lama kemudian, Tuan Angga keluar dari kamarnya.
Endah adalah asisten rumah tangga yang mengurus masakan yang dihidangkan setiap harinya.
Saat sedang menikmati makan malamnya, Tuan Angga terhenti dan menatap Endah yang sedang berdiri di sampingnya dengan tatapan marah.
“Sudah berapa lama kamu kerja di sini?!” bentak Tuan Angga tiba-tiba.
Endah kaget dan tidak tahu harus menjawab bagaimana saat melihat raut wajah tuan Angga.
“Kan sudah saya katakan saya tidak suka ada daun bawang di makanan saya!”
Endah tertunduk.
“Maaf Tuan, saya tidak sengaja,” jawab Endah dengan muka ketakutan
“Buatkan lagi!” bentak Tuan Angga sembari melempar makanan yang ada di mejanya tersebut.
Segera Endah membersihkannya.
“permisi Tuan, biar saya masakkan kembali.”
Langsung Endah pergi ke dapur, selang sekitar 5 menit makanan sederhana itu sudah jadi. Kali ini dia berharap tidak ada kesalahan lagi.
-ruang kerja Tuan Angga-
20.00 waktu setempat
Tok..tok..
“Kek.. ini Leon, Leon membawakan obat kakek,” ucap Leon dengan suara pelan.
“Ya, masuklah”
“letakkan di sana saja.”
“Baik, kek,”
Setelah meletakkan obatnya di meja yang ditunjuk oleh kakeknya, Leon tak pergi dari tempatnya berdiri.
“Ada apa lagi? Ada yang mau kamu ucapkan ke kakek?” tanya kakek tersebut dengan nada dingin.
“Kakek.. Leon tiba-tiba ingat sesuatu tentang kejadian 5 tahun lalu, ayah dan ibu terlihat sangat marah saat itu dan membawa Leon pergi, sebenarnya ada apa Kek? Kakek tau sesuatu kan?” Leon terus mengajukan prtanyaan tersebut pada kakeknya.

Suasana rumah yang tadinya begitu tenang, ketenangan tersebut seketika terpcahkan oleh suara gebrakan pintu depan.
Rupanya Leon.

-20.15 waktu setempat-
Ring..ring..ring..
Bunyi ponsel tersebut membangunkan pria itu dari lamunannya. Entah apa yang dia pikirkan, saat melihat nama yang tertera di layar ponselnya, dia menatap dengan penuh kebencian.
“Sen, segera ke sini. Langsung ke ruangan saya dan bawakan obat pereda nyeri. Dada saya sangat sakit.” Perintah seorang dari seberang telefon.
“Baik, tuan.”

Selama mempersiapkan semuanya, dokter yang berumur 40an tersebut sempat berhenti sejenak, dia menyiapkan semuanya dengan pikiran yang masih terhanyut oleh lamunannya.

-20.18 waktu setempat-
Hanya membutuhkan waktu 3 menit dari tempatnya tinggal menuju rumah yang sangat megah tempatnya bekerja karena memang dia diberikan sebuah rumah yang masih berada di lahan milik keluarga tersebut.
Pria itu segera berlari memasuki rumah megah milik keluarga kaya tersebut dan menuju ke kamar utama di bawah tangga. Malam itu rumah sangat sepi karena semua asisten rumah tangga sudah tidak diperbolehkan menginjak rumah utama setelah jam makan malam dan Leon pun tidak ada di rumah.
“Tuaaan...” panggil Sena dengan nada yang khawatir.
“Mana obatnya, dadaku sakit. Sakit sekali,”
“I..i.i..ini hanya ada obat pereda nyeri dengan dosis ri..ngan, ja..di s...saya memberikan 2 untuk Tuan,” jawab dokter tersebut dengan sedikit terpingkal. Lalu dia memberikan 2 buah obat tersebut pada tuan Angga
Tuan Angga langsung meminum 2 obat tadi dan setelah diperiksa tanda vitalnya, tuan Angga menyuruh dokter Sena untuk pergi..
Sekitar 5 menit kemudian, Leon pulang dengan wajah yang masih menahan amarah, dia pulang hanya untuk mengambil beberapa pakaian dan barang-barang penting lainnya. Saat menuruni tangga, Tuan Angga melihat Leon yang membawa tas besar.
“Leon..” panggil Tuan Angga.
Tidak ada jawaban, Angga terus menuruni tangga. Dia sempat berhenti dan mampir ke ruangan kakeknya tersebut. hanya sekitar 2 menit dia di dalam, dia keluar dan berlari dengan sangat terburu-buru tanpa peduli apapun yang dia dengar.

-20.41 waktu setempat-
~prakkk~
Terdengar suara benda terjatuh dari dalam ruangan tuan Angga.
Tidak ada seorang pun yang menolongnya.

*7 Desember 2014*
Tok..tok..
“Tuan, saatnya sarapan,” panggil seseorang dari balik pintu.
Tidak ada sedikitpun jawaban.
“Tuan...” dia kembali memanggil.
Karena kebiasaan Tuan Angga apabila tidak menjawab saat ada orang mengetuk pintu di waktu-waktu tertentu, seperti waktu makan dan waktu pemeriksaan, dia memperbolehkan dokter ataupun asisten rumah tangganya masuk jika sudah mengetuk.

Saat asisten rumah tangga tersebut masuk, dia melihat tuan Angga tergeletak di samping meja kerjanya dan ruangan terlihat berantakan karena barang-barang di meja kerjanya beberapa terjatuh di samping tubuh tuan Angga.
“Astaga Tuan... tolong!” teriak perempuan itu.
Semua penjaga dan asisten rumah tangga yang bertugas pun bergegas menuju ruangan tuan Angga dan ada yang menghubungi dokter Sena.
-07.08 waktu setempat-
Dokter Sena datang dan langsung melihat tubuh tuan Angga yang terbujur kaku. Dia hanya bisa mengumumkan waktu kematiannya.

*4 Desember 2013*
-20.46 waktu setempat-
Tring..
Sebuah pesan singkat masuk ke dalam suatu ponsel.
“untuk apa kau menjadi dokter! Kalau kau saja tidak peduli dengan kondisi orang yang menganggapmu sangat penting! Kau bahkan tidak ada disaat terakhirnya.”

Setelah membaca pesan singkat itu, pria yang menerima pesan itu pun seketika mengepalkan tangannya dan memukulkannya pada tembok di dekatnya.



Kirim jawaban Anda di kolom komentar dan cocokan dengan FC Asli nya, Terima Kasih.



17 Nov 2013
Endah, pembantu baru yang bekerja di rumah Tuan Angga seketika mendapat panggilan untuk ke ruangan tuan Angga ppada malam hari.
Daa tidak merasa curiga dan tidak tahu kalau malam itu akan menjadi malam yg berat.


Sampai di ruangan tuan Angga, dia dipersilahkan masuk
Dan tuan Angga tiba” meraba badannya dan mencoba melepaskan pakaian Endah perlahan. Endah mencoba menghentikannya, namun tidak bisa.
Tenaga Endah tidak bisa melawan tenaga pria itu, meskipun pria itu sudah tua.
Kejadian tersebut terjadi berulang kali, dia tidak bisa pulang ataupun bercerita ke rekannya karena merasa malu.


3 Desember 2013, Samarinda
Dokter Sena ingin mengetahui kabar anaknya, Vian yang memang sakit parah. Ternyata, malam itu juga anaknya kritis.
Dia mencoba meyakinkan istrinya bahwa dia akan meminta ijin dan pulang secepatnya.


4 Desember 2013, Jakarta
-09.00 waktu setempat-
Dokter Sena mencoba meminta ijin pada tuan Angga namun bukannya mendapat ijin, dia malah mendapat ancaman dari tuan Angga.
Selain itu, tuan Angga mengatakan bahwa kalau dia mengijinkan dr. Sena pulang, dia tidak ingin Endah ikut meminta ijin untuk pulang. (semua pembantunya si)


4 Desember 2013, Samarinda, RS X
-19.50 waktu setempat - Meninggalnya anak dokter Sena karena memang sebelumnya sakit berat dan dari malam sebelumnya hingga malam itu dia berada di ICU yang beberapa kali kembali kritis atau tidak stabil.
Lagi-lagi, kondisi Vian kritis. Kali ini terjadi henti jantung dan dilakukan CPR tapi tidak berhasil.


4 Desember 2013
-20.46 waktu setempat-
1 menit setelah kematian Vian, anak dokter Sena.
Sebuah pesan singkat masuk ke dalam suatu ponsel.
“untuk apa kau menjadi dokter! Kalau kau saja tidak peduli dengan kondisi orang yang menganggapmu sangat penting! Kau bahkan tidak ada disaat terakhirnya.”
Setelah membaca pesan singkat itu, pria yang menerima pesan itu pun seketika mengepalkan tangannya dan memukulkannya pada tembok di dekatnya.


17 November 2014
Tuan angga melakukan pelecehan pada Endah, pembantu barunya.
Setelah kejadian malam itu, tuan Angga beberapa kali tetap melakukannya pada Endah.


25 November 2014, Jakarta
-Leon menderita gangguan penglihatan di mata kirinya karena kecelakaan yang terjadi 5 tahun lalu. Selain itu, dia juga masih trauma karena kecelakaan tersebut, bisa dibilang dia memiliki PTSD (post trauma syndrome disorder).

- selingan riddle aja : Leon saat itu Cuma maag dan dikasih obat maag biasa.
- Pemeriksaan fisik memang biasa dilakukan, palpasi adalah menekan dibeberapa tempat tertentu, dokter Sena menekan di bagian epigastrium atau ulu hati yang memang menjadi salah satu tanda penentu adanya maag.
- Kejadian setahun lalu adalah kejadian meninggalnya anak sematawayangnya, anak kesayangannya. Leon tidak tahu menahu bahwa anak dokter Sena sudah meninggal. Karena memang dia tidak memberitahukan pada siapapun di keluarga itu.
- Tuan Angga yang memiliki penyakit jantung koroner akan melakukan operasi untuk penyakitnya tersebut, operasi akan dilaksanakan pada minggu depan (3 desember 2014) sehari sebelum pringatan 1 tahun kematian anak dokter Sena.

2 Desember 2014, Jakarta
Sudah 1 tahun berlalu, hingga sampai saat itu dokter Sena masih menutup rapat-rapat rahasia mengenai anaknya yang sudah meninggal. Namun seketika Tuan Angga menanyakannya dan mengatakan hal yang membuat dia marah.

3 Desember 2014, rumah sakit Z, Jakarta
- Operasi yang dilalui Tuan Angga adalah operasi bypass jantung, Prosedur operasinya adalah dengan membelah dada Tuan Angga, lalu dokter bedah akan menghentikan jantungnya terlebih dahulu, selanjutnya pembuluh darah besar akan disambungkan pada heart lung machine untuk menggantikan kerja jantung dalam memasok darah ke seluruh tubuh. Setelah itu, akan dilakukan pencangkokan pembuluh darah yang diambil dari pembuluh darah di bagian tubuh yang lain. Setelah pencangkokan selesai, dokter akan membuat jantung Tuan Angga kembali berdenyut.
Operasi tersebut biasanya berjalan 3-6 jam.
-setelah operasi bypass jantung, biasanya pasien berada di ICU 1-2 hari dan akan menetap di bangsal rawat inap di rumah sakit. Namun pasien boleh meninggalkan rumah sakit lebih cepat jika memang menginginkan seperti itu namun dengan syarat pasien tidak boleh beraktifitas berat.

6 Desember 2014, Jakarta, rumah keluarga Angga
-18.50 waktu setempat-
Ny. Angga memberitahu Leon kalau beliau akan pergi.
-19.00-
Waktunya Tuan Angga untuk makan malam.
Endah yang sudah terbiasa menyiapkan makanan keseharian tuan Angga, baru kali ini membuat kesalahan kecil dalam masakannya.
Setelah Tuan Angga memarahinya, dia hanya memasakan kembali makanan yang sama.

-ruang kerja Tuan Angga-
20.00 waktu setempat
- setelah memberikan obat tuan Angga, Leon berencana ingin menanyakan soal kejadian 5 tahun lalu mengenai kedua orang tuanya.
- obrolan tidak berjalan dengan baik, Leon tidak bisa menahan emosinya lagi dan pergi meninggalkan tuan Angga.


-20.15 waktu setempat-
-Tuan Angga menelefon dokter Sena dan memintanya datang sembari membawa obat anti nyeri karena dadanya sakit.
-nyeri dada yang dirasakan tuan Angga adalah karena efek samping atau komplikasi dari operasi yang dia jalani beberapa hari yang lalu dan juga karena emosi mendadak saat berbicara dengan Leon.
-dokter Sena yang sedang melamunkan anaknya tersebut kaget melihat nama tuan Angga dilayar ponselnya dan menatapnya dengan penuh amarah, tapi dia tetap harus mengangkat telfon tersebut.
-dokter Sena menyiapkan obat yang akan dia bawa dan peralatan yang kiranya dibutuhkan. Dia dengan sengaja memasukkan obat ibuprofen untuk diberikan ke tuan Angga.

-20.18 waktu setempat-
-3 menit dibutuhkan untuk sampai ke rumah utama.
Rumah begitu sepi.
-Dia langsung berlari dan masuk ke dalam ruangan tuan Angga, dia memberi obat yang sebelumnya sudah dia pisahkan dari bungkus aslinya. Dia memberi ibuprofen sebanyak 2 buah. Dosis yang cukup untuk membuat komplikasi pada pasien dengan penyakit jantung.
-5 menit dia di dalam sembari mengecek semua tanda vital (tekanan darah, nafas, nadi, dan suhu) = 20.23 selesai dari ruangan tuan Angga
- 5 menit kemudian = 20.28, Leon pulang.
-dibutuhkan waktu sekitar 10 menit Leon membereskan barang-barangnya. Turun tangga = 20.38
-dia mampir selama 2 menit di dalam ruangan tuan Angga = 20.40
-dia mendengar barang jatuh tidak peduli, karena Leon pikir itu kakeknya yang marah dan membanting barang.


-20.41 waktu setempat-
-tuan Angga jatuh dan pingsan, mengalami gagal jantung.

7 Desember 2014
-salah satu pembantunya menemukan tuan Angga yang tergeletak kaku di lantai di dalam kamarnya.

-07.08 waktu setempat-
Dokter Sena datang dan langsung melihat tubuh tuan Angga yang terbujur kaku. Dia hanya bisa mengumumkan waktu kematiannya.

Comments


EmoticonEmoticon

PENGUMUMAN
Setiap sabtu dan minggu, reward pulsa untuk pengirim postingan #SangPujangga terbaik
Done